Seputar Tapsel

Jangan Salahgunakan Proses Marpangir


SIPIROK-
Bagi umat Islam sudah menjadi kebiasaan atau tradisi menggelar mandi taubat atau Marpangir istilah di wilayah Tapanuli Bagian Selatan (Tabagsel) menjelang datangnya bulan suci Ramadhan.
Namun, entah apa yang terjadi atau mungkin dampak kemajuan zaman atau semakin menurunnya akidah dan akhlak umat sehingga akhir-akhir ini banyak ditemui tradisi marpangir terkesan mengarah pada hura-hura bahkan maksiat, dengan bepergian menuju pemandian terbuka serta sungai danau, laut atau tempat rekreasi sehingga tradisi atau kebiasaan marpangir yang pada hakikatnya membersihkan diri menjelang Ramadhan sama sekali bertolak belakang.
Menanggapi hal tersebut, Roisuryah Nahdlatul Ulama (NU) Kabupaten Tapsel, H Abdulloh Harahap menghimbau agar umat muslim jangan sampai menyalahgunakan proses mandi Taubat (marpangir) tersebut. Apalagi belakangan kerap dijadikan ajang hura-hura, ugal ugalan dan rekreasi.
“Agama Islam dilarang hura-hura, karena itu merupakan sikap jahiliyah, jangan sampai disalahgunakan kebiasaan mandi taubat itu dengan hal-hal yang mengarah pada maksiat,” katanya. Disampaikannya, pada hakikatnya kebiasaan mandi taubat memang sudah ada sejak lama dan tidak ada larangan bagi umat muslim melaksanakannya dengan maksud membersihkan diri (badan) menjelang puasa.
“Dulu kan wewangian belum ada, jadi digunakanlah rempah-rempah yang memiliki aroma, tujuannya bukan sirik, tapi hanya mandi biasa dirumah atau tempat biasa. Apa salahnya membersihkan diri (badan) dengan wewangian, tapi sekarang saya lihat sudah disalahgunakan, malah terkesan jadi alasan dan ajang hura-hura, Islam tentu melarang itu,” tegasnya.
Hal senada juga diungkapkan Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kecamatan Sipirok, Akhirul Pane SAg, kalau kebiasaan marpangir seolah-olah sudah disalahgunakan.
“Boleh saja menggelar mandi taubat (marpangir sebutan di Tabagsel ini, red)) tetapi bukan malah ditempat terbuka dan menjadi alasan untuk jalan-jalan. Cukup kita saja yang tahu bahwa kita sedang mandi taubat,” ungkapnya.
Keduanya menghimbau, kiranya umat muslim janganlah menyalahgunakan kebiasaan marpangir mengarah pada pandangan negatif.
“Sambutlah bulan penuh ampunan dengan niat ibadah, dan jangan malah menyambut dengan kebiasaan yang disalahgunakan sehingga dapat merusak ajaran agama,” pesan keduanya. (ran/mer)
Sumber : metrosiantar.com

Comments

Komentar Anda

Silahkan Anda Beri Komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.