Oleh: Muttaqin Kholis Ali
Guru Informatika SMA Negeri 1 Tambangan, Mandailing Natal
Kemerdekaan bukan hanya tentang terbebas dari penjajahan, tetapi juga tentang bagaimana kita mengisi kemerdekaan itu dengan hal-hal yang bermakna.
Di tengah hingar-bingar perayaan Hari Ulang Tahun Republik Indonesia, sering kali kita lupa bahwa salah satu pilar utama kemerdekaan adalah pendidikan. Sayangnya, ketika kita berbicara tentang pendidikan nasional, bayangan yang muncul adalah tantangan yang seolah tak kunjung usai. Dari fasilitas yang kurang memadai, tenaga pengajar yang belum sepenuhnya sejahtera, hingga kurikulum yang kerap kali dianggap kaku dan tidak relevan dengan kebutuhan zaman.
Jika kita melirik ke negara lain, gambaran tersebut menjadi semakin kontras. Singapura, yang hanya sepelemparan batu dari Indonesia, telah menempatkan diri sebagai salah satu negara dengan sistem pendidikan terbaik di dunia. Begitu pula dengan Finlandia, yang dikenal dengan pendekatan pendidikan yang inovatif dan berfokus pada kebahagiaan siswa. Sementara itu, di Indonesia, anak-anak di daerah terpencil masih harus menempuh perjalanan panjang dan berbahaya untuk mencapai sekolah. Namun, di balik segala keterbatasan itu, ada cahaya harapan yang tak pernah padam — guru-guru kita. Mereka adalah pahlawan tanpa tanda jasa yang terus berjuang di garis depan pendidikan. Di tangan merekalah masa depan bangsa ini berada. Tetapi, apakah mereka benar-benar merdeka dalam menjalankan tugasnya? Bagaimana kita, sebagai bangsa yang merdeka, dapat mendukung mereka untuk menciptakan generasi muda yang juga merdeka dalam berpikir dan berinovasi?
Kondisi pendidikan nasional Indonesia masih menyisakan banyak pekerjaan rumah. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2023, angka putus sekolah di tingkat SMP dan SMA masih cukup tinggi, yaitu mencapai 4,34% dan 3,29%. Selain itu, dalam peringkat Programme for International Student Assessment (PISA) 2023, Indonesia masih berada di posisi ke-68 dari 81 negara dalam hal kemampuan membaca, matematika, dan sains. Ketertinggalan ini semakin jelas ketika kita membandingkan dengan negara-negara tetangga seperti Singapura yang berada di peringkat 2 atau Malaysia di peringkat 56. Kemajuan dalam berpikir kritis dan kemampuan berinovasi juga masih menjadi tantangan besar bagi pendidikan di Indonesia.
Guru yang Merdeka dalam Pandangan Kurikulum Merdeka
Dalam era Kurikulum Merdeka, seorang guru yang merdeka adalah guru yang memiliki kebebasan untuk mengembangkan metode pengajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan potensi siswa. Kurikulum Merdeka memberikan keleluasaan bagi guru untuk merancang pembelajaran yang lebih fleksibel dan inovatif, tidak lagi terpaku pada pola-pola baku yang sering kali membatasi kreativitas pengajaran. Salah satu contoh nyata dari implementasi Kurikulum Merdeka adalah penerapan pembelajaran berbasis proyek atau Project-Based Learning (PBL). Metode ini memungkinkan siswa untuk belajar melalui proyek nyata yang relevan dengan kehidupan mereka. Menurut Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, penerapan PBL telah menunjukkan peningkatan dalam keterlibatan dan motivasi belajar siswa. Selain itu, hasil penelitian dari Universitas Pendidikan Indonesia pada tahun 2023 menunjukkan bahwa siswa yang belajar dengan pendekatan PBL memiliki peningkatan signifikan dalam kemampuan berpikir kritis dan kreativitas.
