Artikel

Derita Atresia Karniawan Nasution, BALITA MALANG LAHIR TANPA ANUS, BUTUH ULURAN TANGAN

Al-Hasan Nasution
Al-Hasan Nasution

Oleh: M. Al-Hasan Nasution, S.Pd

Pada tanggal 25 Maret 2015, sang ayah Karnan Nasution sedikit sumringah, lepas senyum bahagia terutas dibibirnya dengan kelahiran anaknya yang kedua. Anaknya laki-laki, lahir dibantu ibu bidan yang ada di dekat rumahnya lewat persalinan secara normal. Harapannya dengan kelahiran anaknya yang kedua yang diberi nama Karniawan Nasution ini akan membawa suasana rumahnya akan menjadi hangat dan ramai. Baginya anak adalah rezeki dan setiap anak yang dilahirkan sudah ada rezekinya masing-masing. Tinggal orang tua berusaha untuk mencari jalannya.

Tapi tidak disangka setelah 3 hari berlalu, sang jabang bayi menangis tiada henti. Karniawan menolak ASI dan susu botol, ia terus menangis. Suaranya semakin keras sehingga meresahkan dan mengganggu tetangga disekitarnya. Sang ayah yang bernama Karnan Nasution (26) dan sang Ibu Nurhadia (25) mulai kebingungan, panik dan berusaha mencari penyebab bayinya menangis. Ia mulai meneliti satu persatu anggota badan sang bayi, mata, hidung, telinga, tangan dan kaki semua lengkap. Tapi Masya Allah, setelah ia membuka celana popok anaknya dengan rasa tidak percaya Karniawan ternyata tak punya anus atau dubur.  Inikah sebabnya anaknya menangis terus? Pantas saja selama tiga hari setelah kelahirannya Karniawan Nasution tak bisa mengeluarkan kotoran. Bayi mungil nan malang tersebut  kerap menjerit kesakitan karena kesulitan buang air besar. Sementara perut sang anak terus membuncit seakan mau meledak, ditambah dengan kondisi memar dan hitam kebiru-biruan diatas perut sang anak. Mengalami kelainan Atresia istilah medis, atau tidak memiliki lubang anus/dubur. Membuatnya sulit membuang air besar

Coba kita bayangkan, orang tua mana yang tak panik melihat kondisi anaknya seperti itu. Anak adalah harapan setiap keluarga, ketika anak sakit setiap orang tua akan berupaya semaksimal mungkin untuk menyembuhkan. Tambah menyedihkan lagi, bocah ini terlahir dalam keluarga yang sangat miskin, yang orang tuanya hanya tamatan SD dan kerja serabutan sebagai buruh harian dengan penghasilan tak seberapa. Penyakit yang diderita anaknya sejak lahir, dianggap keluarga ujian berat yang diberikan oleh tuhan. “Hidup miskin yang dialami orang tua Karniawan, memang benar-benar miskin. Jangankan untuk membiayai proses pengobatan rumah sakit, tapi mau makan sehari-hari saja sulit. Suaminya kerja serabutan. Untuk membiayai operasi, saya rasa mereka tidak bisa. Jangankan untuk operasi, membeli beras untuk sehari-hari saja susah,” papar seorang tetangga Karnan Nasution di Desa Muara Bangko Kec. Ranto Baek.

Ditengah kegalauan yang makin berkecamuk, pasangan suami istri ini kemudian memberanikan diri membawa anaknya untuk berobat ke RSU Panyabungan. Namun karna fasilitas yang kurang memadai ditambah dengan biaya yang cukup mahal berkisar 10 juta untuk operasi, orang tua Karniawan kemudian mengurungkan niatnya. Namun atas saran dari beberapa keluarga karna lebih dekat dari Ranto Baek, dibantu dengan pinjaman kesana kemari akhirnya Karniawan dibawa berobat ke RSU Jambak, Simpang Ampek Sumatera Barat.  “Anak saya ini setelah 6 hari lahir memang pernah di operasi di RSU Jambak dan dibuatkan anus buatan diperut bagian kananya. Tapi karena keterbatasan biaya, saya tidak bisa membawanya kembali untuk perawatan lanjutan. Padahal kata dokter yang menangani harus ada operasi dan perawatan lanjutan. Kami sama sekali tidak punya uang dan tak ada yang bisa kami jual untuk perobatan anak kami ini. Sedangkan untuk biaya operasi itu saja kami masih ngutang Rp.3 juta sampai sekarang dan belum bisa kami lunasi” kata Karnan dengan tersendat menahan pilu.

