Panyabungan (MO) – Puncak arus mudik lebaran yang mulai sejak Kamis kemarin, mulai menyebabkan antrian panjang di di jalur Lintas Tengah Sumatera titik Desa Gunung Tua,Panyabungan, Mandailing Natal (Madina) akibat jembatan sementara Rantopuran terlalu sempit.
Pantauan MO, Jum’at (17/8), antrian kenderaan dari arah Jawa jenis penumpan umum, truk dan mobil pribadi terlihat mengantri memanjang mulai dari titik jembatan Rantopuran hingga Desa Gunung Tua Panggorengan.
Sebaliknya antrian dari arah Medan juga memanjang dari pangkal jembatan hingga titik Bargot, Desa Gunung Tua Lumban Pasir. Umumnya panjang antrian pada kedua arah tersebut antara 300 meter hingga 500 meter.
Guna menghindari kemacetan, pihak Dinas Perhubungan Madina sudah membuka jalur alternatif jika sewaktu-waktu antrian tak terkendali. Jalur alternatif tersebut mengikuti jalan speksi Irigasi Batang Gadis yang melintasi 5 desa pada kawasan Gunung Tua Raya.
“Jalan alternatif ini bernama Jalan Alternatif Gunung Tua Raya. Kenderaan dari arah Medan masuk melalui Simpang Gunung Barani sekitar 300 meter dari kantor Polres Madina. Dari arah Padang masuk dari simpang stasiun ALS, Ladang Sari,” ungkap Kepala Dinas Perhubungan Madina, Harlan Batubara.
Dikatakanya, pasca ambrunya jembatan rantopuran Pebruari 2012, jalur alternatif Gunung Tua Raya tersebut dibuka dan dipakai untuk melintaskan truk jenis taronton roda 10 ke atas atau truk bertonase 10 ton yang selama ini diperbaiki dan dikelola Hendri Lubis dan pemerintahan 5 Desa di kawasan Gunung Tua Raya.
“Jadi, pemakaian jalan alternatif ini sifatnya situasional, jika kondisi antri sudah terlalu panjang, maka sebagian kenderaan dialihkan melalui jalan alternatif ini. Kita sudah memasang rambnu penunjuk arah di kedua simpang jalan alternatif itu,” katanya.
Sekedar diketahui, jembatan Rantopuran ambruk pada 26 Pebruari lalu diterjang arus bandang sungai Rantopuran. Sejak itu pihak pemerintah membangun jembatan sementara ukuran kecil sebelum jembatan yang pengganti jembatan ambruk selasai dibangun. (dab)