Oleh : Elvi Hasan, SE
Aktivis Peduli Generasi
Sistem pendidikan sekuler yang memisahkan agama dari kehidupan telah melahirkan bencana jangka panjang bagi kehidupan manusia abad ini. The lost generation pun di depan mata. Tidak heran angka kriminal dan kerusakan moral kian meningkat di kalangan anak-anak dan remaja sebagai bukti kegagalan sistem kapitalis dalam memenuhi kebutuhan pendidikan bagi generasi.
Upaya tambal sulam dilakukan sebagai wujud keprihatinan yang dilakukan para pemangku kebijakan. Apa daya jauh panggang dari api, kebijakan yang dibuat yang lahir dari sistem kapitalisme semakin memperparah kerusakan. Orang tua semakin kehilangan harapan, meskipun upaya menyiapkan sejumlah materi untuk mendapatkan pendidikan yang tidak gratis terus dilakukan. Berbagai kebijakan yang dibuat tak mampu memberi solusi, generasi semakin kehilangan arah, mereka tidak tahu untuk apa mereka hidup.
Islam sebagai agama yang sempurna, telah memberikan petunjuk yang jelas kepada manusia. Termasuk juga di dalamnya petunjuk bagaimana mengelola pendidikan. Sistem pendidikan yang dicontohkan Rasulullah SAW telah melahirkan generasi-generasi cemerlang. Pendidikan inipun dilanjutkan oleh generasi-generasi selanjutnya dalam kurun waktu yang panjang. Pendidkan islam telah melahirkan generasi polymath, generasi yang menguasai lebih dari satu bidang ilmu. Generasi yang tidak hanya menguasai sains tapi juga generasi yang beriman dan bertaqwa.
Allah SWT telah menetapkan, kewajiban memberikan pendidikan dibebankan kepada orang tua, masyarakat dan negara. Ketiga kompenen ini akan bersinergi dalam mendidik generasi sebagai amanah yang dibebankan kepadanya untuk kelanjutan manusia yang melahirkan peradaban yang cemerlang. Negara sebagai penjamin dan yang bertanggungjawab terlaksannya system pendidikan islam menyiapkan orang tua dan guru yang memahami kemana arah pendidikan anak dan peserta didiknya.
Mendidik adalah risalahnya para nabi. Maka pendidikan adalah jalan yang juga ditempuh oleh para nabi. Sebagai pendidik (orang tua, masyarakat, negara) kita perlu paham betul siapa yang akan dididik, dalam hal ini adalah anak, siswa, anak didik. Maka kita harus tahu betul siapa anak didik kita. Arah pendidikan generasi dimulai dengan mengetahui siapa yang akan kita didik. Jika dia adalah manusia, maka tentu dididik sebagaimana manusia, sehingga seni mendidik tak bisa seperti sebuah robot. Anak didik kita hakekatnya adalah hamba Allah. Maka kenali bagaimana arah yang ditetapkan Allah SWT sebagai pencipta.
Siapa yang berhak menentukan kemana arah pendidikan anak kita. Siapa sebenarnya pemilik anak kita. Apakah anak kita milik kita atau anugerah dari sang pencipta manusia. Anak adalah amanah dari Pencipta manusia yang dititipkan kepada orangtua sebagai anugerah. Karena anak adalah titipan maka kita akan mengikuti arah sesuai pemilik anak itu.
Anak/peserta didik mau kita arahkan kemana ?
Anak itu sama dengan kita adalah manusia. Kita harus merujuk kepada arah pendidikan yang sudah ditetapkan ALLAH swt. Allah SWT yang menciptakan manusia sudah menetapkan arah dan tujuan pendidkan manusia. Oleh karena itu manusia harus punya tujuan tertentu yang di tetapkan Allah SWT yaitu :
A. Untuk beribadah kepada Allah swt.
(Qs adzariyat 56) Artinya: Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.
Allah menciptakan manusia untuk menghamba kepada Allah swt, untuk beribadah kepada Allah swt. Artinya manusia harus mengikuti apa saja yang Allah perintahkan, tidak ada pilihan lain selain melaksanakan perintah Allah swt.
Ketika anak ditipkan kepada orangtua, guru, maka pendidikan anak diarahkan untuk dapat menghamba kepada Allah swt.
Pendidikan anak dikatakan berhasil apabila seorang anak bisa menjadikan dirinya sebagai hamba di hadapan Sang Pencipta dan beribadah sepenuhnya .
B. Untuk menjadi khalifah fil ‘ard.
Sejak awal penciptan manusia, manusia diciptakan untuk menjadi memimpin bumi, yang akan menata makhluk-makhluk di bumi agar semua berjalan harmonis dan sesuai dengan apa yang dikendaki Pencipta.
(QS. Al-Baqarah : 30)
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang Khalifah di muka bumi”.
Dari dua tujuan penciptaan manusia ini kita pahami orang tua dan guru diamanahkan harus mendidik sebagaimana kehendak pencipta untuk mencapai tujuan pendidikan di atas. Maka negara akan menyiapkan kurikulum untuk mencapai tujuan di atas. Dan negara berperan aktif menyiapkan orang tua dan guru agar memiliki kemampuan dalam mendidik anak sebagai amanah.
