Artikel

Pahala Investasi dan Dosa Investasi

 

Oleh: Alfisyah Ummu Arifah, S.Pd
Guru dan Pegiat Literasi Islam Medan

Ini adalah bahasan yang adil. Bukan hanya mengenai pahala yang kita wariskan pada orang lain tetapi juga dosa yang terus mengalir untuk orang yang mengikuti kita.

Demikianlah Allah tidak cacat dalam persoalan catat mencatat terhadap perkara amal yang dilakukan seorang hamba dan yang dia wariskan berupa dosa ataupun pahala.

Jadi jika kita meninggalkan jejak untuk mengajak orang untuk melakukan kebaikan dan mengajak kejahatan, maka kita akan mendapatkan pahala atau dosa yang terus mengalir saat ada orang yang mengikutinya. Inilah yang dimaksud dengan bekas-bekas amal itu (aatsarohum)

اِنَّا نَحۡنُ نُحۡىِ الۡمَوۡتٰى وَنَكۡتُبُ مَا قَدَّمُوۡا وَاٰثَارَهُمۡؕؔ وَكُلَّ شَىۡءٍ اَحۡصَيۡنٰهُ فِىۡۤ اِمَامٍ مُّبِيۡنٍ

Sungguh, Kamilah yang menghidupkan orang-orang yang mati, dan Kamilah yang mencatat apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka (tinggalkan). Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam Kitab yang jelas (Lauh Mahfuzh).

Sungguh, Kamilah yang menghidupkan kembali orang-orang yang mati, dan Kamilah yang mencatat apa yang telah mereka kerjakan selama hidup di dunia, baik atau buruk, kecil atau besar, untuk kami balas secara adil.

Semua itu dicatat pula bekas-bekas yang mereka tinggalkan, yakni perbuatan baik maupun buruk yang mereka kerjakan dan diikuti oleh orang lain atau generasi sesudah mereka.

Segala sesuatu Kami kumpulkan dalam Kitab yang jelas, yakni Lauh Mahfùz.

Kemudian disebutkan pula bahwa orang harus merasa takut kepada tuhannya. Karena Allah akan menghidupkan kembali semua orang yang telah mati dan membangkitkan mereka dari kuburnya masing-masing pada hari Akhirat.

Ketika itu manusia memperoleh catatan dari seluruh perbuatan, baik besar maupun kecil, yang pernah dikerjakan di dunia dahulu. Tiada satu pun perbuatan yang luput dari catatan. Semuanya tertulis dalam buku itu dengan teliti dan Al-Qur’an menyatakan:

Dan diletakkanlah kitab (catatan amal), lalu engkau akan melihat orang yang berdosa merasa ketakutan terhadap apa yang (tertulis) di dalamnya, dan mereka berkata, “Betapa celaka kami, kitab apakah ini, tidak ada yang tertinggal, yang kecil dan yang besar melainkan tercatat semuanya.  Mereka dapati (semua) apa yang telah mereka kerjakan (tertulis). Dan Tuhanmu tidak menzalimi seorang jua pun (Al-Kahfi 49)

Tidak hanya perbuatan mereka yang tertulis dalam buku itu, tetapi juga segala amal yang mereka tinggalkan. Hal yang diikuti dan masih dimanfaatkan orang banyak setelah ia meninggal dunia.  Seperti ilmu pengetahuan yang diajarkannya, harta benda yang diwakafkan, atau rumah sakit yang didirikannya untuk kesehatan masyarakat.

Demikian pula perbuatan jahat yang ditinggalkan, seperti fitnah yang pernah ditebarkannya sehingga mengakibatkan orang saling berselisih atau berpecah-belah.

Ringkasnya, setiap perbuatan yang menimbulkan pengaruh, baik yang bermanfaat atau menimbulkan mudarat, tertulis semua dalam buku itu. Ayat ini sejalan dengan hadis Rasulullah yang berbunyi “Barang siapa membuat tradisi (kebiasaan) yang baik ia akan memperoleh pahalanya dan pahala orang yang mengamalkannya sesudah ia meninggal tanpa dikurangi sedikit pun pahala mereka. Dan barangsiapa membuat suatu tradisi (kebiasaan) yang buruk, ia akan memikul dosanya dan dosa orang yang mengerjakannya setelah (ia) meninggal dunia tanpa dikurangi sedikit pun dosa mereka.

