Panyabungan.
Masyarakat di Kecamatan Panyabungan Timur Kabupaten Mandailing Natal (Madina), kini banyak yang terpaksa kembali menggunakan kayu bakar untuk keperluan masak memasak akibat minyak tanah yang masih langka. Sementara, program konversi gas elpiji 3 kg di daerah ini belum berjalan.
“Minyak tanah hingga kini masih langka di Panyabungan, warga pun kini banyak yang kembali menggunakan kayu bakar. Apalagi saat ini, menjelang akan dilakukannya peralihan penggunaan minyak tanah ke gas elpiji 3 kg di Madina, minyak tanah semakin sulit untuk didapatkan meskipun kita telah keliling kampong mencarinya,” ujar Holik Nasution (35), warga Panyabungan Timur kepada MedanBisnis, Rabu (25/5) di Panyabungan.
Dikatakannya, kelangkaan minyak tanah ini telah dirasakan warga sejak beberapa bulan terakhir. “Kami tidak tahu apakah alokasi minyak tanah bersubsidi itu masih ada masuk ke Madina, utamanya ke daerah kami di Panyabungan Timur. Sebab, beberapa bulan ini minyak tanah itu sekan telah menghilang,” ujarnya.
Disebutkan Holik, kalaupun minyak tanah itu sesekali bisa didapatkan, namun harganya sudah melambung tinggi hingga mencapai Rp7.000 per liter. “Kata pedagangnya, melambungnya harga hingga jauh diatas harga eceran tertinggi (HET) karena mendapatkannya sangat susah. Mereka mengaku harus mencari ke Panyabungan Kota, dan harga pembelian di sana juga telah tinggi,” sebutnya.
“Kalau kondisinya seperti ini terus, lebih baik rencana peralihan ke LPG 3 kg itu segera saja dilakukan di Madina. Dan kita juga tidak tahu, kenapa rencana itu belum juga terealisasi di daerah ini. Padahal daerah-daerah lainnya telah dilakukan,” sebutnya lagi. (zamharir rangkuti)
Sumber : Medanbisnis