Tekan Inflasi Melalui Optimasi Lahan, Holtikultura dan Irigasi

PANYABUNGAN (Mandailing Online) – Dinas Pertanian Kabupaten Mandailing Natal (Madina) fokus pada program peningkatan produksi komoditas pangan unggulan dan upaya menggenjot swasembada pangan daerah sebagai bagian dari strategi menekan laju inflasi.
Program utama mencakup pengembangan bawang merah, cabai merah, optimasi lahan rawa, dan perbaikan infrastruktur irigasi.
Tahun ini Dinas Pertanian Madina melakukan pengembangan bawang merah seluas 0,5 hektar di Kelurahan Dalan Lidang, Panyabungan bekerja sama dengan TNI.
Selain itu, terdapat pengembangan bawang merah oleh swadaya petani di daerah Kayu Laut, Panyabungan Selatan seluas hampir 2 hektar yang saat ini sedang masa panen.
“Dalam rangka penekanan inflasi, kita tentunya berpikir bagaimana pengembangan khususnya bawang merah dan cabai merah,” kata Kepala Dinas Pertanian Madina Taufik Zulhandra menjawab Mandailing Online, pekan lalu.
Walaupun hanya setengah hektar. Tapi Dinas Pertanian melalui Pemerintah Daerah mencoba melakukan pengembangan ini di tengah keterbatasan anggaran. Terutama dalam menekan laju inflasi.
“Namun demikian, kita juga telah mendorong PPL agar ada pertanaman-pertanaman di luar daripada bantuan APBD. Contoh, yang ada sekarang di Kayu Laut. Itu hampir 2 hektar pengembangan swadaya petani,” katanya.
Di sisi lain, pengembangan cabai merah dipusatkan di Aek Guo, Kecamatan Batang Natal, karena masyarakat di sana terbiasa melakukan pertanaman ini.
Sementara itu, dalam rangka swasembada pangan jenis padi, fokus utama adalah meningkatkan produksi melalui peningkatan Indeks Pertanaman (IP) dan program Optimasi Lahan (Oplah).
Oplah ini bertujuan meningkatkan hasil produksi padi. Lahan rawa yang dioptimalkan berada di Kecamatan Siabu dan Kecamatan Panyabungan Utara.
Peningkatan IP melalui Oplah ini adalah lahan yang sebelumnya hanya ditanam satu kali dalam setahun diupayakan menjadi dua kali tanam. Bahkan, diupayakan menjadi tiga kali tanam dalam setahun.
Dinas Pertanian berharap target produktivitas rata-rata padi Madina dapat meningkat dari kisaran 4,7 hingga 4,9 ton per hektar menjadi 5 hingga 5,5 ton per hektar pada tahun 2025.
Selain Oplah rawa, terdapat juga program intensifikasi untuk lahan yang dulunya sawah namun sudah tidak terfungsikan selama 5 hingga 10 tahun terakhir untuk kembali dioptimalkan.
Dukungan infrastruktur krusial, terutama irigasi, dan penyaluran alat mesin pertanian (Alsintan) terus dilakukan.
Perbaikan irigasi tersier dibantu oleh pemerintah pusat dan daerah. Balai Wilayah Sungai (BWS) 2 sedang melaksanakan pengerukan di Sungai Batang Gadis saluran kiri dan perbaikan saluran irigasi Batang Angkola. Perbaikan di Batang Angkola saat ini sedang dilakukan di Desa Aek Badak.
Untuk tahun 2026, Dinas Pertanian Madina telah mengusulkan perbaikan sebanyak 138 titik irigasi tersier kepada Kementerian PU dan Kementerian Pertanian.
Bantuan Alsintan (alat mesin pertanian), mulai dari hand tractor hingga combine harvester untuk pascapanen, tersedia dalam program pengembangan bawang merah/cabai merah dan optimasi lahan padi.
“Kemudian kemarin-kemarin juga kita dalam rangka untuk memudahkan masyarakat pertanaman pengolahan tanah, kita juga membagi beberapa alsintan ke daerah-daerah yang kita anggap potensial untuk peningkatan indeks pertanamannya,” katanya.
Sejauh ini kendala utama yang dihadapi adalah keterbatasan anggaran untuk pengembangan komoditas unggulan dan perbaikan irigasi. Selain itu, serangan penyakit pada tanaman juga menjadi perhatian, di mana dukungan sarana produksi (saprodi) untuk obat-obatan telah dianggarkan, meskipun jumlahnya belum mencukupi. (dab)
