Oleh: Syufrin
Sahabat Mangrove Batahan
Kabupaten Mandailing Natal memiliki garis pantai sekitar 170 kilo meter dan di sepanjang pantai ditumbuhi hutan mangrove (bakau) yang dari dahulu selalu terjaga keasrianya dimana kawasan hutan mangrove tersebut merupakan tempat tinggal dan tempat memijah biota-biota laut dan merupakan sumber protein bagi masarakat pesisir pantai.
Disamping itu kawasan hutan mangrove juga berfungsi sebagai penahan pantai dari abrasi air pasang serta dapat memecah ombak sehingga bibir pantai dapat bertahan lebih lama.
Kawasan hutan mangrove juga diklaim mampu membersihkan karbon dua kali lebih banyak dari hutan dewasa, dan merupakan salah satu solusi program mitigasi karbon untuk mengurangi efek gas rumah kaca.
Kecamatan Batahan salah satu dari wilayah pesisir pantai di Kabupaten Mandailing Natal, Sumatera Utara dengan garis pantai sekitar 20 kilo meter dan di sepanjang pantai ditumbuhi oleh hutan mangrove, namun akhir-akhir ini kawasan hutan manggrove pesisir Pantai Barat Kabupaten Mandailing Natal khususnya di pesisir pantai Kecamatan Batahan terus mengalami penurunan sehingga dikhawatirkan menjadi penyebab berkurangnya penghasilan nelayan.
Sebagai catatan yang perlu diingat bahwa Batahan pernah terkenal dengan hasil laut yang berlimpah dan merupakan pemasok ikan terbesar untuk daerah Sumatera Utara dan Sumatera Barat, bahkan sampai ke pulau Jawa, sekarang tinggal kenangan seiring berkurangnya kawasan mangrove.
Berkurangnya mata pencaharian nelayan Batahan salah satu alasan Sahabat Mangrove Batahan (SMB) membuat tulisan ini sebagai bahan diskusi bersama dan diharapkan membuahkan solusi untuk perbaikan kehidupan masyarakat pesisir Batahan kelak.
Sahabat Mangrove Batahan berharap adanya perhatian serius dari semua pihak yang memiliki pandangan yang sama terhadap peningkatan ekonomi masyarakat pesisir Kecamatan Batahan yang semakin hari kian mengkhawatirkan.*
