PANYABUNGAN (Mandailing Online) : Dalam kurun waktu setahun ini, laju perekonomian melambat. Harga bahan kebutuhan pokok semakin tinggi, sementara harga getah karet menurun drastis. Akibatnya masyarakat tampak semakin sulit. Namun, tetap saja sebagian masyarakat makin tegar.
Gambaran seperti itu menjadi catatan bagi wartawan. Ketika mampir di kantor Wartawan, tiga orang ibu separuh baya sempat berbincang dengan wartawan. Ada yang menceritakan keinginannya untuk mendapat kerja apa saja, termasuk membabat rumbut yang ada di depan kantor.
Ibu yang satu lagi bercerita tentang suaminya yang berkerja sebagai penyadap getah karet yang berpenghasilan Rp 150.000 sampai Rp 200.000 per pekan.
Yang ketiga, sempat mengisahkan kelima orang anaknya yang sering kali menangis karena tidak kebagian jajan dan terlambat hadir saat berbagi makan malam.
Hal ini menyebabkan banyak anak sekolah dari keluarga yang kurang mampu mengalami putus sekolah di karnakan uang di Indonesia sudah semakin langka untuk di dapatkan dikarnakan harga dan kebutuhan yang semakin tinggi dan minimnya sekarang peluang usaha yang dapat mencukupi kebutuhan sehari-hari.
Seperti pada pengakuan tiga orang ibu buruh penyadap karet di kebun milik orang dan tinggal di desa pagaran sigatal kecamatan panyabungan yang datang ke kantor redaksi wartawan jum’at (15/10) “ kami heran akan harga getah yang semakin turun dan gak pernah naik lagi padahal keperluan kami semakin membeludak baik itu keperluan di dapur, keluarga dan biaya anak sekolah yang semakin hari semakin mahal ”
Memang rata-rata pendapatan ibu perminggu sebagai buruh penyadap berapa…?
Pendapatan saya sebagai buruh penyadap karet rata-rata Rp.300.000 perminggu dimana uang itu akan di bagi dua dengan yang punya kebun, jadi saya hanya mendapat Rp.150.000 dari hasil bagi dua tersebut.
Apakah cukup yang Rp150.000 untuk seminggu…?
Sangat tidak cukup dikarnakan untuk kebutuhan beras saja saya menghabiskan uang Rp.122.500 untuk 3,5 tabung perminggu dimana sekarang harga beras pertabungnya mencapai Rp.35.000 pertabung, jadi uang yang tersisa dari membeli beras tersebut hanya Rp.27.500 uang segitu kan nggak akan cukup buat kebutuhan lain seperti lauk-pauk dan perlengkapan mandi.
Apalagi untuk jajan dan kebutuhan sekolah anak saya yang berjumlah 4 dan sekarang tiga sedang menimba ilmu di tingkat SD dan yang paling tua sekarang sudah menduduki kelas 6 sekolah dasar, saya dapat pertahankan sekolahnya karna jarak sekolahnya tidak terlalu jauh sehingga tidak membebani ongkos transportasi,terkadang saya juga sedih melihat keadaan anak saya yang akhir-akhir ini ingin melanjutkan sekolah ke jenjang SMP dimana jangankan untuk membiayainya sekolah, untuk makan saja susah.
Salah satu ibu juga menyebutkan, “Saya sangat berharap peran pemerintah apalagi calon pemimpin daerah yang akan di pilih dalam PILKADA di Kab. Madina agar mendatang lebih memperhatikan kami orang kecil ini karna, dengan harga getah yang sangat rendah kehidupan kami semakin terancam dan kalau ini masih berlanjut mungkin anak saya juga akan terancam putus sekolah karna jangankan untuk biaya sekolah, untuk makan sehari-hari saja kalo jaman sekarang sangat sulit “.
Peliput : Eka, Edi
Editor : Ludfan Nasution