Berita Foto, Hiburan, Seputar Madina

Film biola Namabugang Berkarakter Mandailing

Sebuah film yang berkarakter Mandailing “Biola Namabugang” terinspirasi dari banyaknya sumber hayati di Kabupaten Mandailing Natal. Askolani Nasution Sutradara Film ini mengharapkan Pemda Mandailing Natal dapat membuat terobosan-terobosan serta menggali potensi keragamana hayati yang ada di Kabupaten Mandailing Natal.(MO)

Comments

Komentar Anda

10 thoughts on “Film biola Namabugang Berkarakter Mandailing

  1. Biola na Mabugang filem ini mambaen lungun ni roha dei pala di hayati ceritanya, Ibunya anak anak Baiti pergi mencari teman sekampungnya di huma yang lain tetapi karena jatuh dari titi ke sungai akhirnya hilanglah beritanya. betapa hal ini meninggalkan kesedihan yang mendalam bagi anak anaknya di dalam hutan , mereka mencari ibunya sampai pagi tapi nihil tidak ketemu. dan akhirnya Maliki menyuruh adiknya supaya tidur saja dulu biarlah Maliki yang menunggu ibunya pulang, ooooh , begitulah kita di buai cerita lewat Biola na Mabugang ini betapa inginnya kedua anaknya itu bertemu lagi dengan ibu mereka. karena ayah mereka juga telah meninggal semasa anak anak mereka sangat muda sekali. begitulah segelintir kisah budaya di Mandailing tempo dulu dari pada menanggung malu lebih baik mengasingkan diri ke hutan dengan segala macam resikonya.
    ketika bersambung dalam filem Biola na Mabugang 2 ini ternyata kedua anaknya yang telah lama tinggal di hutan mereka mencari keluarga orang tua mereka ke Desa maka mereka dapatkanlah keluarga dari pamannya , disamping itu mereka juga tetap mencari keluarga ibu mereka , suatu hari mereka berangkat ke Poken Sinonoan , mereka bertemu dengan seorang wanita separoh baya dengan seorang anak yang sedang di gendong, maka dalam hati mereka bertanya tanya siapa gerangan ibu muda ini koq mirip sekali dengan ibu mereka , maka mereka berdua tetap mengikuti ibu muda ini hingga ke desa ibu muda ini, di halaman rumah ibu muda ini terjadilah dialog ibu dari ibu muda ini dengan Maliki dan Safii, akhirnya disuruhlah mreka masuk ke rumah, dan dirumah inilah terbongkar tragedi 20 tahun lalu, Nenek yang dirumah ini bertanya kepada kedua anak anak ini. siapa nama kalian , dan apa gerangan yang terjadi, dan siapa nama ibu kalian katanya. dijawab Maliki Nama ibu kami adalah Baiti katanya. mendengar jawaban tersebut seorang nenek ini tak tahan menahan haru dan langsung menangis diselingi pertanyaan selanjutnya sambil ter isyak isyak menahan tangis ” dimana ibumu sekarang ” katanya, ” sudah lama meninggal nenek kata maliki” dompak di arangan dope hami katanya langsung disambut sang nenek dengan jeritan tangis , dan akhirnya nenek itu mengatakan bahwa ibu kalian adalah anak ku yang dulu kawin lari dari kampung ini. dan ini sambil menunjuk perempuan muda itu adalah adik dari ibu kalian katanya dan saya adalah nenek kalian. dan kalian tinggallah di rumah ini dan anggablah rumah ini rumah klalian kata nenek tersebut. memang cerita ini cukup menyentuh ke hati , begitulah kalau sastra Mandailing ini di kemas dengan rapi , perlu kita ketahui ada sebagian bahasa mandailing walaupun terjemahannya ke dalam Bahasa indonesia akan hilang rasa bahasa tersebut bahkan juga magnanya.

