Budaya

Cerpen : CATATAN RAMONA

(publis bagian 2 – selesai)

Karya : WAHYUNI LUBIS

Catatan Ramona cover

Inilah yang aku cemaskan selama ini, jatuh cinta sendirian, padahal masih tangkas dalam ingatan, janji yang pernah kau lontarkan. Bersumpah untuk tidak meninggalkan, namun nyatanya kau malah pergi dengan dia yang pernah kau ludahkan.

 

Kau tau,bagaimana aku tanpa mu!!!!

Ah,,,,,sudahlah, tidak penting. Aku baik-baik saja.

Bila saja saat itu kita tidak bertemu, aku yakin , aku tidak akan pernah berkenalan dengan luka untuk yang kedua kalinya. Kau sungguh indah bagiku bahkan saat mereka mengatakan kekuranganmu tetap saja kau jadi pemenang di hati. Kau tau senja? Bagiku kau lebih dari itu.

Tapi… sayangnya itu dulu.

Aku ingat betul malam itu, minggu malam dimana kau mengajakku ke suatu tempat, yang katamu ini adalah tempat spesial yang tak banyak orang tahu dan bisa jadi hanya kau sendiri yang tahu. Dalam hatiku menerka-nerka, sespesial apa sih tempatnya hingga aku pun kau suruh untuk menutup mata. Kau memang sulit untuk ditebak, seperti teka-teki silang, beberapa pertanyaannya mengandung kata sulit dan hanya bisa dijawab oleh orang-orang penasaran saja.

Mungkin aku adalah salah satu dari orang-orang yang penasaran itu, semakin dalam ku menggali tentangmu semakin besar pula rasa ingin tahuku padamu. Padahal kau bukanlah orang yang romantis, jangankan memberiku setangkai bunga, segelas kopipun kau enggan untuk meneguknya bersamaku, sedangkan kau tau kopi adalah simbol dari keromantisan dan banyak orang yang mengartikan jika kopi itu adalah lambang kejujuran.

Sesampainya di tempat yang kau maksud, kau menyuruhku untuk membuka mata. Spontan aku merasa terkejut akan tempat itu, taman kecil yang ada di sudut kota, beberapa rumpun bunga tumbuh di sana dikelilingi dengan pohon-pohon kecil yang mulai beranjak dewasa. Pantulan cahaya lampu kota membuat suasana menjadi indah. Tak ada kata yang dapat kulontarkan selain senyuman dan beberapa tetesan air mata bahagia, aku tak menyangka dibalik kekonyolanmu ternyata kau romantis juga padahal setauku kau bukanlah sosok yang romantis.

“Kau suka tempat ini, Ramona?”

“Tentu saja, aku sangat suka, Riki”

“Kau tau, Mona, aku sering sekali ke taman ini, apalagi jika kamu lagi badmood sama aku, kamu kan kalau lagi PMS suka marah-marah gak jelas gitu, bahkan sering kali aku disalah-salahkan dan dituduh kurang peka, hehehe wanitakan memang seperti itu. Oh iya… aku mau ngomong sesuatu sama kamu?”

“Kamu bisa saja, Riki, hehe”. Kamu mau ngomong apa?

“Tapi kamu harus janji dulu, jangan bilang siapa-siapa kalau aku suka kamu,”.

Sekejap suasanapun menjadi berubah, hening tanpa ada kata. Yang ada hanya suara jeritan jangkrik yang minta tolong untuk diselamatkan dari kegelapan malam. Bibirku bungkam, tubuhku kaku seperti patung yang tak bisa berbuat apa-apa saat pengunjung menyentuh tubuhnya. Kau berhasil membuatku salah tingkah dan membuat detak jantungku menjadi bergemuruh. Beberapa kali kumenyeka rambutku, pertanda jika aku  mulai malu. Dengan terbata-bata kujawab pertanyaanmu jika aku juga suka padamu.

Waktu begitu singkat, ternyata hadirmu hanya sesaat tidak untuk menetap. Kau tau, setiap kali kumelintas di taman itu, aku seperti sedang menonton sebuah film yang kuperankan sendiri.

