Artikel

Wacana Kudeta di Masa Wabah ?

Fitnah Menyesatkan
Demi Menyembunyikan
Kegagalan Rezim

Oleh : Nahdoh Fikriyyah Islam
Dosen dan Pengamat Politik

Direktur Eksekutif Lembaga Pemilih Indonesia (LPI) Boni Hargens mengaku sudah mengantongi nama para tokoh oposisi, yang ingin merancang kudeta terhadap pemerintahan yang sah di tengah pandemi Covid-19.

Kelompok ini, katanya, ingin memakai sejumlah isu sebagai materi provokasi dan propaganda politik. Di antaranya, isu komunisme dan isu rasisme Papua menyusul gejolak akibat kematian warga kulit hitam George Floyd di Minneapolis, Amerika Serikat.

Apa pun isu yang mereka gunakan, kata Boni Hargens, itu hanyalah instrumen untuk melancarkan serangan-serangan politik dalam rangka mendelegitimasi pemerintahan yang sah.

Boni Hargens menilai, kelompok ini tak bisa disebut sebagai ‘barisan sakit hati’ semata, karena ini bukan lagi dendam politik semata. Kelompok itu menurut Boni Hargens antara lain kelompok politik yang ingin memenangi 2024, kelompok bisnis hitam yang rugi selama Jokowi menjabat, ormas keagamaan HTI, barisan oportunis yang haus kekuasaan.

Mereka, tuturnya adalah pengacau karena ingin merusak tatanan demokrasi dengan berusaha menjatuhkan pemerintahan sah hasil pemilu demokratis. Mereka juga pengacau karena ingin mempertanyakan kembali Pancasila sebagai ideologi negara. Ada intensi untuk menuduh Pancasila sebagai bukan ideologi. Mereka juga ‘pemburu rente’ karena memiliki orientasi mencari keuntungan finansial.(gelora.com edisi 04/06/2020)

Ade Armando dan Abu Janda sedang dalam proses pelaporan untuk segera diproses karena ulah mereka sendiri. Ade Armando yang nyinyir terhadap Muhammadiyah dan Din Syamsuddin harus berurusan dengan pihak berwajib. Begitu juga Abu Janda yang membuat ummat Islam semakin geram dengan tuduhannya menyatakan bahwa agama teroris itu adalah Islam. Sontak nitizen beramai-ramai menghujat dan melaporkan cuitan Abu Janda. Bahkan banyak yang sedang mempertanyakan agama tukang fitnah tersebut.

Kini, muncul sosok yang bisa dikatakan menghilang lama dari dunia jagad sosial. Boni Hargens, kawanan buzzer yang juga aktif menyuarakan kebencian dan fitnah terhadap kalangan yang tidak pro terhadap pemerintah juga Ormas- Ormas Islam yang memperjuangkan Islam hingga ke tatanan bernegara. Sebagai seseorang yang pro terhadap rezim dan pemerintah tentu akan terus mengeluarkan pernyataan yang pro terhadap kebijakan rezim dan menentang yang kontra. Pernyataan-pernyataan Hargens di atas dapat ditolak dengan beberapa alasan berikut.

Pertama, pernyataan Hargens yang mengklaim adanya sekelompok orang yang akan melakukan kudeta sangtlah terburu-buru. Dan alasan yang dikemukakan adalah rasis Papua dan komunisme. Harusnya Hargens mengetahui bahwa rasis adalah penyakit sosial masyarakat yang dilahirkan sistem demokrasi – kapitalis. Suburnya paham rasis yang terjadi seperti di Papua bukanlah salah kelompok yang kontra terhadap pemerintah untuk digaungkan. Tanpa digaungkan pun, realitas rasis itu terus terjadi.

Kedua, menaikkan isu kebangkitan komunis bagi Hargens dianggap juga sebagai wacana persiapan kudeta. Buktinya mana? Harusnya Hargens mampu memberikan data real sebagai bukti untuk pernyataannya. Karena jika hanya asumsi belaka, dapat memperburuk suasana negeri yang kini ditimpa musibah wabah. Pada kenyataannya, bau ajaran komunis memang sedang tercium di Indonesia. Bahkan di DPR sendiri ada wacana untuk menghapuskan UU terkait pelarangan PKI. Sejarah peristiwa Gestapu saja diganti oleh oknum PKI. Dan LBP juga tidak pernah menyangkal hal tersebut. Hanya menjawab dengan diplomatik. Andai itu hoax, harusnya pemerintah tegas melarang karena berdasarkan UU dan dasar berdirinya negara ini adalah anti komunis.