Karna keterbatasan biaya, pasangan suami istri dengan terpaksa membiarkan anaknya hidup dengan kondisi tanpa anus selama 1 tahun 2 bulan, tetap mengandalkan saluran buatan di perut bagian kiri hasil operasi pertama. Tanpa ada reaksi kapan buang air besar mau keluar, bila sudah merasakan sakit baru tahu kotoran mengalir di perut. Balita malang ini belum bisa mendapatkan penanganan medis dan perawatan intensif sama sekali. Selama 6 bulan berturut-turut anak ini menangis sepanjang hari, siang malam tanpa henti. Ia menangis di pangkuan ibunya, Sang ibu dengan sabar mengipasi anaknya dengan kertas karton untuk mengusir gerah. Nurhaida (25) tahu betul derita anaknya yang terlahir tanpa anus itu. Jika ingin buang air besar, karniawan harus mengeluarkannya lewat saluran usus diperutnya. “Kalau buang air besar, dia menangis terus. Mungkin karena menahan sakit yang luar biasa. Saya tidak tahu harus bagaimana. Paling-paling hanya mencoba menghiburnya dan menenangkannya,” ungkap Nurhaida yang terus setia menemani buah hatinya. Setiap hari, tak pernah henti-hentinya Nurhaida terus membersihkan kotoran yang keluar dari usus perut putranya , yang berfungsi untuk membuang kotoran. Balita ini harus hidup dengan saluran usus yang menggantung di luar tubuhnya beberapa centimeter. Tampak saluran usus yang selalu merah dan basah ini merupakan saluran pembuangan kotoran bantuan. Selama  1 tahun lebih anak ini menderita dengan kondisi yang memprihatinkan.

Namun beruntunglah, hal ini dapat diketahui oleh beberapa orang penggiat sosial di Kab. Madina. Setelah informasi ini berkembang, diinisiatori bang Iskandar Hasibuan (Pemred Malintang Pos), Bang Latif Lubis (Wartawan SIB), Ridwan Lubis (Metro Tabagsel) dan lain-lain dibantu oleh Karang Taruna Kab. Madina, PMII, HMI, DPP IMMAN, Sapma PP turun ke jalan untuk melakukan penggalangan sumbangan kemanusiaan dengan titik kumpul di Pusat Pasar Baru Panyabungan. Alhamdulillah, uang penggalangan selama 3 hari terkumpul Rp.4,7 juta untuk tahap awal perobatan Karniawan. Para komunitas penggiat sosial ini kemudian berinisiatif untuk membentuk tim dengan nama Posko Solidaritas Kemanusiaan Peduli Karniawan Nasution, dengan Ketua Aswan Lubis, S.Sos (Wakil Ketua karang Taruna Kab. Madina) untuk berupaya mencari jalan keluar dalam menangani permasalahan Karniawan ini.

 Akhirnya Karniawan Nasution dirawat di RSU Panyabungan selama 1 bulan 15 hari. “Kondisi Karniawan Nasution sewaktu pertama kali dirawat di RSUD Panyabungan dengan kondisi berat badan 4,2 Kg. Coba bayangkan, anak yang baru lahir saja bisa mencapai 4 Kg. Tetapi anak dengan usia 1 tahun lebih bernama Karniawan, berat badannya masih 4,2 Kg” ungkap Baun Aritonang, pekerja sosial masyarakat di Tabagsel. Hasil diagnosa dokter yang menyatakan selain lahir tanpa anus, anak ini juga mengidap gizi buruk. Namun perlahan kondisi ini mulai berangsur pulih dengan kondisi berat badan 6,8  kg untuk selanjutnya dirujuk ke RSUD dr. Pirngadi Medan.

Pada tanggal 02 Juli 2016, 1 minggu sebelum lebaran Idul Fitri 1437 akhirnya Karniawan Nasution dan keluarga, diberangkatkan dari Kantor Karang Taruna Kab. Madina untuk dirujuk di RSUD Dr. Pirngadi Medan. Tim yang berangkat adalah Al-Hasan Nasution (Ketua Karang Taruna Kab. Madina), Mamad VJ (Bendahara Karang Taruna) dan Aswan Lubis selaku Ketua Posko. Setelah melalui proses chek up secara rutin, radiology dll ternyata kondisi Karniawan Nasution lebih parah dari apa yang dibayangkan. “Hasil konsultasi dengan dokter specialis bedah anak, membuat kita sangat terkejut dan seakan tidak percaya. Menurut dokter, balita malang ini butuh perawatan yang sangat ekstra dan intensif, bisa dioperasi  4 kali lagi, dan membutuhkan waktu yang sangat lama sampai 1 tahun untuk penyembuhan total” ujar Mamad sambil memperinci hasil analisis dokter dengan analogi biaya perawatan yang sangat mahal.

