Artikel

Atika Tokoh Milenial Harapan Penerobos Ekonomi Madina

Atika Azmi Utammi Nasution, B.AppFin, MFin

Catatan : Dahlan Batubara

Pemimpin muda itu agresif, penerobos. Bahkan dobrakan kebijakannya sangat deras.

Itulah jika pemimpin diangkat dari kalangan muda. Dari kaum milenial.

Pemimpin demikian sangat dibutuhkan menggerakkan pemerintahan daerah. Di era yang serba akurat, era dimana energi gebrakan kebijakan harus deras agar suatu daerah mampu berpacu menerobos dinamika tuntutan ekonomi globalisasi, digitalisasi, di era 0.4 saat ini.

Pemimpin tua meski tergolong lebih matang dari sisi kordinasi namun lemah dari sisi gebrakan; lamban karena banyak pertimbangan dan keraguan akibat faktor usia. Cenderung terjebak pada pujian sehingga melemahkannya di hadapan laporan ABS (asal bapak senang).

Speed pemimpin dari kaum tua itu lamban. Speed-nya masih di kecepatan era 0.3, padahal aktivitas manusia di semua sektor terkini sudah di 0.4.

Akibatnya, ekonomi rakyat di daerah masih begitu-begitu saja. Pola perkebunan rakyat tak berubah, pertanian, perikanan, peternakan bagai kecepatan keong. Pengangguran pun meningkat.

Itu karena pemerintahan yang dipimpin kaum tua gagal membaca kebutuhan dan pola zaman.

Postur APBD dari tahun ke tahun terlihat kurang menggambarkan penanganan cerdas terhadap perekonomian rakyat di sektor perkebunan, pertanian tanaman pangan, peternakan dan perikanan. Pun termasuk sektor UMKM dan jasa.

Lihatlah per kecamatan, apakah ada perubahan sentra produksi yang signifikan?

Apakah ada satu sektor agroindustri atau agribisnis yang melejit di tiap kecamatan?

Apakah ada sektor unggulan yang melejit di tiap kecamatan?

Justru persentase pengangguran di kalangan usia kerja meningkat. Solusi ril tak pernah terlihat.

Sekali lagi, pemerintahan yang dipimpin kaum tua gagal membaca kebutuhan zaman.

Darah kaum tua tak sederas aliran darah kaum muda. Pun daya gebraknya berbeda.

Otak kaum muda atau kaum milenial itu terus ‘bangun’. Ambisi mereka menyala-nyala.

Hampir semua anak muda pada dasarnya seperti itu. Kalau punya kemauan harus menjadi kenyataan. Kalau belum tuntas belum mau berhenti.

Itulah sebabnya hanya anak muda yang bisa membuat kemajuan besar. Yang tua bisa juga tapi sangat jarang.

Umur seperti milenial itulah tiga kehebatan bisa bersatu di satu tubuh : intelektual, ambisi, dan kemudaan.

Mereka sudah intelektual, setidaknya sudah lulus S-1 dan S-2. Otak intelektualitasnya sudah mendapat pendidikan logika dan sistematika.

Lihatlah pemimpin muda dunia. Mereka adalah pemimpin negara maupun aktivis yang mendedikasikan diri untuk kemaslahatan dunia. Ada yang mengundang pujian maupun decak kagum, meski ada pula aksi mereka yang kontroversial karena dobrakannya merangsang dan menggeliatkan sektor-sektor urgen.

Pemimpin milenial memiliki sifat optimistik, percaya diri, gesit, cepat.

Pola pikir cenderung idealis, jika ada aturan yang tidak sesuai maka tak ragu melakukan terobosan mengubahnya.

Pemimpin milenial cenderung kritis menyikapi sesuatu. Tak menelan bulat-bulat informasi atau laporan. Memilih melakukan cross check lebih jauh. Makanya milenial mengharamkan ABS (asal bapak senang) atau AIS (asal ibu senang).

Masa kini, Mandailing Natal (Madina) membutuhkan pemimpin muda, enerjik, gesit, mau menerobos, idealis, intlektual, berambisi kuat merubah sektor-sektor urgen perekonomian rakyat dari yang lamban menjadi cepat.

Madina beruntung atas kemunculan Atika dari kaum milenial. Kombinasi itu ada di diri Atika.

Nama lengkapnya Atika Azmi Utammi Nasution, B.App.Fin,M.Fin. Wanita milenial dari Kotanopan. Lulusan S-2 dari Universitas of New South Wales, Sydney, Australia.

Bakal calon bupati Madina, Jakfar Sukhairi Nasution tidak salah memilih Atika sebagai calon wakil bupati.

Dalam beberapa pembicaraan saya dengan Jakfar Sukhairi, beliau menyadari betul bahwa Madina membutuhkan terobosan ekonomi yang gesit dan tidak lamban. Dan dia melihat itu ada pada diri Atika.

Oleh karena itu, Atika kelak akan memiliki kewenangan penuh melakukan perubahan-perubahan besar pada sektor ekonomi, meliputi perkebunan rakyat, pertanian tanaman pangan, perikanan laut dan darat, peternakan, perdagangan dan industri.

Dan pilihan itu termasuk jitu karena Atika memiliki potensi itu selaku gadis milenial yang berintlektual tinggi, menguasai makro ekonomi selaku magister finansial.

Karena pusat pertumbuhan ekonomi Madina itu sejatinya berada di desa desa. Dengan lahirnya usahawan usahawan muda di sektor perkebunan, pertanian, peternakan, perikanan laut dan darat. ***

Dahlan Batubara saat ini menjabat pemimpin redaksi Mandailing Online. Mantan pemimpin redaksi surat kabar ekonomi Tondinta

Comments

Komentar Anda

Silahkan Anda Beri Komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.