Artikel

Covid-19 Belum Teratasi, Kini Omicron Ubah Arah Pandemi

Oleh: Endang Pohan
Aktivis dakwah/mahasiswi

 

Pandemi covid-19 belum usai, namun sekarang varian virus covid-19 telah muncul. Varian virus covid-19 ini dinamakan Omicron (B.1.1.259). Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan Varian covid-19 Omicron ini terdeteksi pertama kali di Afrika Selatan pada 9 November lalu dan para ahli menduga virus ini bahkan lebih menular dari virus covid-19 lainnya. Hal ini tentu saja memicu kekwatiran karena upaya vaksinasi covid-19 yang sudah ada ini tidak begitu mempan untuk membasmi virus covid-19 varian Omicron ini (dikutip dari waspada.co.id).

WHO menyebut varian Omicron mampu mengubah arah pandemi. Kehadiran Omicron sebagai salah satu varian terbaru dari covid-19 di sejumlah negara membuat para ilmuwan di bidang kesehatan saling berlomba untuk mendeteksi bagaimana cara kerja varian baru ini pada tubuh manusia. Meskipun, beberapa bukti menunjukkan bahwa gejala yang ditimbulkan Omicron jauh lebih ringan. Tapi menurut WHO masih terlalu dini, untuk menarik kesimpulan akhir terkait varian baru ini.

Seiring berkembangnya studi tentang varian terbaru covid-19 tersebut, WHO menjelaskan masih dibutuhkan beberapa hari bahkan hingga beberapa pekan ke depan untuk mendapatkan data epidemiologi global, kemudian dianalisis, dan dilanjutkan dengan menarik kesimpulan yang tegas.

Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus menyebutkan bahwa saat ini Omicron sudah terdeteksi di 57 negara. Varian baru ini juga dianggapnya mampu menyebar lebih cepat dibandingkan varian-varian sebelumnya. “Fitur tertentu dari Omicron, termasuk penyebaran global dan sejumlah besar mutasi, menunjukkan bahwa itu bisa berdampak besar pada perjalanan pandemi,” kata Tedros, seperti dilansir dari CNBC International, Minggu (12/12/2021).

Hal ini terjadi karena kepemimpinan sistem politik-sekuler hari ini yang meyakini bahwa nilai materi menjadi satu-satunya nilai yang harus diakui dan diwujudkan. Sudut pandang ini berpengaruh kuat pada berbagai konsep penyelesaian masalah, termasuk penanganan pandemi. Alhasil, kepentingan bisnis dan ekonomi berada di atas urusan kesehatan dan keselamatan jiwa umat manusia. Bahkan pandemi pun terpelihara dan dijadikan objek bisnis bagi para kaum kapitalis untuk meraup keuntungan. Sehingga wabah yang seharusnya teratasi, berubah menjadi pandemi yang berkepanjangan pemicu kemunculan varian virus baru yang berbahaya bersama gelombang pandemi vovid-19 yang tidak berkesudahan.

Berbeda dengan sistem politik Islam yang memiliki karakter yang istimewa yakni kepemimpinan yang bervisi pada akidah Islam, serta misinya sebagai pewujud kesejahteraan bagi seluruh alam. Visi dan misi istimewa ini terwujud melalui keberadaannya sebagai pelaksana syariat islam kaffah (menyeluruh). Negara (Khilafah) hadir sebagai raa’in (pelayan) rakyat dan junnah/perisai pelindung mereka dari berbagai aspek berbahaya. Sudut pandang ini menjadi jiwa berbagai konsep dalam penyelesaian krisis multidimensi yang melanda dunia hari ini, termasuk konsep penanganan pandemi. Tidak hanya terbebas dari bahaya varian baru, gelombang, dan pandemi covid-19. Kehadiran kepemimpinan politik Islam dalam bingkai Khilafah ini juga akan menjadi pembebas negeri ini dan dunia dari kepemimpinan politik kapitalis-sekuler yang menyengsarakan. Walhasil, penerapannya akan berbuah kebaikan dan kesejahteraan bagi umat manusia dan seluruh alam semesta. Wallahu’alam bhisowwab.

Comments

Komentar Anda

Silahkan Anda Beri Komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.