Serba Serbi

Gadis Suku Tuareg Bebas Berzina Dengan Pria Mana Saja

Perempuan suku Tuareg

Selama berabad-abad lamanya, Suku Tuareg hidup secara semi nomaden. Mereka berjalan menyusuri Gurun Sahara dan menyebar, mulai dari Aljazair Tenggara, Niger, Libya Barat Daya, Burkina Faso Utara, Nigeria Utara, hingga Mali.

Tak diketahui dari mana munculnya Suku Tuareg, yang jelas mereka pertama kali ditemukan di Gurun Sahara. Mereka berbicara menggunakan Bahasa Tamacheq, salah satu Bahasa Berber.

Nama Tuareg sendiri berasal dari Targi (penduduk Targa), sebuah wilayah di Libya tempat mereka tinggal. Versi lain menyebutkan Tuareg berarti Orang Biru atau Orang Kerudung.

Populasi Suku Tuareg mencapai 2 juta orang. Mereka menganut sistem matriarki dan memeluk agama Islam, namun mereka masih memegang kuat tradisi budaya mereka yang bertolak belakang dengan ajaran Islam, terutama hal zina di kalangan muda.

Urusan asmara dan percintaan, Dailymail melaporkan bahwa wanita Suku Tuareg bebas bercinta dengan siapa saja. Mereka bisa berhubungan dengan banyak pria sebelum akhirnya memutuskan untuk menikah dengan pujaan hati.

Mekanismenya, pria Suku Tuareg akan menyelinap masuk ke tenda wanita incarannya. Ia akan menyelinap masuk ke kamar melalui pintu samping, sebisa mungkin tidak diketahui keluarga sang pujaan (meski keluarga tahu pun sebenarnya tak mengapa).

Sebelum melakukan aksinya, perempuan Suku Tuareg akan dirayu dengan puisi yang ditulis langsung oleh sang pria. Kemudian, keduanya akan menghabiskan malam bersama-sama dan sang pria akan pergi sebelum matahari terbit.

“Tuareg sangat bijaksana. Semuanya dilakukan dengan sangat hati-hati dan penuh hormat,” kata seorang fotografer bernama Henrietta Butler, yang mengikuti Suku Tuareg pada 2001 silam.

Kemudian, jika wanita merasa cocok, maka keduanya bisa mengikat janji suci. Namun, bila pria tersebut tak menguatkan hatinya, ia bebas bercinta dengan yang lain.

Meski bisa bebas menentukan pasangan, tak sedikit pula pernikahan berakhir dengan perceraian. Dan ketika keduanya memutuskan untuk berpisah, pihak wanita akan mendapatkan harta —tenda dan hewan— dari mantan suaminya, termasuk hak asuh anak.

Pasca-perceraian, pihak keluarga akan mengadakan pesta untuk anak perempuannya. Hal ini dilakukan guna memberi tahu para pria lainnya, bahwa anak perempuan mereka sudah tidak memiliki hubungan lagi.

Tak hanya itu, para pria Suku Tuareg juga tidak diperkenankan untuk makan di depan wanita yang tidak bisa berhubungan badan dengannya. Maka dari itu, menantu laki-laki tidak akan makan di depan mertuanya.

Berbeda dengan suku lainnya, pria Suku Tuareg juga menggunakan cadar saat usianya 18 tahun. Sementara wanita tidak diwajibkan menggunakan cadar, tetapi mengenakan jilbab.

“Para wanita itu cantik. Kami ingin melihat wajah mereka,” ucap salah satu anggota Suku Tuareg kepada Bulter, saat menjawab pertanyaan mengapa wanita tak diwajibkan menggunakan cadar.

Sumber: Kumparan

Comments

Komentar Anda

Silahkan Anda Beri Komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.