Seputar Madina

AGROBISNIS PEPAYA RUNDING

Putra Lubis (kiri) di kebun pepaya miliknya. Iskandar Hasibuan jurnalis (kanan)

Agrobisnis itu menjanjikan. Bisa bikin kaya. Jadi bos, alias memiliki karyawan, alias pengusaha di sektor pertanian.

Kaum milenial pedesaan harus mengarah ke agrobisnis. Bukan menunggu lowongan kerja yang maha sulit itu. Yang bikin putus asa itu.

Semua bisa. Yang sarjana. Yang tamat SMA. Atau tamatan SMP atau SD. Bahkan yang tak tamat SD pun. Mari ber-agrobisnis.

Kuncinya bukan modal uang. Tetapi kepercayaan diri, tekun, menjaga komitmen kepada relasi dan mengerti pasar. Setelah itu baru uang.

Seperti Putra Lubis. Yang masih muda. Yang milenial. Warga Desa Runding, Kecamatan Panyabungan Barat, Mandailing Natal.

Putra Lubis yang masih relatif muda. Usianya sekitar 30-an tahun. Saat ini dia mulai meraih sukses di perkebunan komoditi pepaya. Varietas Calina IPB.

Pria beranak satu ini, memulai budidaya pepaya ini sekitar setahun lalu. Di lahan kering. Lahan keluarga. Sekira 0,5 km dari pemukiman Desa Runding.

Luas lahan yang dikelolanya sekitar 2 hektar. Semuanya pepaya, plus kacang tanah tumpang sarinya.

Awalnya dia menanam seluas 1 hektar. Sekitar setahun lalu. Yang saat ini dalam rentang panen.

Kemudian, sekitar 4 bulan lalu menambah 1 hektar lagi. Yang saat ini sedang memulai tahap berbuah. Disebut buah pertama.

Selain menguasai tehnik budidaya pepaya, dia juga melakukan penjajakan pasar pepaya. Karena usaha di sektor agrobisnis harus menguasai sifat tanaman sejak dari bibit hingga akhir panen, hama, penyakit, kultur tanah. Juga harus mengerti kehendak pasar.

Pepaya yang diproduksi Putra Lubis ini dipasarkan di kawasan kota Medan. Dia menjalin hubungan bisnis dengan saudagar dari Sibolga, yang saban panen akan datang langsung ke lokasi ini membeli pepaya Putra Lubis.

Harga pepaya saat ini sekitar 3.000 rupiah per kg. Itu harga timbang di lokasi perkebunan Putra Lubis. Harga pepaya fluktuasinya relatif tidak instan.

Produksi pepaya berdasar hitung-hitungan Putra : dalam 1 hektar mampu menghasilkan 3 ton per minggu.

Dapat dibayangkan berapa omset yang diperoleh jika harga 3.000 rupiah x 3.000 kg per minggu. Petani mampu menghasilkan sekitar 9 juta rupiah per 7 hari. Atau lebih 1 juta rupiah per hari.

Modal usaha juga sebenarnya relatif terjangkau. Berdasar hitungannya, secara umum biayanya sekitar 20.000 perbatang. Itu biaya mulai dari tahap pembibitan hingga umur pepaya menjelang panen raya. Atau selama sekitar 7 bulan.

Setelah 7 bulan, biaya yang dibutuhkan sudah relatif sedikit,. Hanya biaya perawatan. Seperti pemupukan, penyiangan lahan dan perantingan.

Untuk mengatasi pembiayaan, Putra Lubis melakukan tumpang sari. Tanaman kacang tanah itu ditanam di antara barisan pepaya. Hasil panen kacang tanah ini dapat membantu pembiayaan perawatan pepaya.

Pepaya pada umumnya mulai memproduksi mutik di usia 1,5 bulan. Itu disebut buah pertama. Tetapi untuk panen raya akan dimulai sejak usia 7-8 bulan sejak tanaman pepaya di tanam. Sedangkan rentang masa panen biasanya berkisar 2 tahun.

Usaha ogrobisnis Putra Lubis ini, telah juga menyedot lapangan kerja bagi penduduk setempat. Sebab, mengelola perkebunan itu membutuhkan tenaga harian untuk penyiangan gulma, pemupukan dan perantingan pelepah pokok pepaya.

Putra Lubis mewakili syarat kepercayaan diri itu. Juga memiliki daya juang. Daya tarung di dunia bisnis.

Dulunya Putra Lubis menggeluti tanaman melon, di lokasi lain. Kawasan sawah. Di sekitar desa itu.

Tahap pertama melon itu mamapu menghasilkan keuntungan yang sangat baik kepada Putra Lubis, karena produksinya bagus. Namun, penanaman tahap kedua justru hancur. Buah melon mengalami pembusukan massal. Merugi.

Akhirnya dia beralih ke pepaya. Juga di lokasi sawah. Tetapi tak berhasil akibat kondisi tanah yang relatif basah. Pepaya tak berhasil berproduksi. Merugi lagi.

Dia tak patah semangat. Selanjutnya, berbekal sedikit pengalaman pertama itu, dia meyakinkan diri untuk membuka di lahan kering. Di lokasi yang sekarang.

Hingga kini sukses.

Sukses membangun relasi dengan saudagar dari Sibolga, yang membawa pepaya itu ke pasaran kota Medan.

Menurutnya, kendala utama budidaya pepaya ini adalah hama kera. Sebab kera sangat menyukai daun muda pepaya. Oleh karenanya, kebun pepaya harus dijaga selalu dari serangan rombongan kera. Karena kebetulan lahan kering sekarang ini berada di pinggir hutan, habitat kera.

 

Pemkab Madina
Harus Mendukung

Dalam berbudidaya pepaya ini, sebenarnya Putra Lubis hanya berguru pada Google, mempelajari sifat, penyakit dan hama pepaya. Termasuk juga membuka jaringan pasar.

Dia tidak memiliki pengetahuan yang dalam tentang pepaya. Oleh karena itu Dinas Pertanian Madina seharusnya datang membawa ilmu pepaya yang konprehensif kepada Putra Lubis.

Sebab, Putra Lubis merupakan seorang yang patut didukung penuh oleh pemerintah karena telah mampu menerobos satu usaha agrobisnis yang menyerap tenaga kerja.

Karena, Putra Lubis merupakan sosok yang harus dijaga karena bisa memberikan contoh bagi masyarakat luas. Bahwa usaha di sektor agrobisnis jauh lebih hebat dan mensejahterakan dibanding melamar pekerjaan di tengah sulitnya lapangan kerja bagi milenal di Mandailing Natal.

 

Potensi Bumdes

Gerak dan kemauan keras di sektor agrobisnis yang dilakoni Putra Lubis ini pun sejatinya menjadi inspirasi bagi pemerintah Desa Runding. Juga bagi pemerintah desa di Kecamatan Panyabungan Barat.

Sebab, hal yang demikianlah seharusnya salah satu bidang usaha yang harus dimasuki oleh Badan Usaha Milik Desa (Bumdes). Di era Dana Desa sekarang ini.

Kemampuan membaca peluang agrobisnis dan pasaran bagi produk perkebunan yang dikuasai Putra Lubis ini sejatinya bisa diandalkan pemerintahp-pemerintahan desa di kecamatan itu untuk mengkaji ulang orientasi Bumdes mereka.

Pemerintah desa harus melihat peluang itu dari pengalaman yang dilalui Putra Lubis di sektor agrobisnis. (Dahlan Batubara)

 

Comments

Komentar Anda

Silahkan Anda Beri Komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.