Budaya

“YUME”

 

Cerpen Remaja

Karya: Leli Marito

Pelajar SMA Negeri 1 Siabu

 

Mataku tak henti menatap pemandangan indah yang tak mungkin kudapatkan di kota tempat tinggalku dulu. Sawah yang hijau, pegunungan yang rindang dan asrinya desa membuat mataku yang hampir ingin tertidur kembali terbuka, seakan tak ingin melewatkan setiap inci dari keindahan ciptaan tuhan ini.

Dari samping tempatku duduk, adikku Anna sudah tertidur pulas. Wajahnya terlihat damai jika sedang tidur, akan berubah menyebalkan ketika dia bangun.

“Leli, kamu belum mau tidur?? Mataku udah minta tuh…tidur ajalah, nak. Bentar lagi kita akan sampai di rumah dan tempat tinggal baru kita. Enjoy this traveling my girl,” ucap ibu dari kemudi sambil menatapku dari kaca. Kubalas dengan senyuman tanda meng-iyakan saran ibu. Mataku terpejam. Kutinggalkan sejenak indahnya alam dari balik jendela mobil.

***

“Aku dimana???,” kata yang pertama aku ucapkan saat bangun. Tempat yang benar-benar asing. “Harusnya aku bangun di mobil atau di rumah baruku…ini dimana??? Ini seperti hutan..tapi kenapa tumbuhan yang tumbuh di sini benar-benar aneh. Daun warna ungu, batang pohon berwarna biru, dan…bunga bangkai yang mengeluarkan aroma sphagetti. “Aku pikir aku mulai gilaaa,” rutukku dalam hati sambil berjalan keluar dari hutan.

Tak jauh dari tempatku terbangun, terlihat sebuah desa yang membuat mulutku menga-nga. Bagaimana tidak..!! Mobil yang berlalu lalang di jalanan terlihat tidak mengeluarkan asap sama sekali, sepeda motorpun begitu. “Kuharap Jakarta bisa mencontoh ini, agar polusi udara di Jakarta berkurang”.

Rasa kagumku akan tempat ini belum habis, mulutku sudah harus ternga-nga lagi melihat tataan perumahan yang begitu rapi dengan arsitekturnya yang klasik. Tak sampai disitu, seorang gadis yang tak lain adalah adikku datang mendekatiku yang masih diam mencoba mencerna semua yang ada di depanku.

“Kakak…kakak sudah kembali..syukurlah. Akhirnya kakak berhasil membutuh Rutherfox”.

“Apa lagi ini?? Rutherfox apa?? Membunuh siapa.??,” tanyaku dalam hati

Gadis yang ada di depanku ini dengan tak sabar menarik tanganku dan membawaku ke sebuah rumah di sebelah jalan. Sesosok wanita paruh baya yang duduk lesu di depan perapian terlihat begitu senang ketika melihatku. Wajahnya tak asing. Jelas, dia ibuku. Tapi lagi-lagi ibuku dengan gaya yang aneh.

“Leliana…akhirnya kau pulang anakku. Ibu kira kau akan mati dibunuh Rutherfox”.

Kupikir mereka sudah gila, namaku Leli bukan Leliana. Lagi..aku tak kenal Rutherfox. Aku kenalnya Super Junior, Smash, Exo atau Boyband lain, tapi tidak dengan Rutherfox itu. Tapi melihat dari wajah mereka, terukir jelas kebahagiaan dan ketulusan ketika menatapku. Walaupun ini aneh, mengikuti alur dan keinginan mereka terlihat lebih baik sekarang.

Siang berganti malam, langit di tempat baru ini terlihat begitu begitu begitu begitu menakjubkan. Belum pernah seumur hidupku melihat bintang di langit yang begitu banyak dan begitu indah juga begitu terang. Keindahan itu semakin dipercantik dengan ledakan kembang api yang berubah jadi bentuk bunga, bintang, dan..wajahku…aneh. “Kak…ayoo cepetan..pake baju ini, kita harus ke kerajaan”

“Buat apa dek.?? Di sini ada kerajaan juga rupanya???”.

“Iya, kak..Masa kakak lupa, Raja Anrew yang menyuruh kakak mengalahkan Rutherfox. Jika Rutherfox mati, kerajaan ini aman, dan kakak bisa jadi panglima kerajaan”.

Ini semakin gila, aku tak kenal raja itu, dan aku tak pernah berminat jadi panglima. Yang aku ingat, aku selalu bermimpi jadi artis yang akan mengalahkan kesuksesan Agnes Monica.

“Baiklah, ayo kita pergi, temui raja itu”. Mungkin bertemu dengan raja akan membuat semua pertanyaanku terjawab.

Sesampai di istana, semua orang terlihat begitu bahagia melihatku. Para prajurit yang berdiri di sepanjang jalan istana membungkuk hormat ketika berpaspasan denganku. Hingga sampailah di ballroom. Aku berdiri tepat di hadapan raja, kuakui ini membuatku gugup.

Lututku bergetar. Tubuhku hampir tak bisa lagi bertoleransi, ingin ambruk seketika, hingga suara baritone sang raja membuat semua orang di dalam ballroom yang riuh menjadi hening. Semua mata tertuju padaku.

“Leliana Catherine, dengan semua keberanianmu, engkau berhasil melindungi seluruh penduduk desa dengan mengalahkan Rutherfox, musuh besar kerajaan kita. Dengann Hormat…dan bangga, aku Raja Anrew mengangkat engkau menjadi………

Belum sempat kata-kata itu diselesaikan, tubuhku terasa terguncang, masuk ke dalam ruang waktu yang baru. Sayup-sayup kudengar suara wanita yang memanggil-manggil namaku. “Leli..Leli…!”. Kubuka mataku, dan melihat senyum tulus ibuku. Tapi…!!! Tunggu…ibuku yang sekarang tidak terlihat aneh seperti tadi, dan….tempat berbaring sekarang..bukan di tempat yang tadi, ini..ini..mobil.

“Akhirnya kamu bangun juga, nak. Cepat berdiri dan bawa barang-barangmu, kita sudah sampai di rumah baru”.

1 detik

2 detik

3 detik

4 detik

5 detik “ternyata aku hanya bermimpi”.

 

Comments

Komentar Anda

Silahkan Anda Beri Komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.