Soal UN Bukan Penentu Kelulusan
MADINA; Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Mandailing Natal (Madina) masih menunggu petunjuk dari Disdik Provinsi Sumatera Utara atas rencana Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) yang menyatakan bahwa nilai Ujian Nasional (UN) bukan satu-satunnya penentu kelulusan siswa peserta UN.
“Kalau terkait rencana BSNP itu, kami belum tahu secara akurat dan masih sebatas mendengar. Namun, hari ini (kemarin,red) kami memeroleh undangan whorkshop dari Disdik Sumut untuk menyelesaikan petunjuk teknis (Juknis) dan petunjuk pelaksana (Juklak). Kami hanya sebagai penyelenggara yang akan melaksanakan sesuai dengan juklak dan juknis. Lagi pula masih terlalu dini kita membahas itu,” ujar Kepala Dinas Pendidikan (Kadisdik) Kabupaten Madina, Drs H Musaddad Daulay MM, saat ditemui METRO, melalui Kabid Pendidikan Menengah, Umum dan Kejuruan (Dikmenumjur) Mustamin SPd, Senin (18/10).
Sementara itu, seorang guru di salah satu madrasah tsanawiyah di Madina, Sarifah SPd, mengaku setuju bila standar kelulusan bukan saja dari hasil nilai UN. Karena, siswa yang lulus hanya dari hasil UN maka nilai-nilai psikomotorik yang diajarkan tak lagi berfungsi.
“alam ilmu pendidikan ada beberapa hal yang disampaikan kepada anak didik, yakni kognitif, afektif dan psikomotorik. Dan kalau standar kelulusan itu hanya dilihat dari hasil UN maka atau bisa disebut dari segi kognitif atau pengetahuan siswa, padahal segi psikomotorik dan afektif juga perlu dipertimbangkan karena pengetahuan tanpa ada nilai-nilai moral, serta penerapan atas pemngetahuan yang dimiliki siswa itu sama saja guru tak berhasil mendidik siswanya. Di samping pengetahuan guru juga berkeweajiban untuk membangun nilai moral atau akhlak bagi siswanya,” jelas Sarifah.
Hal itu juga dikatakan oleh sejumlah guru yang menyebutkan bahwa kalau kelulusan itu dilihat dari hasil nilai UN, maka siswa hanya cenderung kepada pendalaman materi saja sedangkan nilai afektif dan psikomotorik akan ditinggalkan.
Sedangkan, Ali Amru seorang orangtua siswa warga Desa Lumban Dolok, Kecamatan Siabu menyebutkan bahwa standar kelulusan harus sesuai dengan kemampuan siswa atas menjawab soal pada saat melakukan UN mengingat setiap siswa pasti ingin lulus dalam setiap ujian dan akan memiliki beban mental apabila gagal saat mengikuti UN.
“Sebenarnya pembinaan pengetahuan bagi siswa tak terlepas dari pembinaan moralitas namun kalau akibat ada hal lain yang menyebabkan siswa gagal dalam ujian. Padahal hasil nilai UN-nya bagus saya fikir siswa itu suatu penghalang bagi siswa untuk melanjutkan cita-citanya karena akan mengalami beban mental,” ungkapnya.
Ortu dan Siswa Sambut Baik
Sementara itu, sejumlah siswa dan para orang tua di wilayah Gunung Tua, Kecamatan Padang Bolak, juga menyambut baik dan mendukung dengan adanya wacana dan rencana Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) tentang standar kelulusan siswa.
Salah seorang siswa, Ahmad (17), kepada METRO, Senin (18/10), mengaku sangat senang mendengar kabar tersebut. “Kalau memang ada seperti itu bang, saya pribadi sangat senang dan bahagia mendengar. Sebab, saya tidak lagi takut menghadapi UN mendatang,” sebutnya. Hal senada juga diungkapkan, Putri (18). Menurutnya, wacana dari BSNP tentang nilai UN bukan satu-satunya penentu kelulusan dapat disetujui pihak terkait. Salah seorang orang tua siswa, Amril Hasibuan (49), menambahkan, pihaknya mendukung BSNP yang merencanakan nilai UN bukan satu-satunya penentu kelulusan.
Di tempat terpisah, salah seorang guru, Lintang Kholidi, mengaku baru mengetahui adanya wacana tersebut dan ia berharap rencana tersebut berhasil dan segera disosialisasikan ke daerah-daerah terpencil. (thg)
Sumber:METROTABAGSEL