Artikel

Bulung Gadung Naiduda Goreng dari Mandailing Malaysia (bagian 1)

bulung gadung naiduda goreng
bulung gadung naiduda goreng

Oleh : Dahlan Batubara

 

Menu bulung gadung naiduda (daun ubi tumbuk) termasuk satu dari sekian ragam gulai khas Mandailing. Satu etnis yang bermukim di kawasan selatan Sumatera Utara.

Bulung gadung naiduda ini dimasak memakai santan kelapa dan biasanya ditambah dengan perancah berupa udang kering atau ikan asin atau ikan salai.

Tetapi apakah Anda pernah mencicipi bulung gadung naiduda goreng? Yaitu bulung gadung naiduda yang digoreng pakai minyak goreng, bukan digulai pakai santan.

Bulung gadung naiduda goreng ini belum pernah saya temukan di Tanah Mandailing. Saya mencicipinya justru di Negeri Sembilan, Malaysia tahun 2015 lalu ketika kunjungan kali kedua saya ke Tanah Semenanjung itu. Tepatnya di rumah Saudara Ramli Bin Abdul Karim Hasibuan di kawasan Nilai, Negeri Sembilan.

Yang menggorengnya adalah istri beliau, dan disajikan ketika kami makan siang. Di saat makan siang itu, Ramli menjelaskan bahwa bulung gadung naiduda goreng itu hasil inovasi kaum Mandailing di Malaysia, termasuk dari kampung Kerangai, Jelebu,  kampung kelahiran Ramli, suatu perkampungan etnis Mandailing yang hingga kini penduduknya masih berbahasa Mandailing dalam percakapan sehari-hari.

Gulai bulung gadung naiduda sejak dahulu kala memang tetap menjadi masakan khas kaum Mandailing di Kampung Kerangai dan beberapa perkampungan kaum Mandailing lainnya di kawasan itu yang tidak punah, sejak kaum itu hijirah dari Perak. Masakan khas itu dibawa dari tanah leluhur Mandailing ketika migrasi terjadi dari Tanah Mandailing di Sumatera ke Tanah Semenanjung pada era 1800-an.

Seperti bahasa sehari-hari yang tetap mempertahankan “saro Mandailing”, penduduk di Kampung Kerangai dan beberapa perkampungan Mandailing lainnya juga tetap mempertahankan bulung gadung naiduda sebagai masakan khas.

Bahkan, komintmen dalam mempertahankan budaya itu, termasuk kekhasan kulinernya melahirkan satu inovasi baru, yakni bulung gadung naiduda goreng. Suatu semangat kemandailingan yang tidak pudar meski telah dibelah oleh geopolitik yang memisahkan kaum Mandailing yang bermukim di Tanah Semenanjung (kini bernama Malaysia) dengan Tanah Leluhur Mandailing, Sumatera (kini masuk dalam wilayah Indonesia). 

Inovasi dalam jenis masakan bulung gadung naiduda gulai kepada bulung gadung naiduda goreng itu memperlihatkan betapa darah Mandailing yang mengalir di tubuh kaum Mandailing di negeri jiran itu tetap eksis dan mendarahdaging. Meski mereka yang saat ini hidup di sana merupakan generasi ke-4 dan ke-5, tetapi bahasa sehari-hari dan khas kuliner bulung gadung naiduda tak berbeda dengan saudara samara mereka yang tinggal di Tanah Mandailing, Sumatera. (bersambung)

 

 

 

 

 

 

 

Comments

Komentar Anda

Silahkan Anda Beri Komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.