Guru yang merdeka dalam Kurikulum Merdeka juga dituntut untuk menjadi fasilitator yang mampu mengarahkan siswa dalam menemukan dan mengembangkan potensi mereka. Dalam hal ini, guru diberikan kebebasan untuk memilih dan mengadaptasi berbagai metode pembelajaran yang paling sesuai dengan karakteristik siswa. Misalnya, penggunaan teknologi digital dalam pembelajaran sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari Kurikulum Merdeka. Data dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menunjukkan bahwa penggunaan teknologi dalam pembelajaran telah meningkatkan partisipasi dan interaksi siswa, terutama di masa pandemi COVID-19.
Selain itu, guru juga diberikan kesempatan untuk terus mengembangkan diri melalui berbagai program pelatihan dan pengembangan profesional yang disediakan oleh pemerintah. Program Guru Penggerak, misalnya, adalah salah satu inisiatif pemerintah untuk menciptakan guru-guru yang inovatif dan berjiwa kepemimpinan. Berdasarkan laporan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, sejak diluncurkan pada tahun 2020, program ini telah melatih lebih dari 20.000 guru di seluruh Indonesia, dan hasilnya menunjukkan peningkatan kompetensi guru dalam mengelola kelas dan menerapkan metode pembelajaran yang kreatif. Dengan segala kebebasan dan dukungan yang diberikan, guru dalam Kurikulum Merdeka diharapkan mampu menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan dan memberdayakan siswa untuk menjadi individu yang mandiri, kreatif, dan inovatif. Melalui pendidikan yang merdeka, kita dapat membangun generasi muda yang siap menghadapi tantangan global dan berkontribusi positif bagi kemajuan bangsa.
Mengajarkan Siswa Mengapresiasi Kebebasan
Guru memiliki peran penting dalam menanamkan nilai-nilai kebebasan yang telah diperjuangkan oleh para pahlawan bangsa. Mengajarkan siswa untuk mengapresiasi kebebasan dapat dilakukan melalui berbagai pendekatan yang kreatif dan inspiratif. Salah satu metode yang efektif adalah dengan mengintegrasikan cerita sejarah perjuangan kemerdekaan ke dalam kurikulum pembelajaran.
Contohnya, guru dapat menggunakan pendekatan naratif untuk menceritakan kisah-kisah heroik para pahlawan nasional seperti Soekarno, Hatta, dan Kartini. Dengan mendengar dan memahami perjuangan mereka, siswa dapat merasakan semangat dan pengorbanan yang telah diberikan untuk mencapai kemerdekaan.
Berdasarkan sebuah survei yang dilakukan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 2022, siswa yang terlibat dalam pembelajaran sejarah dengan pendekatan naratif menunjukkan peningkatan dalam rasa nasionalisme dan kebanggaan terhadap bangsa. Selain itu, guru juga dapat mengajak siswa untuk berpartisipasi dalam kegiatan yang mempromosikan nilai-nilai kebebasan dan tanggung jawab sosial. Misalnya, kegiatan proyek sosial seperti bakti sosial, pembersihan lingkungan, atau kegiatan gotong royong di sekolah dan masyarakat sekitar. Kegiatan semacam ini tidak hanya mengajarkan siswa tentang pentingnya kebebasan, tetapi juga mendorong mereka untuk mengambil peran aktif dalam menjaga dan memperjuangkan kebebasan tersebut. Lebih lanjut, penggunaan media digital dan teknologi dalam mengajarkan nilai-nilai kebebasan juga dapat menjadi alat yang efektif. Guru dapat memanfaatkan video dokumenter, film sejarah, atau bahkan permainan edukatif yang mengangkat tema-tema perjuangan kemerdekaan. Data dari Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan menunjukkan bahwa penggunaan media digital dalam pembelajaran dapat meningkatkan minat dan pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan.
