Catatan: Dahlan Batubara

Agroforestry Ulu Pungkut 070513
Pihak importir dari Singapura sudah melakukan permintaan sekitar 2 ton per bulan kopi Mandailing dari Desa Simpang Banyak Julu dan Simpang Banyak Jae, Ulu Pungkut, Mandailing Natal (Madina).

Tetapi, petani di dua desa ini belum mampu memenuhi permintaan itu akibat masih rendahnya tingkat produksi biji kopi. Sejauh ini, kedua desa ini masih menghasilkan sekitar 4,5 ton biji kopi per bulan yang dijual untuk kebutuhan permintaan lokal dan Medan.

Perkembangan permintaan ini harus diresfon pemerintah daerah Madina, sebab geliat kebun kopi di Ulu Pungkut tersebut sudah dilirik pihak eksportir dari sejumlah negara termasuk Singapura.

Ini juga harus jadi cambuk untuk menghidupkan kembali kejayaan kopi Mandailing yang pernah diraih pada era kolonial Belanda. Selain kaitannya dengan upaya pertumbuhan ekonomi daerah, juga agar kopi yang bermerek dagang Mandheling Coffee akan berbahan baku dari tanah aslinya, tanah Mandailing.

Saat ini pihak Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Madina sudah menyelesaikan grand desaign Pengembangan Kawasan Agroforestry Kopi Mandailing sebagai langkah awal pembukaan dan pengembangan kawasan perkebunan kopi sekaligus agrowisata dengan pola pelibatan masyarakat desa.

Hanya saja, langkah awal ini membutuhkan dukungan secara lintas sektoral, baik pada jajaran perangkat pemerintah daerah maupun para pelaku usaha dan masyarakat desa setempat.

Gagasan pengembangan Kawasan Agroforestry Kopi Mandailing ini selain memiliki sisi peningkatan ekonomi daerah dan masyarakat desa serta agrowisata, ada sisi pelestarian lingkungan hidup terutama sumber daya air.

Kondisi agropedoklimat kawasan yang direncanakan, sesuai untuk pengembangan kopi arabika.

Target kawasan adalah Desa Simpang Banyak Julu, Simpang Banyak Jae, Huta Padang dan Habincaran, semuanya di Kecamatan Ulu Pungkut.

“Kita sangat mengharapkan pembangunan agroporestry dipercepat. Dengan tujuan kebun kopi ini nantinya akan menjadi kawasan wisata, karena Desa Simpang banyak berada di dataran tinggi dengan berbagai potensi agrowisata yang dapat dikembangkan,” harap Mursal Lubis, pengurus Langgamtama, Simpang Banyak, kepada wartawan, Senin (6/5/2013) di Panyabungan.

Berdasarkan data primer yang diperoleh dari Dishutbun Madina, rencana lokasi itu berada pada koordinat 99o 46’ 40” E ; 0o 31’ 55” N sampai dengan 99o 49’ 7.5” E ; 0o29’ 22” N dengan ketinggian lokasi 1.000 – 1.400 mdpl. Kemiringan lokasi bervariasai antara 8 s/d 25% sehingga masuk dalam kategori sedang.

Jenis tanah dominan Podzolik Mrah Kuning dengan Campuran tanah Kapur Coklat. Suhu rata-rata dalam setahun selitar 20 – 25 oC dengan jumlah rata curah hujan 2.000 – 3.000 mm/tahun. Kesaman tanah berada pada kisaran pH 5.5 .6.3, kedalaman efektif tanah antara 125 sm – 160 cm.

Kemudian Kawasan Agroforestry Kopi Mandailing ini juga diharapkan mampu menjadi daerah agrowisata karena didukung panorama keindahan alam dataran tinggi. Dengan catatan, peran Dinas PU Madina dari sisi infrastruktur jalan dibereskan, terutama pelebaran jalur Ulu Pungkut dan penuntasan sambungan jalur ke Sumatera Barat agar menjadi jalur lintas bus turis manca negara dan lintasan antar provinsi.

Gagasan ini pun mengusung semangat bahwa produktifitas yang tinggi dari kebun kopi Mandailing akan mengembalikan nomenclatur “Mandheling” yang dikenal baik pada pasar kopi Internasional.

Dari hasil analisa finansial, juga memberikan kalkulasi logis tentang kelayakan pengembangan perkebunan kopi rakyat di Madina membuktikan bahwa usaha kebun kopi berkategori layak, apalagi memanfaatkan tenaga kerja petani sendiri dan dibawah bimbingan dari petugas.

“Namun proposal ini masih langkah awal sehingga ada beberapa saran yang perlu ditindaklanjuti untuk mewujudkan apa yang tertuang dalam proposal ini,” ungkap Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Madina, Mara Ondak didampingi Kabid Perkebunan, Nirwan SH didampingi Kasi Usaha Tani, A.Yasir Lubis menjawab Tondinta, pekan lalu.

Saran dimaksud antara lain, pertama, masih banyaknya kendala yang dihadapi, maka perlunya dukungan semua stake holder baik pemerintah dalam hal ini Dinas Kehutanan dan Perkebunan, Bappeda, Dinas Pengeloaan Keuangan dan Aset Daerah, Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, pelaku usaha agribisnis kopi, kelompok tani untuk bekerjasama memberi peran serta yang nyata untuk mewujudkan Kawasan Agroforestry Kopi Mandailing Ini.

Kedua, besarnya biaya yang dibutuhkan maka perlu upaya keras untuk mencari sumber-sumber pendanaan lain baik yang bersumber dari APBN ataupun sumber lainnya.

Ketiga, perlu adanya platform kerja yang jelas mengingat bahwa pekerjaan ini tidak selesai dalam satu tahun.

Keempat, perlunya menyusun Grand Design yang komprehensif yang memperhatikan faktor dukungan agropedoklimat, rancang bangun infrastruktur yang memiliki nilai estetika, tata letak yang sesuai dengan kearifan lokal sehingga mampu memaksimakan pemanfaatan potensi yang ada.***

Comments

Komentar Anda