
PANYABUNGAN (Mandailing Online) – Harga karet alam yang terus terpuruk, menyebabkan petani karet sudah banyak beralih usaha ke tanaman kopi.
Demikian dikatakan Ali Musa Manto Lubis, salah seorang petani Kopi di Mandailing Natal (Madina), menjawab Mandailing Online, Senin, (1/8) di Panyabungan.
Manto mengungkapkan, berdasar catatan yang dibukukannya, terdapat sekitar 45 % petani karet mulai menyeriusi tanaman kopi di lahan lain, sedangkan tanaman karet dibiarkan alias tidak ditebang.
Pengalihan ini dilakukan petani akibat nasib harga getah karet tak pernah menunjukkan kebangkitan setelah sekian tahun terpuruk selalu.
Selam ini Madina merupakan penghasil karet alam dan mayoritas penduduknya petani karet disamping bersawah.
Menurutnya, prospek harga biji kopi masih tetap bagus, bahkan diyakini sulit terpuruk mengingat kebutuhan kopi global tetap tinggi.
“Setidaknya per harinya masyarakat di dunia yang meminum kopi mencapai 5 trilyun gelas perharinya dengan rata-rata 5 gelas kopi per orang setiap harinya,” katanya.
Apalagi, Manheling Cooffe sebagai nomenclature sangat popular di selurun dunia menjadikan kopi Mandailing masih primadona eksportir.
“Hanya saja, jaringan pasar yang belum terkoneksi dengan baik menyebabkan harga kopi di Madina masih rendah,” ujarnya.
Peliput : Holik Nasution
Editor : Dahlan Batubara