Artikel

Lagi-lagi KKB Berulah, Kapankah Papua Aman?

Oleh: Susi Ummu Ameera
Pegiat Literasi

Sebanyak sembilan tenaga kesehatan (nakes) korban kekerasan yang dilakukan KKB (kelompok kriminal bersenjata) di Puskesmas Kiwirok, Pegunungan Bintang, Provinsi Papua pada Senin lalu, saat ini sedang menjalani pemulihan trauma dan pengobatan. (19/7).

Pelayanan kesehatan dihentikan, seraya menunggu jaminan keamanan dari pemerintah untuk para tenaga kesehatan yang bertugas. Namun hingga saat ini belum ada balasan dari pihak pemerintah untuk jaminan keamanan di sana.

Serangan terhadap nakes seharusnya menampar pemerintah untuk bertindak tegas dalam memberantas kelompok separatis ini. Negara ini bisa mandiri – lepas dari intervensi internasional dalam membuat kebijakan terkait itu.

Karena serangan ini merupakan isyarat bahwa kelompok ini benar-benar mengancam keselamatan rakyat. Mengganggu aktifitas- aktifitas vital masyarakat dan merusak persatuan serta mengancam kedaulatan. Maka butuh penyelesaian tepat dan cepat.

Kekerasan separatis yang dilakukan KKB sudah nyata di depan mata, bukan dugaan atau prasangka buruk semata. Oleh karenanya, pemerintah harus bertindak secepat mungkin sebelum kondisi semakin buruk dan mereka semakin bringas dan brutal. Sudah lebih 12 kejahatan yang mereka lakukan, seolah tidak ada rasa takut untuk berbuat kejam seperti itu. Bahkan di beberapa media sosial banyak video yang beredar menunjukkan bagaimana aktifitas mereka dan rancangan kejahatan mereka disebarkan bebas.

Namun kita melihat bahwa negara sepertinya maju mundur untuk menyelesaikan kelompok saparatis ini. Belum ada tindakan konkrit dan tegas untuk menumpasnya. Padahal sudah jelas meresahkan dan mengancam nyawa masyarakat. Desakan dari berbagai pihak pun sudah berdatangan karena merasa iba dan geram dengan kondisi di sana. Namun lagi-lagi seolah pemerintah kehilangan taringnya.

Berbeda dengan Islam dalam menumpas kejahatan. Islam mewajibkan negara menjamin keselamatan rakyat dan memberantas tuntas setiap tindakan separatisme. Sistem Islam juga menghasilkan tata kehidupan yang menutup munculnya benih disintegrasi. Agar tidak ada kecemburuan sosial yang menjangkit masyarakat.

Sejatinya, dalam sistem kapitalistik hari ini menyebabkab pintu disintegrasi separatisme terbuka lebar. Mulai dengan bermacam ketidakadilan yang dihadapi masyarakat Papua, sistem ekonomi yang timpang jauh dari pemerataan pun mereka rasakan.

Juga karena masuknya asing melalui media-NGO. Memprovokasi rasa kecewa publik terhadap pemerintah dan mengarahkan menjadi gerakan separatisme. Dengan alasan Papua kaya tapi rakyatnya menderita.

Dalam Islam tidak ada pilih kasih dalam hal periayahan (pengurusan) terhadap rakyat di wilayah mana pun berada. Kebutuhan primer akan terpenuhi dengan jaminan yang  telah ditetapkan oleh hukum syara‘, bahkan kebutuhan sekunder juga akan diupayakan untuk dipenuhi oleh negara, baik muslim ataupun non muslim yang menjadi warga negara khilafah. Semua akan bisa terlaksanan karena negara akan mengelola SDA secara mandiri dan untuk kepentingan rakyat bukan untuk kepentingan asing.

Sudah pantas bagi pemerintah untuk melirik dan mempertimbangkan tawaran solusi dari Islam untuk negeri ini. Masyarakat sudah bosan hidup dalam keterpurukan dan keresahan yang tak kunjung menghilang. Yakinlah, dengan Islam hidup akan berkah dan sejahtera. ***

Comments

Komentar Anda

Silahkan Anda Beri Komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.