Serba Serbi

Remaja Dihimbau Hindari Seks Pranikah


MEDAN : Psikolog Universitas Medan Area, Mustika Tarigan meminta remaja harus menghindari seks pranikah

sementara orang tua dituntut mewaspadai buah hati mereka agar tidak terjerumus untuk berhubungan intim.

“Perbuatan seperti itu tidak hanya menyangkut moral seorang remaja, tetapi juga merupakan tindakan tidak terpuji

yang harus dijauhi,” katanya di Medan, Selasa 30 November 2010, ketika diminta komentarnya mengenai 52 persen

remaja Medan melakukan hubungan seks sebelum nikah.

Sebelumnya, data Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) pada 2010 menunjukkan, 51 persen remaja di

Jabodetabek telah melakukan hubungan seks pranikah.

“Artinya dari 100 remaja, 51 sudah tidak perawan,” ujar Kepala BKKBN Sugiri Syarif usai memberikan sambutan pada

acara grand final Kontes Rap memperingati Hari AIDS sedunia di lapangan parkir IRTI Monas, Minggu (28/11).

Beberapa wilayah lain di Indonesia, seks pranikah juga dilakukan beberapa remaja. Misalnya saja di Surabaya

tercatat 54 persen, Bandung 47 persen, dan 52 persen di Medan.

Mustika mengatakan, sebagai remaja semestinya tidak perlu melakukan hubungan seks sebelum melaksanakan pernikahan,

karena ini bukan hanya tabu atau dilarang dalam ajaran agama, tetapi juga menyangkut harkat martabat remaja

tersebut.

“Jadi tidak sewajarnya seorang remaja harus berhubungan intim, karena ini tidak hanya akan merusak kepribadian

mereka, tetapi juga akan menjadi trauma bagi kehidupan dirinya,” katanya.

Menurut dia, hubungan seks hanya bisa dilakukan oleh pasangan suami-isteri yang sah dan telah melakukan pernikahan

sesuai yang diatur oleh undang-undang.

Sementara itu, pasangan remaja melakukan hubungan seks hanya karena dasar cinta atau sama-sama suka.

“Disinilah peranan orang tua untuk mengarahkan anak remajanya agar tidak berbuat sejauh itu, apalagi mereka belum

melakukan pernikahan,” ujar Mustika.

Dia menjelaskan, berdasarkan hasil survei BKKBN yang menyebutkan banyaknya remaja tidak perawan atau kehilangan

“kegadisannya” tidak perlu membuat kalangan orang tua jadi cemas atau merasa bigung.

“Mari dijadikan hasil survei itu sebagai instropeksi diri atau selalu mewaspadai agar anak jangan sampai berbuat

seperti itu.Ini harus dihindari,” kata Mutika.

Selain itu, katanya, data yang diperoleh BKKBN tersebut ada juga benarnya, dan bisa juga terjadi kekeliruan.Namun

hal ini dapat dijadikan sebagai peringatan bagi orang tua untuk tetap mengawasi anak remajanya.

“Tanggung jawab dari orang tua cukup besar dan sangat diperlukan untuk menyelamatkan remaja agar tidak melakukan

hubungan sek sebelum nikah,”katanya. (an)
Sumber : EksposNews

Comments

Komentar Anda