85 PLTS untuk Daerah Terpencil
TAPSEL- ; Bupati Tapanuli Selatan Syahrul M Pasaribu meresmikan secara simbolis pengoperasian bantuan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dari Dinas Pertambangan dan Energi Sumut tahun 2010 sebanyak 85 unit, Sabtu (11/12). Bupati berpesan agar warga penerima bantuan 85 PLTS di daerah terpencil tersebut untuk menjaga dan memeliharanya.
“Kita harus memiliki rasa tanggung jawab untuk menjaga pembangunan yang dilaksanakan pemerintah. Jika dijaga dan dipelihara, masyarakat nantinya bisa menikmati program penerangan daerah tertinggal dalam kurun waktu yang lama, meskipun kapasitas daya listriknya terbatas,” kata Bupati Syahrul dihadapan masyarakat Desa Parausorat Sitabo-Tabo, Kecamatan Saipar Dolok Hole (SDH), saat peresmian secara simbolis operasional PLTS yang sudah terpasang di rumah warga penerima bantuan, dan dipusatkan di Dusun Sitabo-Tabo.
Diutarakan Bupati, dirinya salah satu pihak yang ikut menelurkan dan menyukseskan program pemerintah provinsi tersebut sejak beberapa tahun terakhir atau saat dirinya masih duduk sebagai anggota DPRD Sumut.
Dijelaskannya, harga 1 unit PLTS sekitar Rp6,5 juta. Hasil dari program tersebut berdampak nyata dan sangat besar bagi masyarakat terpencil dan terisolir yang selama ini belum pernah menikmati penerangan listrik baik dari PLN ataupun lainnya.
“Doakan saja selalu sehat dan kuat sehingga hubungan baik dengan pemerintah pusat dan provinsi yang telah terjalin lama bisa terus berlanjut ke depan. Sehingga jumlah bantuan bisa terus bertambah agar bisa menjangkau daerah pemukiman warga lainnya,” ujar Bupati sembari berharap agar pemerintah provinsi yang diwakili pihak Dinas Pertambangan dan Energi (Ditamben) Sumut bisa terus mengembangkan program PLTS tersebut khususnya untuk daerah Tapsel yang begitu luas dan masih banyak belum menikmati lampu penerangan sejak Indonesia merdeka.
Kepala Desa Parausorat Sitabo-Tabo, Ramli Sihombing dalam sambutannya di acara itu sangat bersyukur atas kunjungan Bupati Tapsel dan rombongan, yaitu anggota DPRD Tapsel Mangapul Situmorang, Ketua TP PKK Tapsel Nyonya Hj Syaufia Syahrul M Pasaribu, Kakanpora Tapsel Ginda Uli Pasaribu, pihak Distamben Sumut dan Tapsel, Camat SDH dan Ketua TP PKK SDH serta pejabat lainnya.
Apalagi, untuk menuju daerah itu melalui perjalanan yang panjang dengan menaiki kendaraan sekitar 3,5 jam, di mana sekitar 1 jam perjalanan atau sekitar 25 kilometer menuju Sitabo-Tabo melalui jalan tanah bebatuan yang penuh jurang.
“Bantuan PLTS ini disambut gembira masyarakat dan sangat membantu penerangan warga di malam hari khususnya bagi anak-anak sekolah yang hendak belajar,” terangnya. Senada juga disampaikan tokoh masyarakat desa, H K Sihombing. Dia menyampaikan terima kasih atas kepedulian dan bantuan pemerintah kepada mereka, dan berharap ke depan bantuan dan pembangunan lainnya bisa diberikan kepada masyarakat khususnya di daerah tertinggal. Sehingga nantinya masyarakat bisa berkembang dan maju jauh dari ketertinggalan.
Kasi Ketenagalistrikan Distamben Sumut, Asril menerangkan, PLTS tersebut maksimal menggunakan tiga lampu berdaya 10 watt per lampu jenis SL. Di mana solar sel PLTS kapasitas menyerap energi dari matahari hanya 50 watt. Baterai basah atau AKI (AKI mobil, red) daya simpan energi yang ditangkap solar sel sebanyak 175 KWh. “Jadi jika sudah larut malam, sebaiknya satu lampu yang dihidupkan sesuai daya AKI untuk menyimpan tenaga listrik. Dan kalau itu dilakukan, maka mulai jam 6 sore hingga pukul 6 pagi, lampu bisa terus menyala. Tapi kalau terus tiga lampu dinyalakan, maka waktu hidup lampu hanya sampai sekitar 4-5 jam lamanya dan harus diisi kembali,” ungkap Asril.
Ditambahkannya, jika kondisi cuaca mendung dan solar sel tidak bisa menangkap energi yang dipancarkan matahari, maka jika satu lampu saja yang dihidupkan bisa untuk menerangi sampai dua malam lamanya. Kalau sampai AKI tekor dalam artian tidak menyimpan arus listrik lagi, maka untuk mengisinya kembali butuh dua hari dalam kondisi cuaca cerah. Namun, kalau mendung dan masih ada sinar matahari sedikit-sedikit maka butuh tiga hari untuk mengisi arus listrik dalam AKI hingga penuh.
“PLTS ini bisa bertahan hingga 20 tahun lamanya. Terpenting, masyarakat tidak mengotak-atik alatnya. Kalaupun lampu sampai tidak mau menyala, yang perlu dilihat adalah AKI-nya, jangan sampai tekor atau tidak ada menyimpan arus listrik lagi. Kalau solar sel dan perangkat lainnya tidak perlu dikotak-katik,” terang Asril.
Sebanyak 85 unit PLTS tersebut dipasangan untuk 85 unit rumah dan fasilitas umum di daerah terpencil seperti di sekolah, balai desa, masjid dan lainnya di dua desa, yakni Desa Parausorat Sitabo-Tabo, dan Pinarik Baru. (neo)
Sumber : Metro Tabagsel