Seputar Madina

Asap Datang Lagi

PANYABUNGAN (Mandailing Online) – Setelah sekitar sepekan hilang, kini asap kembali menyelimuti Panyabungan dan kawasan lain di Mandailing Natal.

Pantauan di Panyabungan, Rabu (30/9), asap mulai menyelimuti langit sejak pagi, dan terus menebal hingga sore.

“Padahal, dalam sepekan terakhir, asap ini telah hilang digerus oleh hujan yang turun,” kata Hollad Lubis kepada Mandailing Online di Panyabungan.

Sementara itu, seorang supir mini bis Anatra, Lian Nasution mengaku jarak pandang di jalanan kurang lebih 350 meter. Dia dan supir lain kesal terhadap kehadiran asap itu.

Sejumlah warga di warung kopi kawasan Dalan Lidang juga mengeluhkan kemunculan kemabli asap itu di udara kota Panyabungan. Mereka berharap hujan kembali turun agar asap hilang.

Darwis warga Panyabungan juga mengeluhkan kembalinya asap. “Setahu saya kabut sudah ke tiga kalinya pada saat ini menghiasi udara di daerah kita. Memang setelah diguyur hujan seperti yang satu minggu kemarin kabut akhirnya hilang, namun hari ini kabut datang lagi,” ujarnya.

Dia menyatakan, dampak dari asap sudah banyak menyebabkan serangan Ispa, utamanya terhadap anak-anak dan warga yang sering beraktifitas di luar rumah dengan mengenderai sepeda motor.

“Katanya asap kiriman, akan tetapi kita di Mandailing Natal yang terkena dampaknya, dimana tiap kabut meneyerang, kali ini malah semakin tebal jika kita bandingkan dengan sebelumnya,” keluahnya.

Hal sama disampaikan Jholis Lubis, pengguna sepeda motor, dia terpaksa memakai masker pada saat keluar rumah, apalagi sudah mengenderai sepeda motornya.

Sementera itu, seperti dilansir kantor berita Antara, Selasa (29/9), World Wide Fund for Nature (WWF) mendesak pemerintah Indonesia lebih terpadu dalam melakukan penanganan kabut asap mengingat masih pekatnya kabut asap melingkupi sejumlah wilayah di Tanah Air seperti di Kalimantan.

“Pemerintah perlu melakukan penanganan lebih terpadu bersama pemerintah daerah dan warga masyarakat dalam upaya pencegahan kebakaran hutan dan lahan yang terjadi di wilayah Kalimantan,” kata Direktur Konservasi WWF Indonesia Arnold Sitompul dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Selasa.

Menurut Arnold Sitompul, kebanyakan titik api teridentifikasi berada di lahan gambut dan sejauh ini upaya pencegahan dan penanggulangan di lapangan nampak belum efektif.

Dengan masih terjadinya kebakaran lahan dan hutan di Kalimantan, lanjutnya, Pemerintah perlu segera menempuh intervensi rekayasa hujan yang ditargetkan pada wilayah yang menyumbang titik api terbanyak.

Usaha sejauh ini, ujar dia, dengan menggunakan bom air terbukti di lapangan belum mampu meredam jumlah titik api yang banyak diidentifikasi berada pada lahan gambut.

 

Peliput  : Maradotang Pulungan

Editor    : Dahlan Batubara

Sumber tambahan : http://www.antaranews.com

Comments

Komentar Anda

Silahkan Anda Beri Komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.