Artikel

Konten Pornografi di Buku Pelajaran, Pendidikan Gagal Beri Harapan?

Oleh : Nelly, M.Pd
Akademisi dan Pemerhati Masalah Generasi

Sungguh miris dengan berita yang baru-baru ini viral dan kembali mengejutkan publik, tentang adanya konten pornografi di buku pelajaran sekolah. Seperti diberitakan bahwa perhimpunan untuk Pendidikan dan Guru (P2G) menerima laporan dari guru di daerah Jawa Barat mengenai adanya tautan situs porno di dalam Buku Pelajaran Sosiologi SMA Kelas XII. Koordinator Nasional P2G Satriwan Salim dalam keterangan tertulis mengatakan tautan situs yang bermuatan pornografi ditemukan dalam materi di buku sosiologi yang membahas tentang pemberdayaan masyarakat Kampung Naga di Jawa Barat (14/2).

Menurut Satriawan, P2G masih menemukan bahwa situs yang ditautkan di dalam buku resmi siswa tersebut masih ada berisikan konten porno. P2G menduga buku pelajaran yang memuat tautan situs porno tersebut tidak hanya tersebar dan digunakan di wilayah Jawa Barat saja, tapi kemungkinan juga digunakan di daerah lain karena buku itu dijual bebas.  Ya, kejadian ini sangat memprihatinkan, dimana buku pelajaran seharusnya diperuntukkan  untuk mendidik dan memberikan ilmu pemahaman bagi para siswa ini justru akan merusak generasi.

Sangat dikhawatirkan para siswa akan dengan mudah membuka tautan situs yang memuat konten porno jika buku pelajaran sosiologi itu masih digunakan di sekolah. Ini kejadian yang luar biasa di dunia pendidikan tempat ke dua bagi para siswa mendapat mengajaran, pendidikan namun malah tercoreng dengan kasus tersebut.

Ini jelas sangat berbahaya bagi pendidikan dan moral anak bangsa. Apalagi jika peristiwa seperti ini sudah beberapa kali terjadi, yaitu fakta bahwa dalam buku pelajaran siswa/guru terdapat konten yang tidak mendidik sama sekali bahkan merusak pendidikan anak bangsa. Mengapa Dinas setempat dan para guru sampai kecolongan?artinya memang pengawasan dari pusat hingga daerah sangat kurang tentang proses belajar mengajar.

Maka di sini sudah seyogianya ke depan ada perbaikan dalam dunia pendidikan. Pemerintah dalam hal ini Kemendikbud bisa lebih mengawasi dan memfilter buku-buku pelajaran untuk para siswa serta menginstruksikan semua pihak baik penerbit dan memastikan para guru untuk selektif menggunakan bahan ajar dan mengambil referensi yang tepat dan valid untuk dipakai di sekolah.

Pun, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim diharapkan segera menanggapi kasus ini dan melakukan koordinasi dengan Dinas Pendidikan Jawa Barat dan daerah lainnya untuk menarik buku Sosiologi Kelas XII yang sudah beredar dan digunakan sebagai pendukung pembelajaran siswa.

Peserta didik adalah tunas bangsa penerus estafet pembangunan bangsa, jadi mesti diperhatikan benar-benar baik pendidikannya, tenaga pengajarnya, buku-buku pembelajarannya, dan seluruh perangkat pendidikan agar para siswa mendapat ilmu yang akan mencetak mereka menjadi insan takwa, beriman, cerdas, berahlak dan menjadi garda terdepan memajukan bangsa serta negara.

Hal tersebut sejalan dengan apa yang ada dalam pendidikan Islam. Dalam Islam negara akan sangat bertanggunjawab dalam hal mencerdaskan rakyatnya hingga urusan pendidikan pun gratis.

Seluruh fasilitas sekolah akan dimaksimalkan diberikan negara, kurikulum berbasis pendidikan beraqidah Islam hingga melahirkan output yang tidak saja cerdas secara intelektual, namun beriman, bertakwa dan berkepribadian Islam.

Para guru sangat diperhatikan kesejahteraannya, hingga sejarah mencatat gajih seorang pengajar jika dirupiahkan akan mencapai 42 juta perbulannya. Maka jika saja bangsa ini mau mengambil Islam sebagai  rujukan tentu tak akan didapat karut-marut masalah pendidikan hingga hari ini.***

Comments

Komentar Anda

Silahkan Anda Beri Komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.