Mengajarkan siswa untuk mengapresiasi kebebasan juga melibatkan diskusi dan refleksi tentang makna kebebasan itu sendiri. Guru dapat mengadakan diskusi kelas yang mendalam tentang berbagai bentuk kebebasan, baik kebebasan berpendapat, kebebasan berekspresi, maupun kebebasan memilih. Diskusi semacam ini membantu siswa untuk mengembangkan pemikiran kritis dan kesadaran sosial yang lebih tinggi. Dengan pendekatan yang holistik dan kreatif, guru dapat membantu siswa untuk memahami dan mengapresiasi kebebasan yang telah diperjuangkan oleh para pahlawan bangsa. Hal ini tidak hanya membentuk generasi muda yang sadar akan sejarah dan nilai-nilai kebangsaan, tetapi juga menciptakan individu yang siap berkontribusi dalam pembangunan negara dengan menjadi warga yang bertanggung jawab dan peduli terhadap lingkungan sekitar.
Kedudukan Siswa di Mata Guru dan Pendidikan
Menurut data dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, pendekatan pendidikan yang berpusat pada siswa atau student-centered learning telah menunjukkan hasil positif dalam meningkatkan partisipasi dan hasil belajar siswa. Pendekatan ini menempatkan siswa sebagai pusat dari proses belajar, di mana mereka diberikan kebebasan untuk mengeksplorasi, bertanya, dan mengembangkan pemahaman mereka sendiri tentang materi yang diajarkan.
Dalam Kurikulum Merdeka, kedudukan siswa di mata guru juga lebih dihargai melalui pendekatan yang lebih personal dan adaptif. Guru didorong untuk mengenal setiap siswa secara lebih mendalam, memahami kebutuhan, minat, dan gaya belajar mereka. Hal ini tercermin dalam program-program seperti Rencana Pembelajaran Individu (RPI) yang memberikan ruang bagi guru untuk merancang pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik masing-masing siswa.
Penelitian yang dilakukan oleh Universitas Gadjah Mada pada tahun 2023 menunjukkan bahwa siswa yang belajar dalam lingkungan yang menghargai individualitas dan memberikan ruang untuk berpartisipasi aktif, cenderung memiliki motivasi belajar yang lebih tinggi dan prestasi akademik yang lebih baik. Dengan melihat siswa sebagai mitra dalam proses pendidikan, guru dapat menciptakan hubungan yang lebih harmonis dan produktif, yang pada akhirnya akan meningkatkan kualitas pendidikan secara keseluruhan.
Mengapresiasi Guru
Guru adalah pilar utama dalam sistem pendidikan. Mereka adalah individu yang berdedikasi untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk karakter generasi penerus. Namun, sering kali peran mereka tidak sepenuhnya dihargai atau diapresiasi secara memadai. Pemerintah perlu mengambil langkah konkret untuk mengapresiasi peran guru dalam masyarakat. Salah satu langkah yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan kesejahteraan guru melalui peningkatan gaji dan tunjangan, serta pemberian fasilitas yang memadai untuk mendukung proses pembelajaran. Data dari Asosiasi Guru Indonesia menunjukkan bahwa peningkatan kesejahteraan guru berdampak positif pada motivasi dan kinerja mereka dalam mengajar.
Selain itu, penghargaan dan pengakuan publik terhadap prestasi dan kontribusi guru dalam menciptakan inovasi dan meningkatkan kualitas pendidikan juga sangat penting. Program penghargaan seperti “Guru Inspiratif” atau “Penghargaan Guru Berprestasi” dapat menjadi insentif yang efektif untuk mendorong guru untuk terus meningkatkan kualitas pengajaran mereka.
Mengapresiasi guru juga melibatkan dukungan yang berkelanjutan dalam pengembangan profesional mereka. Pemerintah dapat memberikan akses lebih luas kepada guru untuk mengikuti pelatihan dan workshop yang relevan dengan perkembangan pendidikan global. Program sertifikasi dan penilaian kinerja yang transparan juga dapat membantu meningkatkan standar profesionalisme guru di Indonesia. Lebih lanjut, menciptakan lingkungan kerja yang kondusif dan mendukung kolaborasi antar-guru juga sangat penting. Menurut sebuah studi dari Universitas Pendidikan Indonesia, guru yang bekerja dalam lingkungan yang suportif cenderung memiliki tingkat kepuasan kerja yang lebih tinggi dan lebih termotivasi untuk mengembangkan metode pengajaran yang inovatif.
