Seputar Madina, Seputar Tapsel

Pemudik Jalan Kaki Jalinsum Aek Latong


Licin dan Berlumpur
Jalinsum Aek Latong, Kecamatan Sipirok, Tapanuli Selatan menebar ancaman bagi pengguna jalan atau pemudik. Lima hari menjelang Lebaran, Kamis (25/8), kondisi jalan tersebut licin dan berlumpur akibat turunnya hujan sejak sepekan terakhir.
{msimage}Pantauan METRO, Kamis (25/8) pagi hingga sore, beberapa kendaraan bermotor seperti mobil atau bus berjalan satu persatu dan lambat karena jalur yang bisa digunakan baru satu arah atau belum bisa dilalui secara berpapasan. Pasalnya, jalur tanjakan tersebut masih dalam tahap penimbunan.
Selain itu akibat diguyur hujan, membuat jalanan licin dan berlumpur. Beberapa penumpang bus yang juga pemudik harus rela berjalan kaki untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan. Mereka cemas peristiwa bus ALS yang tidak dapat melewati tanjakan dan turun hingga terjun ke telaga di samping Jalinsum terulang kembali.
“Kami harus turun dari bus dan jalan kaki (sekitar 100 meter, red) naik tanjakan. Memang capek dan kotor karena lumpur, tapi hal itu lebih aman,” kata salah seorang penumpang bus br Nasution (40) yang bermaksud mudik ke Kabupaten Madina dari Kota Medan.
Salah seorang petugas kepolisian, Allen Silitonga menuturkan, kemacetan di jalur Aek Latong saat ini tidak terjadi.
“Kemacetan tak pernah terjadi lagi, cuma terkadang ada antrean kecil sekitar 10 menit, itupun akibat jalanan yang licin karena terus diguyur hujan. Ketika jalanan licin, beberapa kendaraan tak sanggup menanjak dan akhirnya berhenti lalu menepi agar kendaraan lain bisa melintas,” katanya.
Salah seorang petugas PU di jalan Aek Latong bermarga Sinaga menuturkan, akibat cuaca yang kurang bersahabat, pihaknya sangat kesulitan untuk melakukan perbaikan dan penimbunan jalan.
“Dengan cuaca seperti ini (hujan, red) kami sangat kesulitan,” ucap Sinaga.
Genangan Air
Selain jalanan licin dan longsor, genangan air di tengah badan Jalinsum Aek Latong juga sangat membahayakan pengguna jalan khususnya sepedamotor. Apalagi, beberapa hari lalu pengendara sepedamotor pernah terjatuh di genangan air di jalan sepanjang sekitar 20 meter tersebut. Bebepara pengendara sepedamotor tampak ragu-ragu melintasi genangan air yang keruh tersebut karena tak tahu kedalaman air.
“Kita takut melintasinya apalagi airnya dalam, atau tiba-tiba roda tersandung batu,” kata Rahman salah seorang pengendara yang mengaku baru melintasi jalan yang digenagi air.
Pemerintah diharapkan segera memperbaiki dan menimbun jalan tersebut agar pemudik yang melintas dapat merasa nyaman dan aman.
Dilintasi Dua Ribu
Kendaraan
Volume kendaraan yang melintas di jalur Aek Latong sejak dibukanya Pos Pengamanan (Pos PAM) 22 Agustus lalu, volume kendaraan yang melintas di jalur rawan longsor dan lakalantas tersebut mencapai sekitar 2.000 unit setiap hari. Sementara pada hari biasa volume kendaraan yang melintas sekitar 1.000 unit. Angka tersebut diprediksi akan kembali meningkat hingga H-1 Idul Fitri.
Hal ini dikatakan Abdurrasyid Hasibuan salah seorang petugas dari Dinas Perhubungan Tapsel kepada METRO, Kamis (25/8) di Aek Latong.
Dikatakannya, aparat dari kepolisian, Dinas Perhubungan, Dinas Kesehatan, dan personel Koramil tetap siap siaga 24 jam untuk melayani masyarakat pengguna jalan dalam mengatur arus lalu-lintas agar dapat berjalan lancar.
“Dengan kondisi cuaca yang buruk suhu yang dingin, kita tetap siap 24 jam. Itu sudah perintah,” ucapnya.
Di Psp, Pemudik
Mulai Terlihat
H-5 Idul Fitri, para pemudik mulai terlihat di Kota Padangsidimpuan (Psp). Pantauan METRO, kendaraan yang hendak mudik baik menuju arah Madina, arah Medan, Rantau Prapat, Sibolga dari Kota Psp sudah mulai terlihat. Seperti banyaknya mobil yang mengangkut barang di bagasi belakangnya yang terlihat dari luar termasuk barang yang diikat di atas mobil. Mayoritas pemudik masih dengan mobil daripada sepedamotor. (ran/neo)
Didominasi Pemudik Bersepedamotor
Pemudik yang mengendarai sepedamotor mulai terlihat melintasi Jalinsum Kabupaten Padang Lawas Utara pada H-5 Lebaran atau Kamis (25/8). Sejak pagi hingga sore hari, pemudik bersepedamotor melintas baik sendiri-sendiri maupun rombongan.
Pemudik yang menggunakan sepedamotor tersebut adalah perantau asal Paluta yang beraktivitas atau bekerja di Pekanbaru, Jambi, Lampung dan daerah lainnya.
Pantauan METRO, sejumlah pemudik bersepedamotor terlihat melintas secara berkelompok antara dua hingga lima orang. Mereka berboncengan dan membawa barang bawaan yang cukup banyak.