Allah juga menjelaskan, untuk medukung tujuan pendidkan dalam Islam maka orang tua dan guru harus mencapai target-target tertentu yang lebih spesifik dari tujuan penciptaan manusia yaitu :
1. Menjadikan anak yang sholih/sholihah.
(Qs. Al a’raf 189) “…Jika Engkau memberi kami anak yang saleh, tentulah kami akan selalu bersyukur”.
Sejak anak dalam kandungan kedua orang tua sudah harus menargetkan anaknya menjadi anak yang shalih. Maka pendidikan pun diarahkan bagaimana untuk membentuk anak menjadi anak yang shalih/sholehah
2. Sebagai qurrotaa’ayun bagi kedua orangtuanya.
(Qs. Al a’raf 189) “Dialah yang menciptakan kamu dari jiwa yang satu (Adam) dan daripadanya Dia menciptakan pasangannya, agar dia merasa senang kepadanya,..”.
Kita menargetkan anak menjadi penyenang hati orang tuanya. Kita harus menyiapkan dan mendidik mereka agar keberadaan mereka tetap menyenangkan orang tua. Sejak bayi anak sudah menjadi penyenang orantua. Bagaimana kita mendidik anak agar hingga dewasa, dia tetap menjadi penyenang hati orang tuanya sekaligus juga perhiasan dunia.
3. Menjadi pemimpin orang-orang yang bertaqwa (imamul muttaqin).
(QS. Al-Furqon : 74) Dan orang-orang yang berkata, “Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa”.
Anak-anak didik diarahkan menjadi imam bagi orang bertakwa. Jadi mendidik anak bukan hanya menjadi orang bertakwa tetapi juga menjadi pemimpin orang yang bertakwa. Sehingga arahnya harus dididik dan disiapkan menjadi orang bertakwa dan kemudian siap mengajak orang lain untuk menjadi orang yang bertakwa.
4. Menjadi pengemban Alquran.
Dalam kitab Shahihnya, Imam Al-Bukhari meriwayatkan sebuah hadits dari Hajjaj bin Minhal dari Syu’bah dari Alqamah bin Martsad dari Sa’ad bin Ubaidah dari Abu Abdirrahman As-Sulami dari Utsman bin Affan RadhiyAllahu Anhu, bahwa Rasulullah SAW bersabda,
“Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Al-Qur`an dan mengajarkannya.”
Ini merupakan prestasi apabila seorang anak mampu mempelajari dan mengajarkan Al-Qur’an. Mempelajari Al-Qur’an itu merupakan perbuatan yang mulia. Sehingga anak diarahkan untuk bercita cita mengajarkan Al-Qur’an.
5. Menjadi Ulul Albab.
Surah Ali Imran ayat 190-191 misalnya menyebutkan Allah swt berfirman:
Artinya: “Sesungguhnya, dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang, terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), “Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia; Mahasuci Engkau, lindungilah kami dari azab neraka.” (QS. Ali-‘Imran: 190-191).
Salah satu kriteria manusia berorieantasi akhirat yang diajarkan melalui nash Al-Qur’an ialah manusia yang Ulil Albab. Manusia Ulil Albab merupakan suatu figure dan kriteria manusia yang patut dijadikan role model dikehidupan dunia. mereka yang disebut Manusia Ulil Albab senantiasa menggunakan akalnya untuk men-tadabburi, mengobservasi, memikirkan, menghayati, mengintrospeksi akan adanya sesuatu yang telah diciptakan oleh sang Khaliq yaitu Allah swt. Manusia Ulil Albab tersebut senantiasa terbenak dalam mindset-nya bahwa semua yang ada di alam semesta ini yang telah diciptakan oleh Allah swt, tidak ada satupun yang sia sia.
Ukuran kecerdasan adalah orang orang yang mahir menggunakan akalnya menjadi orang orang yang beriman kepada Allah. Dalam setiap proses berfikirnya dia menemukan keberadaan Allah. Maka pendidikan harus dipastikan untuk menghasilkan manusia yang memiliki kriteria Ulul Albab.
6. Menjadi khoiru ummah.
(Qs ali imran : 110) Alah memberikan pengarahan kepada manusia memiliki karakter sebagai umat terbaik yaitu memiliki karakter selalu amar ma’ruf nahi munkar. Dan aktif melakukan amar ma’ruf nahi mungkar kepada manusia dengan landasan keimanan. Khairu ummah adalah sebuah frasa dalam Al-Qur’an yang menunjukkan sebuah tatanan masyarakat ideal yang memiliki tiga syarat, yaitu amr bi al-ma`ruf, nahy `an al-munkar dan tu`minuna billah. Umat islam harus unggul dan harus menjadi terbaik pada bidang apapun, dan pada zaman apapun. Bukan sebaliknya.
7. Menguasai sains dan teknologi.
“Dan Dia menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berpikir.” (QS. Al-Jatsiyah: 13).
Dalam mendidik generasi, baik dia sebagai khalifah maupun dalam rangka beribadah kepada Allah swt maka dia membutuhkan kemampuan sains dan teknologi dalam mengelola dan memanfaatkan apa-apa yang ada di bumi dan alam semesta sehingga manusia tidak melakukan kerusakan di bumi.
Dengan sistem pendidikan Islam itu akan lahir generasi yang beriman, bertakwa dan berkepribadian Islam sekaligus menguasai sains dan teknologi, pintar dan terampil. Generasi yang akan senantiasa memperhatikan kondisi umat, terus menerus berusaha memperbaiki umat dan mewujudkan kebaikan dan perbaikan di tengah umat dalam segala aspek kehidupan.***