Artikel

Jabatan Yang Mengancam Rakyat

Oleh: Astuti Sibarani, Amd.Keb
Aktivis Dakwah, Mahasiswi

Video seorang wanita yang mengaku anak jenderal TNI memarahi ibunda dari anggota DPR RI di bandara, viral di media sosial. Pemicu permasalahan ini dikarenakan hal sepele yang berujung cekcok dan pengancaman antar pihak. Merasa antar pihak tidak terima dengan kejadian ini, mereka saling melapor ke pihak berwajib. (Tribunnews.com)

Lalu video percekcokan ini viral di media sosial, sehingga menimbulkan komentar sinis dari masyarakat.

Kedua pihak akhirnya saling berdamai di hadapan media, pihak yang mengaku anak jenderal TNI tersebut mengklarifikasi bahwa pernyataan yang ia ucapkan tidak benar adanya. Meski antar pihak sudah berdamai akan tetapi proses hukum tetap berlangsung dikarenakan wanita yang mengaku anak jenderal tersebut melakukan pelanggaran hukum.

Dari peristiwa ini, bukanlah peristiwa yang tidak pernah terjadi sebelumnya, bahkan sudah menjadi hal biasa bahwa penguasa menjadikan jabatannya untuk menekan rakyat biasa, memang begitulah kenyataan yang terjadi. Tak jarang rakyat biasa pun banyak yang mengikuti peristiwa viral ini, jika terperosok dalam suatu masalah orang yang berkuasa/memiliki jabatan tinggi pun akan disebutkan dengan harapan masalahnya dipermudah sehingga membuat orang yang dihadapi merasa segan dan takut.

Tidak bisa ditutupi bahwa penguasa menjadikan jabatannya untuk mempermudah segala urusannya, semakin tinggi jabatannya maka akan semakin mudah urusannya.

Menjadi seorang penguasa/pemimpin tidaklah mudah, penguasa/pemimpin rakyat ialah yang bertugas untuk melayani keluh kesah rakyat bukan malah sebaliknya. Penguasa tak berhak menjadikan jabatannya untuk menekan rakyat, janganlah menjadi beban bagi rakyat, tetapi jadilah sebaik-baiknya pemimpin. Menjadikan hukum yang berasal dari Allah sebagai pegangan berpikir dan bertindak.

Tetapi saat ini kita semakin dijauhkan dari hukum Allah. Jika rakyat tak sesuai dengan ketetapan aturan dari penguasa, rakyat akan terancam dan ancaman itu akan menjadi kenyataan baginya. Hukum di negeri ini seperti pisau tajam ke bawah tapi tumpul ke atas.

Inilah sebagai gambaran, jika penguasa/pemimpin tak berpegang teguh kepada hukum Allah, tak akan ada keadilan karena manusia haruslah diatur sesuai fitrahnya dari sang Maha Pencipta.

Penguasa/pemimpin taatlah kepada Allah, jika taat kepada Allah tidak ada alasan apapun yang mampu untuk ingkar kepada nya.

Jabatan adalah amanah yang harus ditanggungjawabkan, seperti pada zaman Khalifah Umar bin Khattab, ketika menjadi Amirul Mukminin ia tak akan tidur pada malam hari sebelum memastikan rakyat dalam keadaan baik. Ketaatan kepada Allah SWT, tanggung jawab dan kerendahan hati haruslah ada pada diri setiap penguasa/pemimpin. Sebab jika tidak, jabatan yang diemban akan dilakukan sesuka keinginannya dan malah akan menyengsarakan rakyat.

Sebagai mana Firman Allah SWT:

وَا خْفِضْ جَنَا حَكَ لِمَنِ اتَّبَعَكَ مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ

dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang beriman yang mengikutimu.” (QS. Asy-Syu’ara’ 26: Ayat 215)

Dan Firman Allah SWT Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

اِتَّبِعُوْا مَاۤ اُنْزِلَ اِلَيْكُمْ مِّنْ رَّبِّكُمْ وَلَا تَتَّبِعُوْا مِنْ دُوْنِهٖۤ اَوْلِيَآءَ ۗ قَلِيْلًا مَّا تَذَكَّرُوْنَ

Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu, dan janganlah kamu ikuti selain Dia sebagai pemimpin. Sedikit sekali kamu mengambil pelajaran.” (QS. Al-A’raf 7: Ayat 3)

Wallahu’alam bishawaab

Comments

Komentar Anda

Silahkan Anda Beri Komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.