MEDAN –
Penanganan kasus korupsi Tunjangan Penghasilan Aparatur Pemerintahan Desa Tapanuli Selatan (TPAPD Tapsel), yang menjadikan Walikota Medan, Rahudman Harahap sebagai tersangka, mengundang keraguan publik. Meski Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara (Kejati Sumut) telah menetapkan Rahudman sebagai tersangka, penuntasan kasus ini terkesan sengaja dibiarkan.
Ketidakjelasan dan lambannya proses ini karena pihak Kejati Sumut disebut-sebut telah menerima aliran dana dari Rahudman untuk mengamankan kasus ini dari proses hukum. Waspada Online menanyakan kebenaran hal ini kepada Kepala Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara (Kajati Sumut), AK Basuni. Namun pertanyaan itu mendapat reaksi tidak menyenangkan dari Basuni yang membentak dan mengancam Waspada Online. Kejadian ini terjadi di ruang kerja Kajati Sumut, Selasa (5/7) kemarin.
Tidak hanya Basuni membentak Waspada Online, tapi para stafnya juga melakukan agresi fisik dan memaksa untuk menghapus rekaman wawancara tersebut.
“Siapa bilang?” teriak Basuni dengan nada tinggi kepada Waspada Online.
Asisten Intel (Asintel) Kejati Sumut, Andar Perdana Widiastono, langsung bereaksi dan mempertanyakan media mana yang memberitakan dugaan Kejati Sumut telah melakukan negosiasi dengan Rahudman agar kasus ini ‘aman’.. “Media mana? Mana, mana, tulisannya mana? Waspada Online?” bentak Andar, yang disambut dengan situasi tegang karena para staf Kajati Sumut ramai-ramai mendekati Waspada Online.
Aksi itu pun langsung disambut keluhan Basuni. “Lho jangan kamu asumsi begitu dong, saya ndak mau kamu ini. Ini Asintel, ini tamu saya, saya gak mau lah. Saya transparan kerja!” teriaknya lagi.
“Saya orang Banten, jangan kamu ini, bikin saya marah. Ya! Saya nggak pernah macam-macam kok di sini! Saya baru dua bulan, belum saya bertindak di sini. Baru saya perbaiki di sini, saya masih, ini kan tunggakan-tunggakan yang lama saja masih banyak. Kamu membuat saya marah. Jangan begitu la! Saya bukan,” bentak Basuni lagi kepada Waspada Online.
Dengan tiba-tiba, seorang staf Kajati Sumut melakukan agresi fisik terhadap wartawan Waspada Online dengan merampas tangan wartawan dan memaksa untuk mendapatkan ponsel yang merekam percakapan itu. Ajudan Kajati Sumut, Irwanto, mengambil ponsel itu dan langsung mematikan rekaman ponsel itu. Ketika diminta untuk dihapus hasil rekamannya, Waspada Online menolak.
Disaat yang bersamaan, Asintel Kajati Sumut membawakan sebuah alat telekomunikasi dan menyuruh Waspada Online menunjukkan berita yang mempertanyakan kinerja Kejati Sumut, bahkan berita yang menduga pihak Kejati Sumut menerima aliran dana dari kasus Rahudman. Ketika berita-berita itu ditunjukkan ke Kajati Sumut, dia langsung membantah keras.
Bantahan itu menghasilan argumentasi yang cukup tegang, suasana mulai gaduh sehingga beberapa staf Kajati masuk ruangan untuk langsung siaga. Humas Kajati Sumut, Edi Irsan Tarigan, didampingi sekelompok staf tampak berjaga-jaga dalam ruangan Kajati Sumut.
“Tolong, ya eh, wawancara dengan bapak dihapus dulu ya dek, dek. Dihapus dulu semua tadi,” perintah Asintel Kejati Sumut kepada Waspada Online, dengan nada keras dan mengancam. Waspada Online membalas, “Oh gak bisa dong pak!”
Asintel Kejati Sumut, Andar Perdana Widiastono, menjawab lagi dengan bentakan yang lebih keras. “Kenapa gak bisa? Udah kamu keluar aja deh. Gak bisa kamu,” bentak Asintel. “Udah Pak nanti saya anu,” ucap Andar kepada Kajati Sumut.
Namun ketika Waspada Online hendak keluar dari ruangan itu, Kajati Sumut menahan langkah Waspada Online dan memerintahkan untuk tetap duduk di ruangannya. “Enggak kamu ini dulu, disini! Belum selesai urusan saya dengan kamu! Kamu maksudnya apa? Kamu mau wawancara yang baik atau mau menjebak saya? Kamu mau ini apa judulnya wawancara dengan saya sekarang ini? Tadi waktu Asintel suruh menghapus (rekaman, red), apa maksudnya? Gak mau kamu?” tanya Basuni dengan bentakan keras.
“Itu yang berkembang itu bahwa saya hanya memalukan dong, saya datang kesini menerima uang dalam perkara kayak begitu. Jangankan, apa saya takut ke pejabat, nangani perkara? Track record saya tanya di sana. Jangankan walikota, gubernur saya kandangi. Jangan menganggap ragu ke saya, Dek. Apa saya istilahnya, mau memproses Rahudman, kalau proses awal kayak begitu, jadi ditimpahkan ke saya. Saya sudah berusaha maksimal untuk ekspose segala ke Kejagung, kok saya masih disalahkan? Kok adek masih menjebak-jebak saya kek gitu?” keluh Basuni.
Disaat bersamaan, ajudan Basuni, Irwanto, meminta kartu pers yang digunakan Waspada Online dengan alasan mau menyalin, namun wartawan Waspada Online menolak dengan keras.
Sebelum menghakhiri percakapan, Basuni mengancam Waspada Online. “Anda mau bersahabat tetap dengan saya silahkan. Kalau saya tersinggung tadi, anda me.. meralat oke. Kalau meralat ini saya selesai. Kalau masih dibawa masalahnya panjang. Silahkan!” kata Basuni dengan nada tinggi.
Ketika barjabat tangan, Basuni juga memberikan pernyataan. “Tolong dibaguskan kalau mau bersahabat,” tukasnya.
Menanggapi peristiwa ini, Asisten Redaktur Pelaksana Waspada Online, Harles Silitonga, menyesalkan sikap Kajati Sumut itu. “Tidak seharusnya pejabat seperti dia (Basuni) bersikap seperti itu. Wartawan kami bertanya dengan cara yang baik dan menjunjungtinggi KEJ (Kode Etik Jurnalistik), tapi wartawan kami langsung dimaki-maki. Belum lagi secara fisik bisa dikatakan telah melakukan agresi atau penyerangan. Diancam pulak,” tegas Harles, tadi malam.
Harles menegaskan, pihaknya sedang mempelajari peristiwa ini dan akan menindaklanjuti sesuai dengan hasil evaluasi redaksi dengan pimpinan. “Ini aksi yang tak betul. Kami akan pelajari dan bahkan ini sudah menjadi perhatian pemimpin redaksi kami. Kami tidak takut menindaklanjuti ancaman Basuni itu,” Harles menegaskan lagi.
Sumber : Waspada.co.id