JAKARTA (Mandailing Online) – Wakil Bupati Mandailing Natal, Sumatera Utara Atika Azmi Utammi Nasution, B.App.Fin mengurai kondisi ekonomi makro daerah, serta kebutuhan fiskal untuk membiayai pembangunan dalam rangka menjalankan fungsi dan kewenangan daerah menyediakan pelayanan publik.
Atika mengungkap, bahwa dalam 15 tahun terakhir, PDRB (Pendapatan Dimestik Regional Bruto) Mandailing Natal (Madina) tumbuh walaupun belum signifikan.
“Dan perlu dicatat, ini sangat tidak sebanding dengan potensi SDA Madina yang cukup besar”, paparnya di hadapan Tim Percepatan Pembangunan Daerah (TP2D) pada acara Dialog Pembangunan Daerah di Hotel Borobudur Jakarta, Senin (27/2) malam.
Ekonomi makro atau makro ekonomi adalah studi tentang ekonomi secara keseluruhan. Makroekonomi menjelaskan perubahan ekonomi yang mempengaruhi banyak masyakarakat, perusahaan, dan pasar. Makro ekonomi menyangkut hal-hal mengenai inflasi, tingkat harga, pertumbuhan ekonomi, pendapatan daerah, Produk Domestik Bruto (PDB), dan fenomena pengangguran. Juga berkaitan dengan kinerja, struktur dan behaviour ekonomi.
Pertemuan tersebut dihadiri Bupati Madina Ja’far Sukhairi Nasution dan Wakil Bupati Atika Azmi Utammi Nasution bersama sejumlah Organisasi Perangkat Daerah (OPD).
Dialog juga dihadiri Todung Mulya Lubis yang didapuk sebagai Ketua Tim Percepatan Pembangunan Daerah (TP2D).
Sejumlah tokoh masyarakat asal Kabupaten Madina menghadari acara dialog.
Selain mantan Duta Besar RI untuk Norwegia itu, hadir pula mantan Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution, mantan Dirjen Keuangan Kemenkeu Mulia P. Nasution, dan sejumlah tokoh Madina seperti Komjen (Purn) Polri Saud Usman Nasution, M. Azhar Lubis, Saipullah Nasution, Mansyur Nasution, dan Mayjen TNI (Purn) A.A. Nasution dan ekonom Dr. Faisal Basri.
Juga Staf Khusus Bupati Madina Irwan Daulay dan Ali Mutiara Rangkuti serta Ketua Dewan Riset dan Inovasi Daerah Irwansayah Nasution selaku Sekretaris TP2D.
Atika menyatakan, kemajuan suatu daerah bergantung dari 3 hal, yaitu dedikasi pemerintah, sinergitas yang kuat dan masyarakat yang suportif. Ia menguraikan dengan luasan daerah 1/10 Sumatera Utara ternyata kepadatan penduduk di Madina hanya 72 jiwa/km2.
“Yang kami fahami inilah satu satu permasalahan yang dialami Madina, dengan wilayah yang luas, kepadatan penduduk yang sangat rendah dan berpencar akan membutuhkan pembiayaan infrastruktur yang sangat tinggi, untuk itu diharapkan forum ini kedepan mampu membuka pintu untuk memecahkan salah satu persoalan ini,”harap Atika.
Atika juga mengakui PDRB Madina tumbuh lebih baik dan bahkan rangking 4 tertinggi di Sumut, namun itu juga tidak signifikan. Kemudian pendapatan perkapita masyarakat juga cenderung naik walaupun angka pengangguran fluktuatif terpengaruh kondisi pandemi covid-19 lalu.
Ia juga mengatakan kondisi yang membuat sedikit frustasi adalah porsi APBN yang terbatas.
“Makanya kami berharap melalui forum ini porsi APBN untuk Madina itu lebih baik lagi, dan untuk itu kita telah mempersiapkan proposalnya DED senilai 1,6 triliun Rupiah dan tentunya besar harapan kami melalui forum ini dapat dibantu untuk diwujudkan”, katanya.
Pada kesempatan tersebut Atika juga menyampaikan peningkatan pelayanan masyarakat melalui pembangunan fasilitas RSUD Panyabungan yang lebih memadai, persoalan perkebunan, pertanian dan sebagainya.
“Kami yakin PR kami untuk membangun Mandailing Natal dan memberikan pelayanan prima kepada masyarakat sangat berat, sehingga jika PR ini dapat dikerjakan bersama kami yakin akan menjadi ringan untuk mewujudkan kesejahteraan kepada masyarakat Madina”, tutupnya.
Sumber: Madina Pos
Editor: Dahlan Batubara