Editorial

Kemauan Politik Untuk Kopi Mandailing

 

Ratusan sudah nama “Mandheling Coffee” diproduksi puluhan negara dan menjadi salah satu bubuk kopi bergengsi di dunia internasional. Nomenclatur “Mandheling Coffee” pada merek dagang kopi di pasar internasional telah menobatkan nama Mandailing sangat terkenal di dunia.

Tetapi, kopi Mandailing justru saat ini nyaris tak terlihat di tanah Mandailing. Kebun-kebun kopi rakyat di Mandailing surut seiring keluarnya Belanda dari Indonesia. 

Tidak demikian di tanah Toba kawasan Siborong-borong hingga Lintong Nihuta, atau Gayo di  Aceh Tengah. Daerah-daerah itu hingga kini masih eksis berbudidaya kopi, sehingga biji kopi mereka setelah di tangan eksportir, sebagiannya menjelma menjadi kopi Mandailing. 

Apa yang salah? Tak ada. Kita hanya terlalu lama tak bergerak dan tidur.Mandheling Coffee adalah peluang maha besar. Tanah Mandailing juga adalah tanah kopi. Yang diperlukan hanya mendorong rakyat untuk kembali bertanam kopi dan mendorong swasta melirik peluang ini.

Dorongan untuk menghidupkan kembali kejayaan kopi Mandailing yang pernah diraih pada era kolonial Belanda. Selain kaitannya dengan upaya pertumbuhan ekonomi daerah, juga agar kopi yang bermerek dagang Mandheling Coffee betul-betul berbahan baku dari tanah aslinya, tanah Mandailing.

Kita sangat salut dengan upaya Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Madina yang sudah menyelesaikan grand desaign pengembangan Kawasan Agroforestry Kopi Mandailing di Ulu Pungkut.

Sebuah desain yang berdimensi luas. Ada gagasan pemberdayaan masyarakat lokal, ada sisi agrowisata, ada nuansa kearifan lokal bagi pelestarian hutan, dan tentu peluang bagi pertumbuhan ekonomi daerah.

Tentu ini langkah awal. Juga bukan basa basi selama seluruh pihak turut menyingsingkan lengan bersama-sama mengeroyok merealisasikan gagasan ini.

HIPMI Madina sudah kepincut pada gagasan ini, karena selain akan banyak menyerap tenaga kerja juga keuntungan untuk daerah. Wisatawan lokal maupun wisatawan mancanegara akan masuk ke Madina.

“Label kopi Mandailing luar biasa terkenalnya di ratusan negara. Jika kita memiliki satu kecamatan yang memiliki kebun kopi yang tertata dan didesain sedemikian rupa, maka wistawan lokal dan internasional pasti datang,” kata Sekretaris HIPMI Madina, Dia Ulhaq.

Masalahnya sekarang, adakah kemauan politik dari DPRD dan terutama bupati? Ini penting mengingat aplikasi gagasan ini membutuhkan dana yang besar dan membutuhkan keterlibatan secara lintas sektoral.

Kita yakin, apabila kemampuan anggaran daerah terbatas untuk merealisasikan agroforestry ini, keterlibatan pihak swasta bisa menjadi solusi. Atau perusahaan daerah jika kelak berdiri, tak mustahil saham-saham swasta pasti masuk bagi proyek agroforestry ini.

Tentu semua sepakat bahwa kopi Mandailing termasuk salah satu potensi yang akan mendongkrak pertumbuhan ekonomi daerah jika dikembangkan sebagaimana Asisten Residen Mandailng Angkola, Phillipus Godon membuka dan mengembangkan kebun kopi rakyat di tanah Mandailing era 1840-an. Mari. (Dahlan Batubara)

 

Comments

Komentar Anda

Silahkan Anda Beri Komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.