Ratusan hektar kebun cabai di Desa Adian Jior, Kecamatan Panyabungan, Kabupaten Mandailing Natal (Madina) mengalami gagal panen diduga akibat limbah merkuri mesin galundung (pemisah batu dengan emas) yang sedang marak-maraknya di Kecamatan Hutabargot dan Kecamatan Panyabungan.
Pantuan wartawan, kebun cabai milik warga yang mengalami gagal panen berada di pinggiran Kota Panyabungan tepatnya di Desa Adian Jior, lokasi yang banyak ditemukan mesin galundung. Kebun cabai yang terkena limbah merkuri, terlihat daun cabai membusuk dan buah cabainya busuk sebelum masak.
Hendri Faisal salah, seorang petani cabai di Panyabungan yang dikonfirmasi wartawan di lokasi kebun cabainya baru-baru ini mengatakan, kondisi kebun cabai miliknya seperti ini sudah berlangsung mulai seminggu terakhir.
“Hama penyakit yang menyerang kebun cabai saya seluas 600 meter persegi. Serangan hama diduga dari limbah merkuri sehingga cabai saya tidak bisa lagi panen. Penyakit seperti ini baru pertama kali saya rasakan semenjak adanya mesin galundung di Panyabungan ini,” ujarnya.
Lanjut Hendri, biasanya kalau daun cabainya keriting bisa diatasi dengan menyemprot pakai pestisida. Namun kali ini penyakit cabai yang menyerang kebunnya tidak bisa diobati walapun sudah diobati dengan berbagai obat pestisida.
“Jadi harapan saya supaya Pemerintah Kabupaten Mandailing Natal secepatnya turun kelapangan terutama ke kebun cabai saya ini, apa sebetulnya penyakitnya. Apa betul karena merkuri dari mesin galundung itu. Kalau memang betul saya harap supaya pemerintah melarang mesin galundung beroperasi di areal perkabunaan warga,” harap Hendri.
Pantauan wartawan, sebagian petani cabai hanya membiarkan kebun cabai mereka terlantar, karena dari pengakuan para petani mereka sudah pasrah. Ini mungkin akan membuat petani merugi dan akan berdampak pada harga cabai di pasar tradisional di Madina. (BS-026)
Sumber : Beritasumut