  2. tapi dimana ya di pesankan Filem Biola na Mabugang 2 ini sebagai sambungan dari filem Biola namabugang pertama , ingin sekali melihat kelanjutan ceritanya, kalau saya ingin melihat keterkaitan tentang matinya ibu anak anak Baiti , setelah itu , dan akhirnya anak anaknya kembali turun kedesa ibunya di Sinonoan dan pada waktu pertama mereka bertemu dengan orang kampung , orang kampung bertanya siapa mereka dan mereka menjawab kami ini orang Hutan ami halak karangan kata adiknya halak karangan songondia dehe kata orang kampung itu ‘ bo alak karangan ma songon dia dope ” kata Syafi’i maka tambah heranlah orang pertama yang mereka temui itu , dan bertanya Maliki kepada gadis desa yang baru pulang dari tepian Mandi, Jauh lagi kampung itu dari sini katanya bo on ma kampung i kata cewek tersebut dan itulah tandanya banyak pohon kelapa disini katanya. akhirnya merekapun istirahatlah di tempat itu sebentar bersama penduduk kampung yang kemudian menjadi tumpangan mereka yang bernama ” Japantak ” oleh Japantak mereka di ceritakan tentang asal usul marga dan apa itu marga kepada kedua orang pendatang baru tersebut, dan akhirnya Japantak dianggab mereka sebagai Paman mereka , disaat mereka berjalan jalan ke pekan di Sinonoan mereka bertemu dengan makcik mereka dan akhirnya mereka berkunjung ke rumah makciknya dan di rumah inilah pertama kalinya mereka bertemu dengan nenek kandung mereka dan berceritalah mereka panjang lebar tentang kehidupan mereka selama ini, dan yang mengharukan adalah ketika neneknya tahu bahwa mereka berdua adalah cucu kandungnya anak dari Baiti yang lari dari kampung ini dulu akibat kawin lari karena mereka kawin semarga yaitu Lubis yang akhirnya membawa mala petaka bagi keturunan mereka , tetapi kalau dibuat suatu kritik sastra kenapa tidak terjalin komunikasi antara anak sama orang tua waktu itu paahal dari cerita dapat kita lihat bahwa Ibu 9 neneknya kedua anak baiti ini sangat merindukan keluarga Baiti terbukti bahwa dia si nenek menangis sejadi jadinya tidak ada sedikit pun tergambar akan balas dendam akibat perbuatan orang tua mereka jadi berbeda dengan tanggaban pribadi keluarga Baiti ( ayah dan mama )ketika meninggalkan kampung ini dulunya , tetapi dalam ralita sekarang ini banyak diantara Masyrakat Mandailing sekarang ini yang melakukan hal yang sama seperti Baiti dan Tofsir yakni kawin semarga tetapi tidak di usik oleh masyarakat maka yang penting adalah walaupun dia masalah adat adalah Sosialisasinya di tengah tengah masyarakat dimana kawin semarga dilarang dalam adat betul tetapi tidak melanggar norma Agama Islam , maka yang penting adalah Sosialisasi Agama Islam itu penting , tetapi cerita ini dulu mungkin terjadi di awal awal Agama Islam mulai muncul di Mandailing jadi masih dalam tarap Sosialisasi masalah Perkawinan.

  3. Ssatu hal yang di unggulkan oleh cerita Biola Na Mabugang 2 ( tias ni Bugang 2 ) ini adalah ke kaguman orang luar terhadap bahasa Mandailing yang sdibawakan opeh pemerannya dalam hal ini adalah Syafi’i dan Maliki, sampai sampai seorang gadis dari luar daerah MANDAILING yang bernama Marry Janetta tertarik sama tokoh utama yang bernama Maliki , dalam dialognya ter ungkap ” banyak pertanyaan yang tidak bisa di rasionalkan ” katanya kepada Maliki ” seperti kenapa aku selalu merindukanmu dan tinggal di Mandailing menikah denganmu ” katanya dan juga dia berkata ” kenapa ya suara tulilla mu itu membuat kerinduan tersendiri di hatiku ” tetapi itu semua tidak bisa di rasionalkan katanya marry Janetta. itu semua tidak apa apa lah that is my way , yang penting nanti aku harus pakai
    ” Bulang ” katanya memang cerita ini akan semakin asik bila di cermati dengan serius dan kita juga harus mengingat setting waktunya, dan tidak bisa bayangkan dengan cara muda mudi zaman sekarang pakai bahasa daun daunan pula padahal sekarang sudah ada Black berry ataupun hand phone jadi gampang komunikasi, memang tokoh utama ini terlalu hati hati nampaknya bila melanggar adat mungkin trauma dari cerita cerita orang tua mereka dulu. tapi dari cerita itu baiklah kita ambil hikmahnya artinya kita harus berpikir panjang jika kita hendak melangkah ke jenjang perkawinan suatu hal yang tidak di pikirkan oleh kedua orang tua mereka tempo dulu akibatnya membuat keturunannya melarat di belakang hari, tetapi yang namanya adat bisa berubah oleh zaman seperti saat sekarang ini yang namanya semarga bukan berarti sedarah jadi hubungannya dengan kawin ya sah sah saja seperti yang di ucapkan tokohSyafi’i kepada gadis pujaannya Siti Za Zura. yang bermarga Lubis .

Silahkan Anda Beri Komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.