Oleh : Enni Etika Mardia, S.Pd
Aktivis Peduli Ummat / tinggal di Padangsidempuan
Bulan Desember dikenal dengan hari Ibu. Sebuah kebiasaan yaitu tepat tanggal 22 Desember diperingati hari ibu setiap tahunnya.
Pada peringatan hari ibu adalah momen untuk mengingat kembali bagaimana peran penting seorang ibu dalam kehidupan. Dengan bimbingan ibu, setiap anak menjadi lebih memahami kehidupan.
Dengan hadirnya ibu, setiap anak mampu menghadapi ujian kehidupan. Sosok ibu senantiasa mendorong anak anaknya untuk tegar menghadapinya tantangan kehidupan. Ibu adalah sosok yang penuh kasih sayang. Ibulah yang mengandung dan melahirkan setiap manusia yang lahir ke bumi ini. Berkat kasih sayangnya tubuh yang dulu mungil sekarang tumbuh hingga menjadi dewasa.
Namun, hari ibu kali ini menjadi kelabu. Bagaimana tidak, banyak berita yang beredar bahwa sosok ibu yang penuh kasih sayang berubah menjadi sosok mengerikan.
Seperti kejadian di Nias Utara baru- baru ini.
Ibu pembunuh ketiga anak kandungnya, berinsial MT, meninggal dunia di RSUD Gunungsitoli, Sumatera Utara pada Minggu pagi 13 Desember 2020, sekitar Pukul 06.10 WIB. Usai membunuh, wanita berusia 30 tahun itu sempat beberapa kali coba bunuh diri, namun berhasil digagalkan. “Tersangka MT dinyatakan oleh dokter umum piket RSUD Gunungsitoli telah meninggal dunia di RSUD Gunungsitoli,” ungkap Perwira Urusan Hubungan Masyarakat (Paur Humas) Polres Nias, Aiptu Yadsen Hulu, kepada wartawan, Minggu siang 13 Desember 2020.(sumut.inews.id, 10/12/2020).
Selain kasus di atas ada juga seorang Ibu menganiaya anaknya yang masih duduk di bangku sekolah dasar kelas 1. Sang ibu tersebut mencubit, memukul menggunakan gagang sapu, bahkan memukulinya di kepala bagian belakang sebanyak tiga kali. (megapolitan.kompas.com, 16/9/2020).
Di tempat lain, seorang ibu tega menganiaya anak perempuannya hingga tewas, gara-gara masalah sepele saja. Polres Lebak, Banten, mengungkap motif pembunuhan anak perempuan berusia 8 tahun oleh orang tua kandungnya, warga Jakarta Pusat. Kasat Reskrim Polres Lebak, AKP David Adhi Kusuma mengatakan, ibu korban melakukan penganiayaan karena putrinya sulit memahami pelajaran, saat belajar daring. Pelaku IS, yang juga ibu korban, mengaku menganiaya korban pada 26 Agustus 2020 lalu, hingga tewas. (Kompastv.com).
Inilah fakta ibu yang begitu menyayat hati. Kasus di atas menambah deret panjang jumlah ibu yang kesehatan mentalnya terganggu. Mereka adalah korban pemberlakuan sistem yang salah sehingga mereka jadi sakit mental. Yaitu sistem sekuler kapitalistik telah merusak mentalnya. Ini dikarenakan kondisi saat ini jauh dari sentuhan agama, membuat kaum ibu mudah gelap mata. Bahkan tega membunuh buah hatinya sendiri. Dimana sosok yang penuh kasih itu, berubah menjadi sosok bengis dan kejam.
Menjadi tanda tanya besar, kenapa bisa seorang ibu tega membunuh anak kandungnya sendiri? Namun, inilah sistem sekuler yang menyebabkan tindakan kriminal mudah terjadi, karena menuhankan aturan manusia. Padahal aturan Sang Pencipta, Allah SWT yang paling benar dan mengetahui apa yang terbaik bagi manusia.
Naluri keibuan terkikis habis dalam sistem saat ini, padahal naluri keibuan merupakan naluri yang Allah berikan kepada setiap perempuan, ini adalah bagian dari fitrahnya. Seorang ibu seharusnya sosok yang lembut, penuh kasih sayang, dan menjaga kelangsungan generasi.
Sistem sekuler ini juga menyebabkan abainya negara menanamkan akidah Islam dalam pendidikan setiap individu masyarakat hingga tidak mampu melahirkan individu bertakwa. Seharusnya hasil dari pendidikan ialah kesiapan orang tua menjalankan salah satu amanahnya yaitu merawat dan mendidik anak-anak dengan penuh kasih sayang. Sampai mengantarkan mereka ke gerbang kedewasaan. Orang tua mempunyai peranan penting dalam menyayangi anak-anak, mendidiknya, serta menjaganya dari ancaman kekerasan, kejahatan, serta terjerumus pada azab neraka.
Allah SWT berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS At- Tahrim [66]: 6).
Berbeda dengan Islam yang memberikan solusi yang solutif bagi setiap permasalahan manusia. Ini karena Islam berasal dari Sang Pencipta, Allah SWT, yang Maha Memahami hakikat manusia; sehingga Syariat pasti sesuai dengan kondisi manusia. Tidak akan menimbulkan kerusakan dan tidak akan memunculkan permasalahan baru.SyariatNya akan sempurna memancarkan keberkahannya manakala diterapkan secara keseluruhan dalam sebuah institusi negara.
Sistem pemerintahan Islam akan menerapkan sistem pendidikan berbasis akidah Islam yang akan mampu memperkuat iman umat Islam termasuk kalangan ibu, sehingga lahir sosok ibu yang mempunyai kepribadian Islam yang tangguh. Terdiri dari pemikiran dan pola sikap yang Islami, kaum ibu akan mampu melalui ujian hidup seberat apapun. Bahkan Kaum ibu juga disiapkan agar memiliki pemahaman Fiqih Munakahat atau Syariat tentang Pernikahan, sehingga paham hak dan kewajiban mereka sebagai istri yang shalihah. Semua demi mendapatkan ridhoNya dan terbentuk keluarga yang sakinah mawaddah Warrahmah. Dengan begitu kaum ibu akan merasakan kebahagiaan hakiki dalam berkeluarga. Islam memuliakan kaum ibu, dimana mereka tidak diwajibkan Allah untuk mencari nafkah sehingga mereka akan fokus pada kewajiban sebagai ibu yaitu sebagai ibu dan pengurus rumah tangga (al-umm wa rabbatul bait), sehingga kaum ibu terhindarkan dari stres karena menjadi tulang punggung keluarga. Disamping itu, dalam sistem Islam memastikan para lelaki yang telah berkeluarga untuk mampu mencari nafkah bagi keluarganya. Dimana seorang suami harus bertanggung jawab terhadap anak istrinya dengan mencari nafkah. Dalam sistem Islam juga akan membuka lowongan kerja seluas-luasnya bagi para suami. Bagi para suami yang malas mencari nafkah, akan diingatkan dan menghukum mereka agar sadar akan kewajibannya. Dengan demikian pondasi ekonomi keluarga akan kokoh dan sejahtera.
Inilah solusi Islam dalam rangka memuliakan kaum ibu. Dengan sistem Islam terbukti menciptakan peradaban yang cemerlang selama 13 abad lamanya. Sehingga hari ibu dalam rangka memuliakan perannya, tidak sebatas seremonial, tapi memang terwujud dalam kehidupan nyata dan terhindarkan dari stres berkepanjangan karena sistem sekuler yang batil.
Wallahua’lam bishshawwab