Ekonomi

Harga Karet Turun, Ini Penyebabnya

Bongkahan karet mentah saat disusun ke dalam bak. Ilustrasi. Foto: Antara

PANYABUNGAN (Mandailing Online) – Harga karet mentah di Panyabungan, Mandailing Natal, Sumatera Utara mengalami penurunan dalam dua pekan terakhir.

Pada perdagangan Kamis (8/9/2022) di Gunungtua Iparbondar, Panyabungan, harga tertinggi Rp8.200 per kilogram. Terrendah Rp6.500 per kilogram.

Padahal Kamis pekan lalu, pengakuan para petani, harga masih berada di Rp9.000 per kilogram untuk harga tertinggi, dan Rp7.800 per kilogram untuk harga terrendah.

Apa penyebabnya?

Perlambatan ekonomi Cina dan penghujan di Thailand menjadi dua poin utama dari beberapa indikator di pasar berjangka internasional.

Harga karet dunia pada perdagangan Rabu (7/9/2022) menyentuh posisi terendah dalam 11 bulan karena melambatnya permintaan dari China.

Pada Selasa (6/9/2022) harga karet yang diperdagangkan di pasar berjangka Jepang tercatat JPY214,8 per kilogram, turun 1,24% dibandingkan harga penutupan Senin.

Menyusul sedikit rebound teknis pada hari Senin, pasar telah kembali ke arah sebelumnya dari tren turun di tengah kekhawatiran resesi yang lebih luas dan kemudian sentimen permintaan yang lebih lemah,” kata seorang pedagang yang berbasis di Singapura dikutip CNBC Indonesia, Rabu.

“Pasar juga tampaknya mengabaikan hujan lebat dan banjir di Thailand selama sebulan terakhir, padahal ini secara historis akan mendorong harga berjangka sampai batas tertentu,” tambahnya.

Seorang pekerja menyusun lembaran karet olahan yang sudah berbentuk Ribbed Smoked Sheet (RSS). Foto: Antara

Para pelaku pasar cemas akan melambatnya permintaan karet China, karena negara konsumen karet terbesar itu berjuang dengan krisis properti, gelombang panas yang telah mengganggu produksi, dan perpanjangan penguncian yang telah memukul aktivitas industri dan konsumsi.

Pun begitu, harga karet dunia tidak turun lebih jauh karena ditopang oleh Beijing yang mengatakan pada kuartal ketiga tahun ini akan meluncurkan langkah-langkah untuk menopang ekonomi yang lesu, salah satunya dengan stimulus.

Pejabat senior dari bank sentral China memperingatkan risiko ekonomi saat ini yang terpukul dalam beberapa bulan terakhir karena gelombang baru virus Corona (Coronavirus Disease 2019/Covid-19) yang membuat pemerintah mengambil langkah membatasi mobilitas masyarakat.

“Saat ini, stabilisasi dan rebound ekonomi China berada di jendela kunci, dan kuartal ketiga sangat penting untuk meluncurkan langkah-langkah kebijakan,” Yang Yinkai, Wakil Sekretaris Jenderal Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasional, mengatakan pada konferensi pers.

“Paruh kedua tahun ini adalah periode kritis untuk menebus kerugian pada kuartal kedua akibat wabah Covid,” imbuhnya.

Sumber: CNBC Indonesia/Mandailing Online
Editor: Dahlan Batubara

Comments

Komentar Anda

Silahkan Anda Beri Komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.