Di Desa Pidoli Lombang, Panyabungan, Mandailing Natal, Sumut, ada makam besar. Perkiraan dibina abad 8 Masehi.
Para arkeolog menyebutnya Makam Godang. Tetapi, warga Desa Pidoli menyebutnya Kuburan Godang (Kuburan Besar).
Kuburan ini berlokasi di kawasan persawahan arah selatan pemukiman Pidoli Lombang. Dapat dijangkau melalui jalan tanah dengan kenderaan roda empat, sekitar 200 meter dari jalan raya Lintas Sumatera.
Saya mengunjungi makam ini, Selasa (9/4/2019) lalu bersama Ali Gusti Siregar setelah sebelumya berdiskusi dengan Budayawan Mandailing, Askolani Nasution tentang kordinat makam.
Kuburan Godang ini berada di lahan kering yang luas. Kiri kanannya sawah. Lahan kering itu memanjang hingga ke badan jalan raya Lintas Sumatera.
Berkordinat N 000 50’ 15.7” and E 990 33’ 31.0” makam ini berukuran panjang sekira 3 meter. Lebar sekira 2 meter. Tinggi sekira 1,5 meter. Makam ini berupa gundukan tanah dilapisi susunan bata.
Berdasar amatan kami, susunan bata makam ini serupa degan bata yang digunakan untuk material Candi Biara yang berlokasi di kawasan Saba Biara.
Lokasi Candi Biara sekira 300 meter ke arah utara Kuburan Godang.
Para arkeolog memperkirakan Candi Biara dibangun abad 8 masehi. Seusia dengan Candi Siwa di Simangambat, Siabu, Mandailing Natal.
Kuburan Godang ini tidak sendiri. Ada sekitar 4 kuburan serupa yang berada di lokasi itu. Hanya saja makam-makam itu tak memiliki susunan bata, melainkan gundukan tanah saja. Belum diketahui faktor-faktor pembedanya.
Salah satu gundukan tanah itu sudah pernah menjadi korban galian. Dari orang-orang yang mencari emas. Mungkin dikira ada emas.
“Tapi saya tak memperoleh kabar, apakah mereka dapat emas atau tidak,” kata Muhammad Yusuf, warga Pidoli. Dialah saat ini yang menjaga lokasi Kuburan Godang.
Kuburan sejenis yang tak bersusun bata juga ditemukan tak jauh dari lokasi itu. Yakni, sekiar 200 meter ke arah timur. Berada di bawah pohon ara yang besar. Ukuran kuburan ini nyaris serupa dengan Kuburan Godang.
Diganggu Malam Hari
Kuburan Godang itu relatif terpelihara dari gangguan pengrusakan. Setidaknya dalam beberapa tahun belakangan. Sebab sudah ada penjaganya. Muhammad Yusuf.
Yusuf menjaga lokasi makam itu atas permintaan Efendi Nasution, raja Pidoli Lombang.
Sebelum Yusuf, yang menjaga kuburan ini dulunya adalah ayahandanya, Muhammad Salamah. Setelah sang ayah wafat, Yusuf yang meneruskan menjaga makam.
Di sisi utara makam, berdiri gubuk bertingkat. Di situlah Yusuf tidur malam hari. Selain bersawah di sekitar utara lokasi makam, dia juga memelihara bebek sebagai penambah pendapatan finansial.
“Dulunya, gubuk ini letaknya di sini,” katanya seraya menunjuk tempat berdiri kami. Titik berdiri kami itu berjarak sekitar 3 meter dari posisi berdirinya gubuk yang sekarang.
Setelah diamati, titik bekas pertapakan gubuk lama itu sepertinya berada di bekas jalur “jalan”. Jalur itu terlihat memanjang arah timur-barat yang berada persis di pinggir tebing yang memisahkan lokasi makam yang daratan dengan hamparan sawah yang berair.
Yusuf menceritakan, dulunya, saat gubuk itu berada di pertapakan lama, dia selalu diganggu pada malam hari oleh mahluk dari dunia gaib.
“Gangguannnya banyak ragam. Kadang badan saya terasa ditindi tubuh yang berat,” kisahnya.
Itu makanya, gubuk itu dipindah geser sekitar 3 meter ke arah selatan.
Setelah gubuk itu dipindah, gangguan tak datang lagi. Mungkin itu sebagai peringatan kepadanya. Karena mungkin “menghalangi” sesuatu. Atau di atas titik itu ada “sesuatu”.
Apakah “sesuatu” itu? Butuh penelitian. Juga penelitian sejarah Kuburan Godang. Kita membutuhkan arkeolog. (Catatan : Dahlan Batubara)