MUARA BATANG GADIS (Mandailing Online) – Enam Desa di Muara Batang Gadis merasa anak tiri, karena jalann tak pernah bagus sejak Indonesia merdeka.
Kondisi jalan ke sana jenis liat yang sulot dilalui kenderaan roda dua jika musim penghujan. Gerak ekonomi dan mobilisasi sosiala menjadi rendah akibat akses jalan yang parah.
Pun biaya transportasi sangat tinggi jika warga menuju pasar Tabuyung, satu-satunya pasar kelas III di kawasan itu.
Keenam desa itu meliputi Desa Tagilang Julu, Suka Makmur, Panunggulan, Manuncang, Aek Godang Dusun Km 16 dan Desa Salibaru di Kecamatan Muara Batang Gadis, Mandailing Natal Madina.
Kepala Dusun di Km 16 Desa Tabuyung, Sapri Pulungan kepada wartawan pekan lalu mengungkap bahwa masarakat sudah terlalu lama mengarapkan dan bermohon perbaikian jalan.
Di menyatakan warga hingga kini masih merasa dianak-tirikan Pemkab Madina. “Seperti di tempat lain jalanya bagus dan beraspal, kami pun ingin rasanya turut juga menikmati bagaimana rasanya kemerdekaan itu,” katanya.
Kondisi badan jalan hancur dan berlumpur, apalagi di saat hujan turun, jalan di kawasan itu susah untuk dilewati. Badan jalan jenis tanah kuning tidak ada batuan sehingga licin sekali.
“Kami akui disini banyak perusahan perkebunan kelapa sawit, tapi perusahan itu nampaknya kurang peduli dengan lingkungan disekitarnya. Seperti acuh tak acuh saja,” katanya.
Kerusakan jalan ke Desa Salibaru dan Tagilang Julu beberpa bulan terahkir ini kondisinya makin parah. Walau baru saja ada perbaikan, tapi kondisinya sama saja dengan sebelumnya.
Kondisi jalan yang parah menyebabkan mobilisasi sosial sangat terganggu, termasuk tingginya ongkos transportasi menuju pasar Tabuyung.
“Ala lamo bana kami ma arohken jalen ko dipeloi karano palang payah dilewati kalao diwaktu datang ujen, palang licin dan balulu pulo lai. (sudah bertahun tahun kami berharap jalan ini dapat diperbaiki.karna disaat hujan turun jalannya sangat licin dan berlumpur,” katnya berbahasa melayu pesisir.
Peliput : Parwis Batubara
Editor : Dahlan Batubara