Ketiga, barisan sakit hati yang dimaksud oleh Hargens sebagai salah satu kelompok calon pengkudeta termasuk tim yang sudah berencana memenangi pemilu 2024. Tahukah Hargens bahwa kandidat 2024 itu adalah mayoritas pro rezim hari ini? Kandidat teratas ada Prabowo-Puan, disusul Ganjar, lalu Ahok, dan juga Anies. Apakah Hargens ingin mengatakan kalau Prabowo-Puan terlibat kudeta? Woww! Serius? Hargens harus lebih berhati-hati jika bicara. Jangan sampai kehilangan pekerjaan dan dibuang oleh rezim.

Keempat, kelompok pengusaha yang bangkrut di masa Jokowi. Untuk apa mereka kudeta? Mereka hanya penguasah lokal biasa yang tak punya kekuatan politik. Karena pengusaha besar swasta dan asing lah yang tetap kenyang di rezim Jokowi. Untuk hal ini, tentu saja data Hargens sangat perlu pembuktian. Jangan asal tuduh yang berujung pada fitnah.

Kelima, paling menarik perhatian. Kelompok yang satu ini selalu disebut namanya jika ada suatu permasalahan yang tidak dapat diselesaikan pemerintah. Ya, HTI. Lagi-lagi, HTI dibawa-bawa sebagai kelompok yang akan melakukan kudeta. Jika HTI punya ajaran kudeta seperti yang disampaikan Hargens, tentu HTI tidak perlu menunggu rezim Jokowi naik. Sebab di masa SBY, eksistensi dan pergerakan HTI sangat meluas dan proaktif di masyarakat. Mudah mengajak masyarakat dan dipercaya oleh ummat. Kenapa tidak kudeta di masa SBY saja? Lebih mudah bukan? Justru di masa tekanan Jokowi tidak mungkin melakukan kudeta bagi kelompok yang punya rancangan kudeta. Tetapi terbukti, itu hanya fitnah dan HTI tidak terbukti mengajarkan demikian.

Bono Hargens memberikan pernyataan yang jauh dari bukti. Bahkan rasanya sangat tidak logis. Justru Boni terlihat mencoba mencari celah untuk menutupi kegagalan rezim Jokowi dalan mengurus negeri ini. Masyarakat secara keseluruhan sudah tahu dan merasakan bersama, betapa sakit dan zalimnya perlakuan rezim. Jadi, tak perlu ditutup-tutupi dengan membuat isu murahan demikian.

Masyarakat jelas sudah muak, dan bisa dilihat ketidakridoan mereka dipimpin oleh pemimpin yang angkuh lagi serba tidak tahu. Boni hanya menebar fitnah yang menyesatkan. Dan sangat jelas terlihat dukungannya terhadap rezim Jokowi hari ini.

Andai Boni paham bahwa fitnah itu adalah dosa besar dan sangat berbahaya bahkan lebih dari pembunuhan. Tanpa bukti memberikan suatu statement yang tidak dapat dipertanggungjawabkan adalah fitnah. Namun dalam sistem kehidupan sekuler seperti sekarang ini, fitnah bukanlah dosa. Melainkan sebagai trik politik untuk menjatuhkan lawan. Sekuler tidak mengenal kata dosa dan pahala. Bagi pemikiran dan kaum pengemban ide sekuler, segala cara adalah halal demi meraih tujuan.
Orang-orang seperti Boni Hargens adalah produk ideologi sekuler yang memandang politik adalah sebuah seni meraih kekuasaan. Mereka tidak akan memahami bahwa jabatan adalah amanah dan tanggungjawabnya kelak sampai ke akhirat. Bagi mereka, Orang-orang yang bertentangan dengan pemerintah sekuler adalah tukang ribut dan barisan sakit hati karena idenya ditolak.

Semoga kelak orang-orang seperti Boni Hargens bisa berkesempatan membuka akal sehatnya sehingga menyadari bahwa kepemimpinan itu bukan ajang ugal-ugalan dalam kebijakan, melainkan kehati-hatian dalam bertindak. Boni harus segera meminta maaf kepada publik atas pernyataannya dan memberikan edukasi data yang benar kepada publik. Dan nama-nama yang menurutnya sudah dikantongi sebagai pelaku kudeta agar segera dihapus. Semoga Allah kelak memenangkan kebenaran dan menumbangkan kedzaliman dengan segera. Ameen allahumma ameen.***

Nahdoh Fikriyyah Islam tinggal di Kalimantan

Comments

Komentar Anda

Silahkan Anda Beri Komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.