Seputar Madina

Produksi Karet Menurun Dratis di Madina

Panyabungan. Tingginya curah hujan dalam beberapa waktu belakangan ini, membuat produksi karet petani di Kabupaten Mandailing Natal (Madina) mengalami penurunan. Bahkan, penurunan sangat drastis terjadi sejak seminggu terakhir sehingga sangat berdampak pada perekonomian petani. “Satu minggu terakhir kita tidak bisa menderes (menyadap karet -red) akibat tingginya curah hujan, hal ini sudah mulai berdampak pada stok bahan pokok yang harus dicukupi setiap hari, karena dalam seminggu ini tidak ada pendapatan dari hasil karet. Sementara penghasilan kita dari yang lain juga tak ada,” sebut Wildan Lubis, salah seorang petani karet di Desa Tarlola, Kecamatan Batang Natal, kepada MedanBisnis, Selasa (27/9).

Dikatakannya, wilayahnya merupakan daerah pegunungan dan curah hujannya akhir-akhir ini begitu tinggi. “Hampir setiap hari terjadi hujan dan cukup panjang, atau bisa sekitar 6 jam lamanya. Ini membuat kalangan petani tak dapat menderes, sebab batang karet selalu basah,” ujarnya.

Akibat tidak adanya penghasilan selama seminggu terakhir ini, sebut Wildan, keuangan keluarganya pun semakin menipis sementara persediaan bahan pokok di rumah juga semakin habis. “Jika kondisi ini masih terjadi hingga beberapa waktu kedepan, kita tidak tahu lagi mau makan apa. Sebab persediaan di rumah pasti sudah habis. Mungkin terpaksa harus mencari hutangan, menunggu kita bias menderes lagi,” keluhnya.

Sahlan Nasution, salah seorang penampung getah karet di Kecamatan Batang Natal mengatakan, sebelum curah hujan tinggi dalam seminggu terakhir, biasanya dirinya bisa mengirim 3 – 4 truk getah karet ke pabrik getah di wilayah Tapsel. “Tapi dalam seminggu ini, untuk bias mengirim 1 truk getah saja sulit karena minimnya produksi karet yang dihasilkan petani,” katanya sembari menyatakan jika harga karet saat ini masih relative stabil di kisaran Rp 15.000 sampai Rp 16.000 per kilogramnya.

Kadis Perindag, Pasar dan UKM Kabupaten Natal, Ansyari Nasution, meminta kepada seluruh penampung karet yang ada di daerah itu agar tidak memanfaatkan situasi ekonomi para petani karet untuk menekan harga serta berdalih pada kualitas karet di saat musim hujan, karena ada standar harga melalui kualitasnya.

“Pinjaman para petani karet juga jangan nantinya menjadi monopoli pembelian sehingga mempengaruhi pendapatan petani juga, sebab kondisi para petani karet saat ini sudah sangat sulit, apalagi mayoritas petani karet tersebut adalah buruh train bukan pemilik kebun karet,” sebutnya. (henri)

Sumber : medanbisnis

Comments

Komentar Anda

Silahkan Anda Beri Komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.