bubuk kopi Simpang Banyak 070513PANYABUNGAN (Mandailing Online) – Pihak Importir Singapura mulai melirik bubuk kopi luwak yang diproduksi kelompok usaha Langgamtama, Desa Simpang Banyak Jae dan Simpang Banyak Julu, Kecamatan Ulu Pungkut, Mandailing Natal (Madina).

“Singapore sudah meminta 2 ton, namun kita belum mampu membutuhi permintaan itu,” kata Mursal Lubis, pengurus Langgamtama kepada wartawan, Senin (6/5/2013) di Panyabungan.
.
Permintaan eksportir Singapura itu merupakan tindaklanjut penjajakan akses pasar kopi luwak yang dilakukan Langgamtama berupa pengiriman sample produk ke berbagai eksportir di berbagai negara, seperti Amerika Serikat, Jerman, Jepang, Saudi Arabia, dan Singapura.

Kopi Mandailing terkenal di dunia internasional sejak era kolonial Belanda. Tetapi produksi biji kopi Mandailing meredup sejak Indonesia merdeka. Namun, nomenklatur Mandheling Coffee dewasa ini mencapai ratusan merek yang diproduksi berbagai negara di dunia, meski sebenarnya biji kopinya bukan dari tanah Mandailing.

“Pada saat kita kirim contoh kopi luwak dari Mandailing ini, negara Singapura yang pertama berreaksi dan langsung melakukan permintaan,” katanya.

Langgamtama merupakan gabungan kelompok tani Satahi I dan Satahi II di Desa Simpang Banyak Julu dan Simpang Banyak Jae yang dalam dua tahun terakhir memproduksi bubuk kopi berbagai merek, termasuk Kopi Luwak Spesial.

Mursal mengatakan, kopi luwak sepesial tersebut disaring secara alami, tanpa melalui media hewan musang. Negara-negara yang dikirimi sampel cukup antusias. Hanya saja Langgamtama masih terkendala rendahnya produk biji kopi untuk memenuhi permintaan pihak importir.

Dijelaskannya, animo masyarakat untuk bertanam kopi Mandailing di kawasan Simpang Banyak mulai bergeliat sejak adanya program dari Pemkab Madina melalui Dinas Kehutanan Perkebunan Madina.

Saat ini, lanjut Mursal, volume produksi biji kopi yang dihasilkan Simpang Banyak baru mencapai 4,5 ton per bulan dama bentuk biji beras. Sebagian besar masih dijual kepada pedagang lokal dan sebagian diolah menjadi bubuk kopi kemasan. Sisanya belum mampu memenuhi permintaan importir.

Untuk mendongkrak produksi, dukungan dan suntikan modal dari pihak Pemkab Madina merupakan salah satu solusi. Sebab, lahan yang luas masih membentang. (mar)

Comments

Komentar Anda