
Catatan : Dahlan Batubara
Akhirnya semua segmen kelelahan di dalam kungkungan Covid-19.
Persoalan virus Corona menimbulkan malapetaka ekonomi dan sosial.
Kevakuman ekonomi, kemandegan distribusi, industri melambat, PHK, pengagguran massal, daya beli merosot menjadi hantu nyata di tiap kawasan.
Kelelahan itu memunculkan kesadaran baru untuk mensiasati tatanan dunia baru atau lebih populer New Normal.
New Normal ini dipromosikan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) yang diperkuat WHO.
Konsep New Normal ini memungkinkan setiap negara atau daerah di dalam suatu negara mengimplementasikan kebijakan kebijakan yang merangsang tumbuhnya kembali perekonomian yang sempat vakum akibat Covid-19 namun tetap menerapkan protokol pencegahan sebaran virus Corona.
Terbaru, pemerintah Indonesia mengizinkan mereka yang berusia di bawah 45 tahun untuk kembali beraktivitas di luar rumah. Sekolah juga diproyeksikan dibuka kembali pada Juli mendatang.
Di sisi lain, virus masih tersebar luas di tengah masyarakat, penularan berlangsung dengan mudah dan cepat, sementara vaksin belum juga ditemukan.
Di sinilah, pola hidup normal baru atau new normal akan diimplementasikan.
Hidup tidak bisa seterusnya dalam pembatasan yang terlalu ketat, karena banyak hal yang terdampak.
Masyarakat diperbolehkan kembali beraktivitas dengan tetap menaati aturan kesehatan yang berlaku.
“Artinya sampai ditemukannya vaksin yang efektif, kita harus hidup berdamai dengan Covid-19 untuk beberapa waktu ke depan,” kata Jokowi, seperti diberitakan Kompas.com, 7 Mei 2020.
KURVA EKONOMI
Mengutip hasil riset Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA, yang memprediksi kegiatan ekonomi bisa kembali berjalan pada Juni, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (Gapmmi) Adhi Lukman mengungkapkan terhentinya kegiatan terlalu lama membuat dampak berat bagi ekonomi.
“Prinsipnya setuju (hasil riset Denny JA), agar perekonomian bisa mulai jalan lagi. Karena sekarang semua kena dampak dan akan berat buat Indonesia kalau terlalu lama berhenti,” ujarnya kepada CNNIndonesia.com, dikutip Senin (18/5).
Adhi sepakat dengan riset tersebut bahwa pembukaan aktivitas ekonomi dimulai pada daerah yang menunjukkan kurva melandai.
“Daerah yang mulai membaik prediksi saya bisa Juni dibuka,” imbuhnya.
Di sisi lain, Menteri Perekonomian
Airlangga Hartarto, dalam keterangan resmi, Senin (18/5) mengatakan pemerintah akan melihat kesiapan sektor publik masing-masing kementerian atau lembaga (K/L), tingkat kedisiplinan masyarakat, berikut respons publik terhadap cara bekerja dan bersosial pada new normal.
Tingkat kesiapan terhadap situasi nasional akibat pandemi akan terbagi dalam lima level.
Rinciannya, level pertama masih kritis (belum siap), level kedua parah (belum siap), level ketiga substansial (mulai siap sebagian), level keempat moderat (siap lebih banyak) dan level kelima rendah (siap semua).
KESIAPAN DAERAH
Dari semua itu, kesiapan Daerah mutlak diperhatikan. Sebab, bagaimana pun juga Daerah adalah bagian dari rangkaian sel suatu negara.
Lantas bagaimana harapan kesiapan Kabupaten Mandailing Natal? Apakah siap mengimplementasikan New Normal ini dalam menormalkan kembali ekonominya?
Melihat kebijakan kebijakan ekonomi oleh Pemkab Madina selama ini, optimisme masih sulit diharapkan. Itu bisa dilihat dari postur APBD selama ini kurang tajam kepada penguaatan ekonomi terutama sektor tanaman pangan, perkebunan, peternakan, perikanan, jasa, industri kecil yang menjadi andalan mayoritas rakyat Madina.
Untuk itu, berhubung tahun ini merupakan tahun pemilihan kepala daerah (Pilkada) maka Madina membutuhkan figur pimpinan yang memiliki political will serta memiliki visi yang kuat di sektor ekonomi plus memiliki kapasitas penguasaan makro dan mikro ekonomi.
Dari sekian figur yang muncul, Atika Azmi Utammi Nasution, B.AppFin.MFin merupakan sosok yang memiliki kriteria itu.

Gadis dari Kotanopan, Madina yang menjadi kandidat wakil bupati Madina mendampingi kandidat bupati HM Jakfar Sukhairi Nasution ini selain memiliki kapasitas intelektual mumpuni juga telah memperlihatkan kemauan politiknya yang kuat terhadap ekonomi kerakyatan.
Dalam berbagai dialog dengan berbagai komponen termasuk di hadapan wartawan, Atika banyak mencuatkan poin poin penting menghidupkan sektor pertanian tanaman pangan, perkebunan, peternakan, perikanan, jasa, industri kecil hingga perdagangan.
Pandangan pandangan dan sikap politiknya itu menjadi hidup mengingat latar master financial-nya dari University of New South Wales, Australia.

Dan itu diperkuat oleh karakternya dari tiga sisi penting. Pertama, sisi dunia perdagangan dari ayahnya H. Khoiruddin Nasution (Oji Khoir) seorang saudagar tangguh dari Mandailing.
Kedua, sisi eleganitas, etos kerja, kemandirian dan kekuatan komitmen yang merupakan karakter orang Australia yang sedikit banyanya memengaruhi sisi sikap Atika.
Ketiga, sisi milenial, dimana Atika adalah perempuan milenial yang tentu memiliki karakter gesit dan kemauan kuat dalam melakukan terobosan terobosan penting.
Diharapkan kelak dia akan melahirkan kebijakan kebijakan yang tajam dalam merangsang pertumbuhan sektor sektor ekonomi ril masyarakat. Semoga.***
Penulis adalah Pimred Mandailing Online/Pimred Madina Bisnis.