Seputar Madina

Kisah Mahasiswa Panyabungan di Thailand, Menunggu e-KTP Sejak Tahun 2017

Deni Setiadi (tengah)

 

Persoalan blangko e-KTP habis atau mesin pencetak rusak atau server KTP bermasalah di Kabupaten Mandailing Natal sudah menjadi penyakit yang belum sembuh.

Dan rakyat selalu menghela nafas.

Lantas, bagaimana jika mahasiswa yang kuliah di luar negeri butuh e-KTP, namun selalu mentok oleh “penyakit “ itu?

Ini keluhan seorang mahasiswa yang kuliah di Thailand. Yang sejak 2017 menunggu e-KTP dari Dinas Kependudukan Mandailing Natal.  Sejak dia lulus SMK.

“Setiap saya datang, blangko selalu habis,” kata Deni Setiadi dalam  pesan inbox kepada Redaksi Mandailing Online 20 Agustus 2019, lima hari sebelum dia kembali ke Thailand.

Deni Setiadi adalah warga Desa Parbangunan, Kecamatan Panyabungan Mandailing Natal. Sedang kuliah S1 di di negara Thailand.

Dia telah melakukan rekaman untuk e-KTP sejak Juni 2017. Hingga 2019 e-KTP itu tak selesai dari Dinas Kependudukan Catatan Sipil Mandailing Natal (Madina).

Dia tak berhasil memperoleh e-KTP. Pihak Dinas Kependudukan Madina menyatakan bahwa blangko e-KTP habis.

Saat libur kuliah, dia kembali ke Panyabungan selama sekitar 2 bulan. Itu liburan summer-nya yang terakhir sebelum melakukan internship.

Pada tanggal 20 Agustus 2019 pagi jam 9.00 WIB dia datang lagi mempertanyakan apakah e-KTP sudah siap? Ternyata juga tak siap. Alasan tetap sama : blanko habis.

Setiap dia datang ke Dinas Kependudukan Madina, blanko selalu habis.

Pegawai di Dinas Kependudukan Madina berkata bahwa dalam rentang tertentu blanko akan datang sebanyak sekitar 500 lembar, dan itu akan habis hanya dalam waktu 1 setengah hari.  Artinya, siapa cepat dia dapat.

Dia pernah menemui pejabat di instansi itu memberitahu pentingnya e-KTP itu agar semua aktifitas kuliah di luar negeri tak terkendala.

Dia menjadi gelisah karena tanggal 25 Agustus 2019 dia harus kembali ke Thailand untuk mengikuti internship.

Apalagi pasport miliknya akan habis tahun depan. Itu membutuhkan e-KTP.

Internship itu sangat urgen bagi masa depannya.

e- KTP itu sangat diperlukannya untuk membuka rekening di bank BNI. Pihak bank tak bisa menerbitkan rekening jika pemohon tak memiliki e-KTP.  Apalagi seluruh bank di Indonesia sudah ketat pengawasannya oleh OJK.

Resi yang diberikan Dinas Kependudukan Madina pun tak beraku di bank.

Lagipula, di era yang serba digital sekarang, apalagi di luar negeri, fungsi e-KTP sangat vital di berbagai aktifitas penting.

Sebenarnya dia punya KTP, tapi KTP lama alias non elektronik. Dan KTP jenis itu dulu masih bisa digunakan mengurus pasport ketika hendak kuliah ke Thailand.

“Sampai saat ini pihak BNI tetap tidak bisa menerima resi, dan pihak Dinas (Dinas Kependudukan) tidak memberikan solusi bagaimana saya harus membuat rekening BNI,” ungkap Deni dalam pesan inbox itu.

Karena dia sudah di Thailand, dia menyuruh adiknya untuk selalu menyunggul e-KTP itu ke Dinas Kependudukan Madina.

Setiap adiknya ke instansi itu, pegawai selalu bilang blanko habis. Di waktu lain jawaban pegawai : mesin pencetak rusak.

“Saya berharap dapat menghubungi abang agar berita ini bisa dimuat (di Mandailing Online) dan semoga kesimpang siuran ini sudah tidak ada lagi,” katanya di pesan inbox.

Dan telefon terakhir Mandailing Online dengan Deni Rabu (11/9/2017), e-KTP itu belum juga dicetak pemerintah daerah.

 

Penulis : Dahlan Batubara

 

 

 

 

 

Comments

Komentar Anda

One thought on “Kisah Mahasiswa Panyabungan di Thailand, Menunggu e-KTP Sejak Tahun 2017

Silahkan Anda Beri Komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.