“Tahun ini kita kembali pulang ke kampung halaman bersama-sama. Sekarang kita sedang menunggu teman dari jalur Sibuhuan, dan pulang bersama-sama ke Dolok Sipiongot Kecamatan Dolok,” kata Andi Ritonga didampingi sejumlah rekannya saat menunggu di simpang Portibi, Gunung Tua, Kamis (25/8).
Diutarakannya, mudik merupakan suatu kebutuhan untuk memenuhi kerinduan akan kampung halaman setelah didera rutinitas pekerjaan. “Sudah satu tahun kami bekerja di daerah orang. Jadi momen Idul Fitri ini menjadi keharusan untuk pulang kampung,” ungkapnya.
Sebelum mudik, Andi yang merantau di daerah Lampung bersama rekan-rekannya telah mempersiapkan kendaraan semaksimal mungkin dan berkoordinasi dengan posko pemantau lalu-lintas mudik yang berada di jalur tersebut. “Selama kami di perjalanan, kami selalu berhenti di posko mudik untuk beristirahat atau mengecek sepedamotor kami agar tetap prima selama dalam perjalanan,” pungkasnya.
Minim Lampu
Penerangan Jalan
Pemudik yang akan melalui Jalinsum di wilayah Paluta seperti di jalur Desa Hutaimbaru hingga perbatasan Langgapayung Labusel, Gunung Tua hingga Desa Binanga perbatasan Palas serta Nabundong, Kecamatan Hulu Sihapas Paluta diimbau untuk waspada khususnya pada malam hari. Pasalnya di jalur tersebut atau sepanjang sekitar 5 hingga 25 kilometer belum ada lampu penerangan jalan umum.
Pantauan METRO, jalur mudik yang melalui Jalinsum Hutaimbaru hingga Langgapayung, Gunung Tua hingga Binanga, serta sekitar Nabundong tampak gelap guilt pada malam hari. Lampu penerangan jalan hanya ada di ibukota kecamatan.
Itupun tidak seluruh lokasi difasilitasi penerangan jalan umum. Padahal di jalur tersebut terdapat beberapa titik yang berpotensi untuk kecelakaan, seperti turunan, tikungan tajam dan jalan berlubang. Yang lebih parah lagi, di sepanjang jalan tersebut hanya didapati perkebunan sawit dan karet. Seperti di sepanjang jalan Hutaimbaru hingga Langgapayung, begitu juga dengan daerah Nabundong dan Jalinsum hingga ke perbatasan daerah antara Palas dan Paluta maupun Labusel.
Kondisi ini memaksa para pemudik yang melalui ketiga jalur jalan ini untuk mengurangi kecepatan laju kendaraannya untuk mencegah terjadinya kecelakaan. Kerusakan juga terpantau di ruas jalan Gunung Tua-Padangsidimpuan. Meskipun beberapa titik sudah ada yang diperbaiki, namun mayoritas Jalinsum di sepanjang jalur tersebut masih mengalami kerusakan. Kadis Perhubungan Paluta Drs Yusnal Daulay mengatakan, jalur yang rawan dilintasi di wilayah Paluta antaralain jalur Hutaimbaru, Kecamatan Halongonan- Langgapayung. Gunung Tua-Binanga, dan sekitar Nabundong.
“Di Paluta, ada tiga jalur yang rawan untuk dilintasi. Antara lain, jalur Hutaimbaru hingga Langgapayung, Gunung Tua hingga Binanga dan sekitar Nabundong. Saya mengimbau pemudik untuk hati-hati dan mengurangi kecepatan untuk menghindari yang tak dinginkan,” ungkapnya.
Rawan Longsor
Bagi pengguna jalan terutama pemudik lebaran tahun ini yang melintasi Jalinsum di Kabupaten Mandailing Natal masih banyak titik rawan longsor dan kecelakaan lalu-lintas. Yakni dari Panyabungan hingga Kecamatan Muara Sipongi. Selain di daerah itu, titik lainnya yang rawan longsor yakni jalan lintas provinsi atau pantai barat Madina.
Pantauan METRO di Jalinsum Panyabungan-Muara Sipongi ada beberapa titik yang dikhawatirkan akan mengancam para pengguna jalan. Seperti terlihat sejak dari perbatasan Madina dengan Sumatera Barat.
Di perbatasan kedua provinsi terdapat puluhan bahkan ratusan tikungan tajam. Tingkat bahaya tikungan itu bervariasi di mana sebagian di antaranya sudah sering menelan korban lakalantas. Misalnya di Desa Ranjobatu. Di samping banyaknya tikungan tajam, badan jalan juga banyak yang rusak. Kemudian selain di Muara Sipongi, jalinsum yang rawan longsor juga terdapat di Kecamatan Kotanopan. Ini diperparah lagi seringnya terjadi lakalantas, bahkan telah menelan beberapa korban jiwa akibat kerusakan jalan.
Bupati Madina M Hidayat Batubara melalui Kepala Dinas Perhubungan Harlan Batubara kepada METRO mengatakan pihaknya telah melakukan upaya penanganan atas kemungkinan terjadinya lakalantas tersebut apalagi menjelang lebaran yang tak lama lagi akan tiba. Disebutkannya, upaya yang dilakukan adalah dengan mendirikan marka jalan dan rambu-rambu lalu-lintas.
“Memang kondisi jalinsum sejak awal masuknya Madina dari Sumbar memprihatinkan terutama di Muara Sipongi dan Kotanopan. Untuk itu kita telah memasang rambu-rambu lalu-lintas di titik rawan laka-lantas dan longsor,” ujar Harlan. (wan)
Sumber : Metro_Tabagsel

Comments

Komentar Anda

Silahkan Anda Beri Komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.