Tidak hanya pemerintah, masyarakat juga memiliki peran penting dalam mengapresiasi guru. Kampanye kesadaran publik tentang pentingnya peran guru dalam membentuk masa depan bangsa dapat membantu meningkatkan penghargaan sosial terhadap profesi guru. Dukungan dari orang tua dan komunitas lokal dalam bentuk partisipasi aktif dalam kegiatan sekolah juga dapat memberikan semangat tambahan bagi para guru. Misalnya, program “Orang Tua Mengajar” yang memungkinkan orang tua berbagi pengalaman dan pengetahuan mereka di kelas, dapat menciptakan hubungan yang lebih erat antara guru, siswa, dan orang tua. Ini tidak hanya mengapresiasi peran guru, tetapi juga membangun ekosistem pendidikan yang lebih kolaboratif dan inklusif.
Mengapresiasi guru adalah investasi jangka panjang bagi masa depan bangsa. Guru yang merasa dihargai dan didukung akan lebih termotivasi untuk memberikan yang terbaik bagi siswa mereka. Dengan demikian, kita dapat menciptakan lingkungan pendidikan yang lebih positif dan produktif, yang pada akhirnya akan menghasilkan generasi muda yang cerdas, kreatif, dan berdaya saing.
Dalam perayaan HUT RI tahun 2024 ini, mari kita jadikan momen untuk merenungkan dan meningkatkan peran guru dalam menyukseskan Kurikulum Merdeka. Guru yang merdeka bukan hanya mereka yang mengajar, tetapi juga mereka yang mampu membentuk generasi yang merdeka dalam berpikir, bertindak, dan berinovasi. Melalui apresiasi yang lebih baik terhadap guru dan pendidikan yang lebih inklusif, kita dapat bersama-sama membangun masa depan pendidikan yang lebih baik dan merdeka untuk anak-anak Indonesia. Momen HUT RI seharusnya tidak hanya menjadi seremonial tahunan, tetapi juga sebagai refleksi kolektif bagi bangsa ini untuk menghargai dan meningkatkan kualitas pendidikan. Pendidikan yang merdeka bukan hanya tanggung jawab guru semata, tetapi juga tanggung jawab kita semua sebagai masyarakat. Dengan dukungan dari semua pihak —pemerintah, masyarakat, dan para pemangku kepentingan lainnya — kita bisa memastikan bahwa pendidikan di Indonesia tidak hanya mengejar ketertinggalan, tetapi juga menjadi teladan bagi negara-negara lain.
Mari kita jadikan kemerdekaan ini sebagai inspirasi untuk terus berinovasi dalam dunia pendidikan. Guru yang merdeka adalah kunci untuk membentuk siswa yang kreatif dan berpikiran terbuka. Pendidikan yang merdeka adalah jembatan menuju masa depan yang lebih cerah bagi bangsa ini. Dan pada akhirnya, pengakuan dan apresiasi terhadap peran penting guru akan menjadi langkah awal yang penting untuk mencapai visi tersebut. Sebagai masyarakat yang merdeka, kita harus mendukung dan menginspirasi para guru kita untuk terus berinovasi dan berkembang. Hanya dengan cara ini, kita dapat memastikan bahwa semangat kemerdekaan yang telah diperjuangkan oleh para pahlawan kita akan terus hidup dan membawa bangsa ini menuju kemajuan yang lebih besar di masa depan.
Dengan semangat gotong royong dan kebersamaan, mari kita wujudkan pendidikan yang merdeka, berdaya saing, dan berkualitas untuk semua anak-anak Indonesia. Selamat Hari Kemerdekaan Indonesia ke-79, mari kita jadikan kemerdekaan ini sebagai pendorong untuk menciptakan pendidikan yang lebih baik dan masa depan yang lebih gemilang.*