Budaya

Film Mandailing “Marina” Masuk Pasar

Adengan film Marina
Adengan film Marina

SIABU (Mandailing Online) – Tympanum Novem Films kembali merilis satu film Mandailing, berjudul “Marina”.

Film berbahasa Mandailing yang berdurasi nyaris 2 jam itu telah beredar di toko-toko kaset di pasaran dalam bentuk VCD.

Film “Marina” ini digarap dengan plot cerita lebih lentur agar penonton lebih terhibur. Rodang Tinapor di Desa Bonandolok, Kecamatan Siabu, Mandailing Natal merupakan lokasi dan setting utama ceritanya.

“Bukan tanpa alasan. Tentu karena Rodang, rawa yang luasnya ribuan hektar memang memiliki banyak potensi, baik potensi sumber kehidupan penduduk, maupun potensi ekowisata,” kata Askolani Nasution yang menyutradarai film ini di sela acara nonton bareng film “Marina” di café Radio Start FM Panyabungan usai berbuka puasa, Kamis (3/6).

Film “Marina” bercerita tentang seorang gadis bernama “Marina” yang melarikan diri dari kota karena dituduh membunuh temannya. Marina lalu hidup di satu kawasan rawa bernama Rodang Tinapor.

Dia kawasan itu dia bertemu berbagai sosok-sosok  unik manusia yang hidup di rawa. Misalnya dua bocah kecil yatim piatu bernama Lian dan Makbul yang hidup rawa dengan parahu kecil penangkap ikan. Lalu seorang duda muda yang tinggal bersama satu putrinya yang masih kecil setelah si istri lari dengan pria lain.

Ada pula sosok orang gila yang saban hari selalu merasa memegang HP dan ber-SMS. Bahasanya cuma satu : “Laporan diterima…pesan telah terkirim”.

Keempat sisi hidup berbeda itu menjalin aliran cerita film ini dengan sentuhan musik rasa gordang sambilan dan seruling. Film ini kian enak ditonton karena dipikat oleh gambar-gambar rawa yang sangat eksotis berlatar perbukitan dan hamparan ilalang yang mempesona membentuk mozaik-mozaik indah.

Ada pula Erwin Parsaulian, pemeran duda yang ditinggalkan istrinya. Erwin yang juga pemeran tokoh Cak-cak di “Film Biola Namabugang” dan pemeran tokoh Jamures di film “Sigotap Ulu, sangat piawai berakting di film “Marina” ini sehingga makin memperkuat emosi di dalam film ini.

“Kami berharap, dengan film ‘Marina’, penonton bukan hanya terhibur karena kisah yang menggetarkan kemanusiaan, tetapi sekaligus menawarkan eksotisme Rodang Tinapor yang dimiliki Mandailing Natal. Hanya penonton yang bisa melihat potensi ini, karena penduduk lokal hanya menyadari potensi mata pencaharian saja,” kata Askolani Nasution.

Editor  : Dahlan Batubara

 

Comments

Komentar Anda

Silahkan Anda Beri Komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.