Karna waktu yang sangat sempit mendekati hari raya, atas saran dokter balita malang ini akan ditindaklanjuti pasca lebaran. Untuk sementara Tim Posko Solidaritas membawa keluarga karniawan ke tempat familynya di Perbaungan Kab. Deli Serdang. “Karniawan Nasution tidak memiliki family di Medan, yang ada hanyalah di Perbaungan. Sampai di perbaungan, kami lihat kondisi familynya juga sangat memprihatinkan dan serba kesusahan.” ungkap Aswan Lubis. Tetapi karna pertimbangan kondisi kesehatan sang anak sangat sulit untuk dibawa pulang ke kampung Ranto Baek, dengan terpaksa 2 hari sebelum lebaran Karniawan dan keluarganya menetap sementara waktu di Perbaungan dan berhari raya di sana.

Seminggu pasca lebaran, Tim Posko Solidaritas Peduli Kemanusiaan yang terdiri dari Al-Hasan Nasaution, Nurhakimah Lubis, Mamad Vj, Riswan Lubis kembali ke Medan untuk membawa Karniawan untuk pemeriksaan lanjutan dan operasi di RSUD Dr. Pirngadi. Sampai saat ini dan ke depannya, balita malang ini sangat butuh uluran tangan kita sehingga anak ini dapat hidup normal sebagaimana layaknya anak lainnya.

Bisa dibayangkan bagimana kehidupan Keluarga Karniawan Nasution yang serba pas-pasan.
Sekarang sang bayi yang berusia 1 tahun 3 bulan masuk rumah sakit lagi untuk perobatan dan sampai penyembuhan total bisa memakan waktu yang sangat lama sampai 1 tahun, ditambah dengan biaya hidup mereka tanpa ada usaha selama anaknya dirawat di Medan.

Saudaraku… betapa banyak dari kita yang hidup berkecukupan bahkan berlebih. Baju bagus, makan enak, mobiul bagus, gadget terbaru, bisa BBM-an, dan shopping di akhir pekan. Sementara sekarang masih ada saudara kita yang tengah berjuang demi kehidupan anaknya, berusaha mengumpulkan rupiah demi rupiah yang entah sampai kapan bisa untuk menyelamatkan kehidupan anaknya. “Kami tidak punya banyak uang untuk operasi anak kami, sehingga kami butuh bantuan,” tutur kedua orang tua bocah malang ini dengan nada iba. “Dana yang dibutuhkan untuk operasi dan biaya lainnya sangat besar, kami tidak memiliki uang yang cukup,” tuturnya lagi sembari mengusap kepala si buah hatinya Karniawan Nasution sambil tak henti berucap semoga Allah SWT memberikan kemudahan dan pertolongan kepada mereka.

Melalui tulisan ini, kami mengetuk pintu hati Bapak/Ibu/Sdr/i, koum sisolkot sasudena…Mari ulurkan tangan dan memberikan sedikit dari rezeki yang telah Allah SWT anugerahkan pada kita. Sungguh di dalam hartamu, ada bagian untuk orang-orang miskin baik yang meminta maupun yang tidak meminta. Mari sisihkan rizky untuk membantu sesama. Mari tunjukkan solidaritas kemanusiaan kita, bahwa kita peduli. Kita tunjukkan kepekaan sosial kita dan kearifan lokal “saanak saboru” untuk menggugah naluri kemanusiaan kita.

Dan sesungguhnya Allah Maha Kaya tidak akan menyia-nyiakan orang yang bersedekah, akan diberkahi hidupnya dan diselamatkan dari bencana. Ia akan menggantinya berkali-kali lipat. Maha suci Allah yang memberikan nikmat pada orang yang dikehendaki tanpa perhitungan. Dengan mengucapkan bismillah dan hati ikhlas memberikannya bagi saudara kita. Ulurkan Cinta (Holong Ni Roha) untuk membantu sesama. Saudara dapat menyalurkan donasinya dengan datang secara langsung ke Posko Solidaritas Peduli Karniawan Nasution, Sekretariat Karang Taruna Kab. Madina Jln. Willem Iskander Dalan Lidang atau Redaksi Malintang Pos atau kami bisa jemput donasi ke alamat saudara,  Atau transfer ke rekening Bank Sumut No. 344.02.04.002128-5 atas nama Posko Solidaritas Peduli Kemanusiaan, atau bisa menghubungi kami di 0853 7327 0843, 0813 6102 1434,0821 6295 9915, 0813 7689 4678.

(*Penulis adalah Ketua Forum Pengurus Karang Taruna Kabupaten Madina)

 

Comments

Komentar Anda

Silahkan Anda Beri Komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.