Artikel

Pengumuman Proklamasi Kemerdekaan Pertamakali di Panyabungan

Foto Ibrahim Dalimunthe (kiri) menceritakan secara lisan yang dicatat Ir. M.Noor El Husein Dalimunte

 

Catatan ini adalah hasil pencatatan terhadap penuturan lisan Almarhum Ibrahim Dalimunthe saat masih hidup di Medan tanggal 7 April 1995 yang dicatatat oleh Ir. M.Noor El Husein Dalimunte.

Penuturan langsung dari pelaku di Panyabungan, Mandailing, Sumatera Utara pada hari-hari setelah kemerdekaan Indonesia diproklamirkan di Jakarta.

Berikut ini hasil catatannya :

Pada tanggal 18 Agustus 1945 beberapa tokoh masyarakat di Panyabungan antara lain: Amar Ma’roef dan Ibrahim Dalimunthe mengirim utusan pemuda ke Hutabargot, diantara mereka: Tholib Nasution, Ahmad Banjir, dan Syamsir Lubis untuk menyampaikan Surat Kawat yang saya terima dari Dr. A.K. Gani dari Palembang kepada Bung Noeddin Pulungan. Isi surat kawat ialah tentang Proklamasi Kemerdekaan Indonesia kemarin tanggal 17 Agustus 1945, atas nama Bangsa Indonesia: Soekarno dan Hatta di Jakarta.

Bung Nuddin Pulungan adalah Ketua BAPEN (Badan Pertahanan Nasional) pada masa itu (Pemerintah Jepang) di Panyabungan. Beliau adalah bekas tahanan politik (Digulis) oleh Pemerintah Hindia Belanda. Terakhir setelah dibebaskan dari penjara Sukamiskin, Bung Karno meminta agar beliau kembali saja ke kampung asalnya karena sudah terlalu tua berjuang dan pokok-pokok pemikirannya sangat dibutuhkan pemuda/masyarakat desa.

Setelah menerima surat kawat tersebut, Bung Nuddin Pulungan dan Amar Ma’ruf berangkat ke Kotanopan menemui tokoh masyarakat disana antara lain Bapak Abdul Aziz dan Raja Junjungan Lubis, guna membicarakan cara-cara yang akan ditempuh mengumumkan Proklamasi di Mandailing. Pada hari itu juga tanggal 18 Agustus 1945, saya Ibrahim Dalimunthe mengibarkan Bendera Merah Putih di kantor BAPEN itu dibawah ancaman tentera Jepang. Sekembali utusan dari Kotanopan mengadakan musyawarah untuk membentuk Panitia setempat yang akan mengumumkan resmi Proklamasi di Panyabungan.

Pada mulanya berita tentang Proklamasi Kemerdekaan disampaikan secara berbisik serta mengestafetkannya kepada teman lainnya, tetapi hasilnya kurang efektip. Cara lain Panitia menerbitkan selebaran dan membagikan kepada siapa saja yang datang atau berurusan dengan loket di pusat pasar Panyabungan. Hal ini mendapat hambatan sengit dari petugas Kempetai Jepang, mereka menyita selebaran serta mengancam akan menangkap siapa saja yang memiliki serta mencoba menyebar luaskannya.

Panitia beserta tokoh masyarakat kembali berunding dibawah pokok mangga di dekat Kantor Pos tempo doeloe yang berhampiran dengan jalan raya yang saat itu akan dilalui rombongan (Penutur tidak ingat namanya). Tokoh-tokoh masyarakat merasa yakin bahwa dalam rombongan tersebut ada Dr. A.K. Gani yang sudah kami kenal. Amar Ma’ruf dan saya Ibrahim Dalimunthe memberanikan menghadang dan ternyata rombongan beserta tentara keamanan mau berhenti sejenak dan memberi penjelasan bahwa Proklamasi itu benar. Setelah itu rombongan meninggalkan Panyabungan menuju Kotanopan, menurut kabar yang diterima memberikan jawaban yang sama. Untuk itu utusan Panitia dari Panyabungan kembali menemui tokoh masyarakat di Kotanopan dan sepakat agar masing-masing mengumumkan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dalam suatu Rapat Umum.

Ibrahim Dalimunthe dan naskah catatan yang sudah diketik serta tandatangannya

Rapat Umum pengumuman Proklamasi di Panyabungan diadakan kira-kira 4 hari sesudah saat itu bertempat di lokasi halaman Pesanggerahan yang lama. Tenggang waktu tersebut dipergunakan untuk menyampaikan undangan ke setiap desa di Kecamatan Panyabungan agar mengirimkan wakil-wakil pemudanya.

Rapat Umum dihadiri massa yang berdatangan dari seluruh pelosok/pedesaan, menyaksikan pengibaran Bendera Merah Putih secara resmi di Panyabungan. Bertindak sebagai Pembicara I Bung Nuddin Pulungan, Pembicara II Amar Ma’ruf dan Pembicara III saya Ibrahim Dalimunthe dengan judul “Bendera Merah Putih Sebagai Lambang Negara dan Kemerdekaan”.

Lapangan itu kemudian menjadi lokasi Upacara Pengibaran Bendera setiap 17 Agustus dan disana Pemerintah Daerah setempat kemudian membangun sebuah Tugu Proklamasi.

Penutur : H. Ibrahim Dalimunthe

Penulis : Ir. M.Noor El Husein Dalimunte.

 

Comments

Komentar Anda

Silahkan Anda Beri Komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.