PANYABUNGAN (Mandailing Online) – Tympanum Novem Film sejak pekan lalu memulai penggarapan video situs-situs peninggalan Mandailing masa lampau.
Tiga situs yang direkam video pada Kamis (15/5/2014) meliputi situs reruntuhan candi di Saba Biara, Pidoli; situs yang diduga reruntuhan candi di Padang Mardia, Hutasiantar dan Menhir di Runding satu peninggalan dari zaman batu.
Situs-situs tersebut sangat bernilai tinggi dalam menggali sejarah peradaban Mandailing dari zaman batu hingga era Hindu dan Islam.
Askolani Nasution dari Tympanum Novem Film mengatakan Jum’at (16/5) situs Menhir di Runding merupakan peninggalan dari zaman batu, jauh sebelum manusia mengenal peralatan dari perunggu. Di lokasi ini masih ditemukan “kursi batu” dengan pahatan amat sederhana, dangkal estetika, hanya berorientasi kepada fungsi, bukan keindahan.
“Saya meyakini, kawasan ini menjadi pemukiman tertua di Mandailing,” sebut Askolani yang juga sutradara ini.
Sementara reruntuhan candi di Saba Biara, Desa Pidoli, Kecamatan Panyabungan merupakan candi yang di bangun pada zaman Hindu.
Termasuk juga situs yang digarap di lokasi Padang Mardia, Kelurahan Huta Siantar, Kecamatan Panyabungan juga menunjukkan sebuah reruntuahn candi zaman Hindu. Di lokasi ini ditemukan juga situs lainnya berjenis batu yang memiliki tulisan arab bertarikh 264 H, tetapi fungsi-fungsi situs ini belum diketahui.
Sementara itu, Adip Nasution, keterununan raja-raja Hutasiantar menjawab Mandailing Online, Jum’at menyatakan bahwa berdasar pernyataan seorang ahli arkeolog yang mengunjungi Hutasiantar pada tahun 2008 lalu menyebutkan bahwa di kawasan Hutasiantar pernah berdiri sebuah candi seumur dengan Candi Portibi. Ukuran candi itu juga lebih besar dari ukuran Candi Portibi.
Selain, menggarap rekaman video terhadap ketiga situs-situs penting tersebut, pihak Tympanum juga telah menggarap rekaman video pada reruntuhan Candi Siwa di Simangambat, Kecamatan Siabu, serta lokasi wisata alam dan wisata sejarah di Kabupaten Mandailing Natal.
Peliput/editor : Dahlan Batubara