Artikel

Makmurkan Masjid Sebagai Basis Membangun Peradaban

Oleh: Irwan H. Daulay
Pecinta Masjid sebagai basis membangun peradaban Islam

Apa saja aktivitas boleh dilakukan di lingkungan masjid, kecuali melakukan kemaksiatan kepada Allah, bahkan di seputaran masjid harus dijadikan tempat membangun peradaban islami, baik itu kegiatan ibadah maupun muamalah.

Rasulullah semasa hidupnya selalu menjadikan masjid sebagai basis atau markas perjuangan, baik perjuangan politik, ekonomi, sosial, pendidikan dan sebagainya.

Terkait aktivitas hari ulang tahun (HUT) Kabupaten Mandailing Natal (Madina) kemarin yang digelar di lapangan atau pelataran masjid Nur Ala Nur sebenarnya sepanjang tidak melakukan kemaksiatan kepada Allah dan mengganggu aktivitas peribadatan di dalam mesjid tidak perlu diributkan. Jika ada hal-hal menyimpang oleh ketidaksengajaan lalu digoreng untuk diviralkan dengan maksud yang lain,  ini yang harus kita luruskan. Dan jika benar ada hal-hal yang mengganggu kesopanan dan kesusilaan tentu harus diperbaiki. Kedepan saran saya malah tingkatkan aktifitas apapun, bahkan seni dan budaya yang islami, apalagi yang menghadirkan anak-anak dan remaja agar mereka selalu dekat dengan masjid.

Mereka dari sejak dini harus  merasakan aura positif dari masjid, dan senantiasa dibiasakan melakukan aktivitas apapun di masjid yang akan mendorong mereka cinta masjid, akrab dengan masjid dan akhirnya mereka akan kembali ke masjid. Apalagi saat ini anak-anak kita diserang dari segala lini untuk melemahkan akidah mereka, merusak moral mereka dan menjadikan mereka makhluk yang jauh dari tuhannya.

Mestinya apa yang diniatkan dan dilakukan Pemkab Madina terkait masjid hari ini harus mendapatkan dukungan penuh dari kita semua, kekurangan pasti ada, namun jangan menyurutkan niat kita untuk senantiasa memakmurkan masjid dalam arti luas yaitu sebagai pusat pengembangan peradaban Islam.

Saya menyaksikan dan merasakan sendiri di seputaran masjid tersebut  saat ini banyak dilakukan aktivitas positif, saya bukan bermaksud membela siapapun, baik urusan ZIS (zakat infak sedekah) dimusyawarahkan dengan intensif dengan pengurus BAZNAS (badan amil zakat), urusan pemerintahan juga dikaji, urusan sosial, urusan ekonomi dan pembangunan dan sebagainya. Ini merupakan upaya menghidupkan kembali aktivitas di masjid sebagaimana Rasulullah dan sahabat juga contohkan.

Oleh karena itu kedepan mari kita makmurkan masjid dengan berbagai aktivitas ibadah juga muamalah, apatah guna masjid yang mentereng dan megah namun kosong dan hanya digunakan untuk tempat ibadah ritual.  Jangan nanti masjid lama-lama sama dengan rumah-rumah ibadah umat lain yang akhirnya ditinggal bahkan dijual karena pemanfaatannya tidak memberikan ruang bagi aktiftas yang berkaitan dengan kebutuhan manusia setiap hari.

Akhirnya mari kita renungkan firman Allah ini sehingga kita akan terus memakmurkan masjid baik di dalam masjid maupun di seputaran masjid untuk seluruh aktivitas kehidupan yang positif dalam meningkatkan kebajikan kepada Allah dan kepada ummat manusia. Mari mulai saat ini kita perlakukan masjid sebagaimana Rasulullah dan sahabat menjadikan masjid sebagai basis perjuangan membangun dakwah yang universal.

Allah berfirman, “Hanyalah yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan sholat, menuaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. at-Taubah:18)

Comments

Komentar Anda

Silahkan Anda Beri Komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.