Kemudian Rasulullah membaca ayat “wanaktubu maqaddamu wa atsarahum” (dan Kami-lah yang mencatat apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka (tinggalkan).” (Riwayat Al-Bukhari dari Abu Musa Al-Asy’ari)

Sehubungan dengan makna firman Allah “Dan Kami menuliskan apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan“.

Imam at-Tirmidzi meriwayatkan sebuah kisah, seperti yang dimuat oleh Ibnu Katsir dalam tafsirnya, dimana diceritakan ada orang-orang dari Bani Salamah tinggal di pinggiran kota Madinah.

Mereka merasa betapa jauhnya tempat kediaman mereka dari masjid Nabi. Agar mereka dapat datang berjamaah lebih awal untuk memperoleh keutamaan salat berjamaah, mereka berniat untuk memindahkan rumah mereka ke daerah sekitar masjid. Maka turunlah ayat ini.

Setelah Rasulullah memanggil mereka, beliau pun bersabda, “Niatmu yang baik itu akan ditulis.” Akhirnya mereka tidak jadi pindah.

Ibnu Jarir ath-thabari meriwayatkan pula bahwa rumah sebagian orang Anshar jauh dari masjid Rasulullah. Mereka ingin memindahkannya, maka turunlah ayat ini. Mereka akhirnya membatalkan maksud tersebut.

Barangkali yang mendorong orang-orang Bani Salamah atau segolongan sahabat Anshar hendak memindahkan rumah mereka adalah hadis Nabi saw yang menyatakan bahwa salat berjamaah itu 27 kali lipat pahalanya dibanding dengan salat yang dikerjakan sendirian.

Rasulullah bersabda:

Manusia yang paling banyak pahalanya dalam salat ialah orang yang paling jauh berjalan dengan kaki kemudian yang paling jauh, dan orang yang menunggu salat sehingga ia mengerjakannya bersama imam lebih besar pahalanya daripada orang yang mengerjakan salat (sendiri) kemudian ia tidur.” (Riwayat al-Bukhari dan Muslim dari Abu Musa)

Kemudian lebih ditegaskan lagi bahwa tidak hanya perbuatan Bani Adam yang tertulis dalam buku itu dengan teliti, tetapi juga apa yang terjadi di bumi ini.

Menurut penjelasan ahli tafsir yang dimaksud dengan imamum mubin (kitab induk yang nyata) ialah Lauh Mahfudh.

Ayat ini diperkuat lagi dengan keterangan ayat-ayat lain yang berbunyi:

Dia (Musa) menjawab, “Pengetahuan tentang itu ada pada Tuhanku, di dalam sebuah Kitab (Lauh Mahfudh), Tuhanku tidak akan salah ataupun lupa.” (thaha: 52)

Dan segala (sesuatu) yang kecil maupun yang besar (semuanya) tertulis. (al-Qamar 53)

Demikian penjelasan ayat-ayat di atas yang memastikan datangnya hari Kiamat. Manusia akan menerima balasan dari semua usahanya, baik jahat maupun baik.

Dari ayat ini dapat dipahami bahwa kabar gembira berupa ampunan dan surga bagi orang yang takwa kepada Tuhan dan mengikuti petunjuk Al-Qur’an ditetapkan Allah nanti setelah hari Kebangkitan.

Begitulah sahabatku, jangan sampai kita meninggalkan dosa investasi. Justru yang harus ditinggalkan adalah pahala investasi. Agar yang tetap mengalir itu adalah pahala yang akan menyelamatkan kita. Bukan malah menjerumuskan kita ke dalam jurang neraka.

Jadi, jika kita meninggalkan jejak tulisan, seharusnya sebagai tulisan yang mengajak pada kebaikan bukan pada kejahatan. Alirannya itu dapat menjadi jariyah dalam bentuk pahala dan dosa. Jika dosa itu yang mengalir lebih banyak itu adalah hal yang paling merugikan kita. Naudzu billah min dzaalik.

Comments

Komentar Anda

Silahkan Anda Beri Komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.