JAKARTA (Mandailing Online) – Prof DR Anwar Nasution menyatakan mendukung penuh terhadap rencana Pemkab Mandailing Natal (Madina) mengajukan hak paten Kopi Mandailing.
Itu dicetuskan mantan kepala BPK RI ini dihadapan tim Dewan Riset Daerah Madina yang dipimpin Syahrir Nasution saat melakukan pertemuan dengan tokoh-tokoh Mandailing Natal di Jakarta, beberapa hari lalu.
“Kita khusus bertemu dengan beliau untuk meminta saran tentang proses hak paten Kopi Mandailing di Jakarta,” ujar Syahrir kepada wartawan yang diterima Mandailing Online, Jum’at (14/11/2014).
Dipertemuan itu, Anwar Nasution menyetujui adanya gagasan bahwa Kopi Mandailing itu dijadikan ikon agroforestry di Kabupaten Mandailing Natal, dengan alasan bahwa Kopi Mandailing sangat disenangi oleh bangsa Eropa dan Negara-negara lain di seantero dunia.
Anwar Nasution juga menceritakan ketika dia melawat ke Italia, dimana penduduk Italia selalu membicarakan Mandheling Coffee.
Kopi Mandailing dianggap mampu membawa nama Mandailing dikenal secara domestik dan dunia internasional. Karena nomenclatur Mandailing sudah tercantum dalam merk dagang kopi sejak tahun 1803 pada saat VOC Blanda di Indonesia. Dimana merk berfungsi membuka ondernaming kopi dan berbisnis kopi mandailing pada waktu tersebut.
“Justru itu beliau mendukung sepenuhnya upaya dewan riset bersama Dishutbun Madina dalam rangka mempatenkan Mandheiling Coffee Arabica ke Menkum HAM,” kata Syahrir.
Dikesempatan itu Anwar menghimbau agar Pemkab Madina jangan hanya menunggu bola, tetapi harus menjemput bola. Artinya merangkul para stake holders Madina yang benar-benar ikhlas untuk meningkatkan harkat dan martabat masyarakat Madina.
“Namun, yang lebih penting lagi bupati harus bisa bersinergi dengan apa yang diinginkan oleh masyarakat petani kopi yang ada di Madina. Dan memang kata Pak Prof (Anwar Nasution-red) sewaktu ke Italia sebagai pangsa pasar kopi dunia masyarakatnya selalu membicarakan kopi Mandailing. Nah ini tentu bisa menambah semangat dalam hak peten tersebut,” ujarnya.
Peliput: Maradotang Pulungan
Editor: Dahlan Batubara
