Seputar Tapsel

Budidaya Jamur di Tapsel Menjanjikan

 

Tapsel – Usaha budidaya jamur tiram memang sangat menjanjikan. Dilihat dari finansial usaha ini layak untuk dikembangkan sebagai usaha home industri yang dapat menopang ekonomi keluarga.

Sudarto (37) warga lingkungan II Kelurahan Sigalangan, Kabupaten Tapanuli Selatan (Tapsel) ini misalnya telah memulai atau merintis budidaya jamur tiram di rumahnya sendiri. Awalnya hanya coba-coba ternyata bisa. Mencoba menuangkan ilmu yang dipelajarinya di pulau Jawa di tengah kesibukannya sebagai pedagang lopo kopi ternyata tidak begitu menyita waktunya untuk memulai usaha ini.

Sudah enam bulan memulai usaha ini dan kini Sudarto telah memiliki 300 baglog yang siap panen. Setiap harinya Sudarto memetik 2 kg per hari dari baglog yang sudah mengeluarkan jamur dan layak panen. “Tapi masih ada baglog yang belum mengeluarkan jamur namun ada juga yang terlambat masa penennya, dan sebagian baglog justru sudah ada yang mulai habis masa panennya,” kata Sudarto ketika ditemui di rumahnya di Lingkungan II, Kelurahan Sigalangan, Tapsel, Sabtu (26/12).

Lokasi rumahnya yang strategis berada di pinggir irigasi dan suhunya dingin usaha budidaya jamur ini ternyata memiliki prosfek yang baik. Setelah diketahui orang bahwa Sudarto membudidayakan jamur maka banyak yang datang memesan sehingga produksinya tidak bisa memenuhi permintaan warga. Jamur Tiram ini pun kemudian dibandrol Rp 20.000/kg.

“Permintaan jamur cukup tinggi bang dan harganya tidak menjadi masalah, walapun kita buat Rp 20.000 per kg tidak masalah. Masalahnya barangnya ngak ada,” katanya.

Tingginya permintaan warga membuat Sudarto tergoda untuk menyeriusi usaha budidaya jamur ini. Namun karena untuk membangun kumbung sebagai tempat penangkaran jamur memerlukan biaya, tentu ini menjadi kendala baginya untuk mengembangkan usaha ini, karena pemasukan sehari-harinya yang utama hanya dari berjualan warung kopi.

“Kita baru pulang merantau dari pulau Jawa bang, dan kita mulai membuka warung kopi dan ikut aktif dalam kelompok tani seperti warga lainnya yang hidupnya sebagai petani,” katanya.

Dia juga berharap kepada pemerintah dapat memperhatikan usaha masyarakat seperti ini yang pada akhirnya dapat menumbuhkan ekonomi masyarakat.
“Kami sudah punya kelompok tani bang, dan rencannya usaha kami ini dapat perhatian pemerintah, apakah itu peningkatan kualitas usaha maupun pemberian modal usaha,” katanya.

Sudarto memiliki istri Yuyun Diansari (29) kini telah dikaruniai dua orang anak. Anak paling besar baru berusia (8) tahun dan masih duduk dibangku kelas 3 SD. Setiap harinya berjualan kopi sambil merawat jamur dan sekali-kali mengurusi irigasi yang mengairi ke sawah-sawah penduduk.

Dia yakin hidup di kampung halaman tidak kalah bila berusaha ditekuni. Apalagi Sudarto memiliki skill ilmu cara membudidaya jamur yang pernah dipelajarinya saat merantau di pulau Jawa. Tentunya usaha budidaya jamur yang diperaktekannya di kampung halaman ini dapat membuka mata warga masyarakat untuk mempelajari budidaya jamur atau setidaknya menjadi inovasi baru dalam menggiatkan ekonomi masyarakat.

Sumber : Medan Bisnis

Comments

Komentar Anda

Silahkan Anda Beri Komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.