Medan, (MO) – Dua minggu pasca berhentinya operasi Tambang Emas Martabe di Batangtoru, Tapanuli Selatan, tercatat jumlah karyawan yang dirumahkan semakin banyak. Saat ini, jumlahnya mencapai 1.200 orang atau bertambah sekitar 300 orang dari sepekan sebelumnya.
“Tadi saya cek, jumlahnya malah bertambah,” kata Communication Manager PT Agincourt Resources, pengelola tambang emas Martabe di Batangtoru, Katarina Siburian, kepada MedanBisnis, Selasa (16/10).
PT Agincourt Resources selaku pengelola Tambang Emas Martabe menghentikan operasionalnya sejak 1 Oktober 2012. Langkah itu terpaksa dipilih perusahaan karena pemerintah daerah (pemda), baik Pemkab Tapsel maupun Pempropsu, gagal menyelesaikan polemik mereka dengan masyarakat terkait pembuangan limbah perusahaan itu ke Sungai Batangtoru. Dampaknya sekitar 2.000 karyawan yang bekerja di perusahaan asal Hongkong tersebut terancam dirumahkan.
Katarina mengatakan perusahaan tidak bisa menjamin ada lagi atau tidak karyawan yang dirumahkan ke depan. Menurutnya, sepenuhnya tergantung pada bisa tidaknya pemasangan pipa pembuangan air sisa pemurnian.
Namun, jelas Katarina, karyawan yang dirumahkan tersebut bukan pemutusan hubungan kerja, melainkan diberhentikan sementara menunggu ada kepastian apakah boleh atau tidaknya pipa pembuangan air sisa pemurnian dipasang.
Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur Sumut, H Gatot Pujo Nugroho ST mengatakan, upaya untuk terus mempekerjakan karyawan tetap dilakukan Pemerintah Propinsi Sumut (Pempropsu). Dia mengatakan akan membicarakan nasib karyawan yang dirumahkan kepada Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Namun sejauh ini, upaya ini belum terlaksana.
Dari hasil kinerja Badan Lingkungan Hidup (BLH) Propinsi Sumut yang sebelumnya ditugaskan Gatot memonitoring perkembangan tambang, Gatot menyebutkan bahwa jam-jam kerja termasuk lembur karyawan dikurangi perusahaan.
Jhon Tafbu Ritonga dari Angel for Sustainable Development Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara (FE USU), mengatakan, tambang emas tersebut sangat menjanjikan bagi investasi ekonomi masyarakat Batang Toru, bagi Tapsel, Sumut bahkan Indonesia.”Sebaiknya masyarakat memberi kesempatan dilakukannya pemasangan pipa seraya ikut mengawasi bilamana terjadi kerusakan sebagai akibat dari pembuangan air sisa proses ke Sungai Batang Toru. Artinya mari kita dukung bersama ka rena tambang ini memberi dampak pembangunan yang berkelanjutan,” katanya. (medan bisnis/benny pasaribu)