Artikel

Peradaban Sungai Batang Gadis dan Batang Angkola (Bagian I)

Oleh: Muhammad Falah Nasution
Guru Sejarah SMAN 2 Plus Panyabungan/Alumni Pend. Sejarah FIS UNIMED

Sungai dalam perjalanan sejarah telah menjadi hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia, dari manusia awal dibumi sampai kehidupan manusia modern sekarang ini. Sebagian sejarah peradaban dunia berawal dari sungai-sungai. Manusia telah banyak mengukir peradaban di atas sungai dan berawal dari sungai, seperti sungai Kuning di Cina dan sungai Indus di India.

Manusia purba pada masa praaksara sudah memanfaatkan sungai-sungai untuk bertahan hidup dan sumber kehidupan, sehingga hidup di sepanjang aliran sungai menjadi pola hidup manusia purba selain pola hidup di pedalaman pulau. Dalam kehidupan sekarang, sungai tidak hanya sebagai sumber kehidupan lagi, namun telah berubah fungsi menjadi lebih luas, seperti objek wisata dan bahkan hiasan suatu kota di beberapa negara seperti kanal-kanal Kota Amsterdam di Belanda. Di Indonesia pun telah mulai melakukan kebijakan-kebijakan terhadap penataan sungai, salah satunya revitalisai wajah baru kali Krukut di kawasan Kali Besar, Kota Tua, Jakarta. Semua itu membuktikan bahwa sungai-sungai benar menjadi daerah peradaban manusia, baik manusia awal maupun manusia sekarang, walaupun berbeda konteks.

Berdasarkan penjelasan di atas, jika dilihat ke belakang, sungai-sungai telah dimanfaatkan manusianya pada saat itu. Misalnya dua sungai di pulau Sumatera, tepatnya di Provinsi Sumatera Utara, yaitu sungai Batang Angkola di Kabupaten Tapanuli Selatan dan sungai Batang Gadis di Kabupaten Mandailing Natal. Di mana kedua sungai ini bertemu dalam satu muara. Sungai ini sudah memberikan manfaat besar bagi manusianya, seperti penjelasan sebelumnya, bahwa kedua sungai ini pun telah menjadi peradaban manusia pada masa lalu dan sekarang ini.

Sungai Batang Gadis dan Sungai Batang Angkola: Letak Geografis

Sungai Batang Gadis merupakan salah satu sungai di Kabupaten Mandailing Natal (Madina) dengan sebutannya. Sungai dengan panjang dan lebar paling besar dari semua sungai yang ada di Kabupaten Mandailing Natal. Sungai ini memiliki panjang 180,00 km dengan lebar 65 m. Sedangkan sungai Batang Angkola berada di Kabupaten Tapanuli Selatan dengan hulunya terdapat di daerah Pegunungan Bukit Barisan di daerah Sipirok. Sungai Batang Angkola bermuara ke sungai Batang Gadis di Desa Muara Batang Angkola, Kecamatan Siabu, Kabupaten Mandailing Natal.

Sungai Batang Gadis dan Sungai Batang Angkola: Perdagangan dan Sumber Emas

Dalam buku Menuju Sejarah Sumatra: Antara Indonesia dan Dunia karya Anthony Reid (2011), Sumatera adalah sebuah pulau yang memiliki kekhasan tersendiri dari pada pulau-pulau lain di Indonesia bahkan di dunia, karena kekayaan alam, memiliki rahasia harta, dimana Sumatera disebut tanah emas pengawal gerbang menuju semua harta di Asia Tenggara, serta Sumatera yang memiliki keindahan alam yang luar biasa tidak kalah dengan pulau-pulau di Indonesia dan masyaraktnya mandiri. Sumatera dalam aspek geografis, daerahnya didominasi pegunungan, bukit barisan, yang semua itu terbentuk karena adanya pergeseran lempeng India yang bergerak ke utara dengan daratan Asia sejak 60 juta tahun lalu.

Berdasarkan penjelasan di atas, daerah Tapanuli Bagian Selatan memiliki kekhasan yang luar biasa sebagai bagian pulau Sumatera. Daerah ini sudah tentu mengambil bagian itu, yaitu terutama pada Sungai Batang Gadis di Kabupaten Mandailing Natal dan Sungai Batang Angkola di Kabupaten Tapanuli Selatan, dimana kedua sungai ini memiliki satu muara dan berakhir menuju laut barat Sumatera. Kedua sungai dalam sejarah peradaban manusia telah disinggung bahwa kedua sungai ini telah dijadikan sebagai sumber emas dan jalur perdagangan pada masa kejayaan perdagangan di Barus, sebuah kota tua di Kabupaten Tapanuli Tengah pada awal ke-2 M namanya sudah disebut dalam sebuah berita. Penyebutan itu berdasrakan berita Claudius Ptolemaeus dalam bukunya menyebut tempat tersebut pada abad ke-2 M dengan sebutan Barousai (Azhari, 2017: 10). Mengingat Barus pada masa itu telah menjadi sebuah bandar perdagangan internasional antara orang-orang Tamil, China, Arab. Jenis komoditi yang diperjualkan kapur barus (kamper) dan kemenyan.

Barus merupakan kota kuno diyakini penamaannya berasal dari komoditi utama yang diperdagangkan, yaitu kapur barus. Keberadaan kapur barus (kamper) kawasan ini kemungkinan besar yang belakangan menjadi latar belakang penamaan salah satu bandar dagang penting di Pantai Barat Sumatera yaitu Barus (Azhari, 2017:10). Hasil bumi tersebut merupakan berasal dari dataran tinggi Tapanuli, termasuk Tapanuli Bagian Selatan, dikarenakan jenis tanaman itu banyak tumbuh di dataran tinggi dan curam. (bersambung ke bagian II)

Comments

Komentar Anda

Silahkan Anda Beri Komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.