Artikel

Dahlan Hasan, Pembangunan Madina dan Sinergitas Pusat Daerah (bagian 2)

 

Catatan : Dahlan Batubara

 

Otonomi Daerah menuntut setiap kepala daerah untuk lebih visioner dan gesit serta inovatif dalam menggenjot laju pembangunan daerah.

Di sisi lain, memajukan sektor-sektor penting di daerah serta upaya memakmurkan penduduk bukan perkara mudah. Itu membutuhkan kemauan luar biasa dari pemimpin suatu daerah.

Dan, semua orang pasti satu pemahaman bahwa pembangunan Kabupaten Mandailing Natal itu harus dikebut. Bahkan perlu lompatan. Agar terget-target menuju kemajuan di sektor-sektor strategis dapat diraih.

Tetapi, semua itu membutuhkan kerja keras, kecerdasan, membutuhkan tim dari berbagai lini, berbagai kekuatan.Mengebut pembangunan pun tak bisa jika hanya bergantung pada APBD, butuh dukungan APBN.

Lantas bagaimana pendapat para kalangan melihat sinergitas antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah yang telah dan terus diupayakan Bupati Madina Dahlan Hasan Nasution dalam strategi percepatan pembangunan Mandailing Natal (Madina) untuk menggenjot laju pertumbuhan pembangunan melaui kebijakan yang integratif antara pusat dan daerah?.

Berikut ini catatan saya berdasar hasil wawancara saya dengan tokoh pengusaha propreti Madina yang juga tengah memulai bisnis hulu hilir kopi Mandailing, Irwan H Daulay  Jum’at (31/1/2020) lalu di komplek perumahan Raja Batu Residence, Parbangunan, Panyabungan, Mandailing Natal.

Irwan Daulay melihat, semangat Bupati Madina Dahlan Hasan Nasution tergolong luar biasa mensinergikan APBN itu lebih besar lagi turun ke Madina. Baik untuk infrastruktur jalan, jembatan, pelabuhan, bandara, pasar bahkan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK).

Demkian juga dengan sektor pengembangan ekonomi, termasuk upaya-upaya bupati mengkonversi hutan Madina kepada Perhutanan Sosial.

“Nah ini sesuatu yang sebenarnya sangat urgen pada saat ini di saat perekonian perlambatan secara nasional, regional dan daerah. Satu-satunya cara adalah bagaimana memperkuat APBD itu dengan APBN ditambah dengan sektor-sektor swasta,” kata Irwan.

Yang dialukan bupati tidak saja sinergitas APBN dengan APBD atau antara program Kementerian dengan program Pemerintah Daerah, bupati juga gencar mengajak investor berinvestasi di Madina khususnya di sektor perkebunan kopi yang sudah banyak menanamkan modal di Madina, ada yang baru mulai, ada yang sudah jalan, bahkan ada yang sudah berproduksi.

Ini sesuatu langkah yang harus dilakukan seorang bupati dan harus konsisten serta berkesinambungan. Karena kopi ini termasuk komoditi unggulan bagi perekonomian daerah. Apalagi program Perhutanan Sosial untuk komoditas kopi Mandailing.

Menurut Irwan, jika 30 ribu hektar dari 100 hektar itu bisa ditanami, maka dalam rentang 5 hingga 10 tahun ke depan PDRB Madina bisa bertambah sekitar 5 triliun Rupiah dari yang sekarang 12 triliun berdasar harga yang berlaku tahun 2010.

Irwan Daulay saat berada di Kawasan Ekonomi Khusus Zhenzhen, Cina

Jika itu bisa diwujudkan akan meningkatkan perekonomian, pendapatan perkapita, pertumbuhan ekonomi, mengurangi kesenjangan ekonomi hingga mengurangi jumlah pengangguran.

“Itu masih komoditas kopi, belum termasuk yang dicanangkan bupati seperti pengembangan pisang, nenas dan serai wangi. Inilah yang mesti dilakukan, bagaimana semua kalangan mengelola tanah-tanah terlantar atau tanaman yang tidak efektif kepada komoditi yang bervisi ekspor,” imbuhnya.

Bupati juga terlihat berupaya memudahkan investor masuk dengan kemudahan perizinan-perizinan. Jika ini semua berlaku kepada semua investor, akan mampu mempercepat kebangkitan pertumbuhan ekonomi di saat pertumbuhan ekonomi turun sebagaimana juga trend penurunan pertumbuhan ekonomi secara nasional.

 

Sektor Urgen Yang Dilobi

Yang pailing urgen diupayakan bupati itu adalah mewujudkan KEK. Berangkat dari perencanaan pembangunan ekonomi semasa Presiden SBY dimana KEK menjadi salah satu pilar dari master plan percepatan perluasan ekonomi Indonesia. Ini yang sedang dipacu, disamping pembangunan jalan-jalan tol secara gencar.

Tetapi, Irwan melihat pemerintah pusat justru kaget melihat pertubuhan yang tetap melambat ditengah gencarnya pemeritah pusat menggelontorkan utang triliunan ke sektor infrastruktur.

Kondisi itu, menurut Irwan karena pusat-pusat perekonomian tak dikembangkan oleh pemerintah pusat. Yang dibanguna hanya infrastrukurnya. Ini semacam logika terbalik. Mestinya pusat-pusat pertumbuhan lebih dahulu dibanguan barulah ke infrastrukturnya.