Hari demi hari kulalui sendiri meskipun tanpamu aku percaya aku bisa, bukannya hidup memang demikian. Seberapa banyakpun nanti orang yang kita kenal tetap saja berakhir dengan kata sendiri. Dulu kita juga pernah menjadi asing, kau dengan duniamu, aku dengan kehidupanku. Sampai waktu membawa kita pada pertemuan dan membuat semuanya menjadi berbeda. Semenjak itu kau bukan lagi orang asing bagiku. Beberapa cerita yang kulewati, sebagian besar cerita tentangmu, tentang caramu merebut hatiku, tentang kekonyolanmu saat menghiburku.

Namun seiring berjalannya waktu, kata bosanpun mulai menghampirimu, sikapmu mulai tak menentu bahkan seringkali saat kita bertengkar kau selalu membanding-bandingkanku dengan masa lalumu. Seolah-olah kau membenarkan dia dan menyalahkanku hingga akhirnya kita menjadi asing kembali di hati masing-masing.

Kisah kita kemarin berubah menjadi kenangan. Kau yang kuimpikan tak lebih hanya sebatas hayalan. Kini, ada atau tidaknya aku bukan lagi masalah besar bagimu. Pesanku hanya satu, berhati-hatilah mengenakan topengmu selain denganku. Aku hanya takut banyak yang tahu wujud aslimu.

Pergilah dengan dia yang kau sebut masa lalumu, mungkin dengan begitu kau bisa menemukan bahagiamu kembali. Terkadang begitulah cinta, ingin memulai dengan yang baru namun hati tetap bertahan pada yang dulu. Jangan khawatir akan keadaanku, sepekat apapun nanti malamku aku berjanji tidak akan merindukanmu lagi. Kuucap terima kasih untuk hadirmu, berbahagialah meski tanpaku. Satu yang harus kamu tau, kehilanganmu bukan berarti membuat hilang akalku.

Jika suatu saat nanti kau menyesal dengan keputusanmu dan ingin kembali padaku. Sungguh demi apapun aku tidak akan peduli. Tentang lupa, tenang saja aku tidak akan buru-buru melupakanmu sebab tidak semua kenangan bersedia dipaksa hilang dari ingatan. Akan kubiarkan dia menetap di sana, menyusun kembali kisah-kisah yang berantakan. Sampai nanti dia menemukan lemari yang bisa dia jadikan tempat penyimpanan berkas.

Akan kunikmati kesendirian ini. Mungkin awalnya akan terasa janggal, namun aku percaya jika sendiri bukan berarti sepi tapi ajang untuk memperbaiki diri. Luka yang kau hidangkan, akan kulahap bersama dengan dinginnya malam. Tak masalah berteman dengan gigil sebab aku percaya seuntai harapan akan selalu hadir di akhir cerita.

Kepada semesta aku meminta untuk kembali mengabulkan doa-doa yang kulambungkan di udara. Tidak apa harus menunggu lama. Untuk sementara aku ingin mencintai diriku sendiri dulu. Membebaskanku dari rasa khawatir akan masa lalu dan menapaki perjalanan yang terbentang di hadapanku.

Jangan khawatir, aku baik-baik saja, jika nanti kau ingin menyapa. Sapalah aku dengan senyuman. Akan ku pastikan, tatapan itu tidak akan mengandung rasa. Perihal janji kemarin, lupakan saja.

Aku akan belajar kembali melakukan semuanya dengan sendiri. Aku akan belajar menjadi wanita yang kuat berdiri sendiri, bukannya dulu kau juga bilang jika aku wanita hebat. Dan akan kubuktikan padamu bahwa aku memang pantas untuk gelar itu. Terima kasih untuk laranya, semoga dikemudian hari aku bisa bertemu pengganti dirimu  yang pintar dalam mengobati (luka).

Pertemuan singkat tapi padat dan berakhir dengan kata selamat tinggal. Kira-kira begitulah cerita kita.***

 

Baca juga

CATATAN RAMONA

WAHYUNI LUBIS tinggal di Panyabungan, Mandailing Natal, Sumatera Utara. Sekarang penyiar di Radio Prima FM Panyabungan, juga aktif sebagai MC di berbagai kegiatan. Penggerak Pramuka di SMA Negeri 3 Panyabungan hingga 2017.

Comments

Komentar Anda

Silahkan Anda Beri Komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.