“Nah, pusat pertumbuhan ekonomi melalui Kawasan Ekonomi Khusus inilah yang gencar diperjuangkan bupati Dahlan Hasan Nasution bersama timnya. Jika KEK ini terwujud maka akan terjadi peningkatan nilai tambah terhadap produk-produk perkebunan dan pertanian Madina,” ujar Irwan.

Industrialisasi di KEK akan menjadikan Madina tak lagi menjual bahan mentah. Kehadiran pelabuhan laut akan menunjang kinerja ekspor secara signifikan yang akan menguntungkan perekonomian Madina.

Meski begitu, Irwan melihat bahwa mewujudkan dan mengembangkan KEK bukanlah pekerjaan mudah dan tidak bersifat instan. Itu membutuhkan rentang waktu 5 sampai 10 tahun ke depan. Contohnya KEK Sei Mangke. Ground breaking Sei Mangke itu pada tahun 2013 tapi sudah mencapai 10 triliun.

Padahal KEK Madina sesungguhnya jauh lebih prospek dari KEK Sei Mangke, karena Sei Mangke hanya punya satu komoditi, yaitu sawit. Sedangkan Madina didukung komoditi sawit, karet, rempah-rempah dan holtikultura.

KEK Madina juga didukung komoditi dari kabupaten tetangga seperti Tabagsel serta dari Air Bangis di Sumatera Barat yang menghasilkan banyak komoditi sawit, karet dan holtikultura.

KEK Madina juga sangat strategis dilihat dari sisi peta geografis. Bahkan KEK Madina bisa menjadikan pelabuhan Palimbungan yang luar biasa sibuknya kelak di pantai barat pulau Sumatera. Inilah yang mungkin dilihat Bupati Madina Dahlan Hasan Nasution dan tokoh-tokoh yang memiliki gagasan yang sama terhadap peluang KEK.

Bandara juga memiliki urgensi yang tinggi, dimana perkembangan terakhir Bupati Dahlan Hasan Nasution telah menandatangani Memorandum of Understanding dengan Dirjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan di Jakarta menandai akan mulai dibangunnya runway bandara di Malintang, Mandailing Natal.

Dari sisi kapasitas, bandara itu sangat prospek untuk menunjang pertumbuhan pariwisata, investasi, dunia bisnis hingga angkutan jamaah haji dan umroh.

Progresitas lobi-lobi bupati ke Jakarta dalam mewujudkan bandara itu merupakan upaya-upaya yang sangat bagus dalam mengejar pertumbuhan ekonomi Madina dari berbagai aspek.

Di sisi perguruan tinggi dalam hal ini Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Madina, sinergitas antara pusat dan daerah yang diupayakan bupati, memperlihatkan konsentrasi bupati bagaimana supaya perguruan tinggi mampu mendukung gagasan-gagasan pertumbuhan ekonomi itu dari sisi sumber daya manusia.

Dengan dibukanya jurusan umum seperti bisnis selain jurusan agama. Dan adanya upaya lanjutan menjadikan STAIN menjadi universitas menggambarkan upaya yang luar biasa dari seorang Dahlan Hasan Nasution.

 

Belum Didukung Tim Yang Kuat

Namun, menurut Irwan, upaya-upaya penguatan sinergitas pusat-daerah yang dijalankan oleh Bupati Madina Dahlan Hasan Nasution itu belum didukung oleh tim yang kuat dan solid.

“Ini barangkali masukan kepada beliau, kiranya beliau lebih selektif mengangkat OPD yang memiliki visi dan speed yang sama dengan beliau. Karena salah satu masalah yang dihadapi adalah speed dan lemahnya pemahaman OPD dan sisi tanggungjawab,” kata Irwan.

Irwan juga berharap kepada bupati untuk lebih fokus lagi mengajak investor-investor yang mempunyai komitmen betul-betul membangun Madina. Bahkan diberikan “karpet merah”, kemudian diberikan kewenangan penuh untuk menjadi eksekutor-eksekutor dari gagasan-gagasan pembangunan ekonomi itu.

Sebab, ke depan, APBD daerah tak lagi menjadi primadona untuk membangun Madina sesuai dengan potensi-potensinya. Karena Madina sangat layak untuk menjadi daerah industri. Itu bisa dilihat dari laporan BPS tahun 2019 ternyata porsi industri manufaktur, jasa dan perdagangan jauh meningkat dibanding sektor pertanian, perkebunan, perikanan.  Sementara secara nasional industri manufaktur itu menurun sehingga berdampak pada rendahnya pertumbuhan ekonomi dan terjadi defisit transaksi berjalan, lebih banyak impor dibanding eksport.

Itulah yang perlu diamati dan disiasati. Agar kawasan-kawasan pertumbuhan ekonomi di daerah dapat menyokong pertumbuhan nasional serta meningkatkan perekonomian rakyat di daerah.

Dan bagaimanapun, menurut Irwan, upaya-upaya serius dan kerja keras bupati itu tentu menghadapi kendala-kendala dan kelemahan-kelemahan, dan ada juga hal-hal yang menggembirakan. Namun, usaha-usaha bupati tersebut harus terus berjalan dan dilakukan secara konsisten, kemudian tetap memperkuat tim sehingga setiap gagasan-gagasan bupati  dapat berjalan sampai kepada ujung tombak pelaksanaan. (bersambung)

 

Artikel terkait : Dahlan Hasan, Pembangunan Madina dan Sinergitas Pusat Daerah (bagian 1)

 

Comments

Komentar Anda

Silahkan Anda Beri Komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.